Search This Blog

Saturday, September 22, 2012

Lomba Foto Di JCC dalam rangka ICT Award

Hm, postingan saya berikut ini adalah berupa koleksi foto perlombaan yang diikuti hari Sabtu yang lalu di JCC dalam rangka ICT Award. Ya, foto yang ditampilkan berikut ini biasa saja, maksudnya ya saya melihat Perempuan itu sebagai model atau objek foto. Jikalau nanti ada yang protes, dikarenakan masalah aurat dan sebagainya  itu adalah persoalan personal yang membaca. Silahkan saja, akan tetapi saya tetap mempostingnya. Hal ini dikarenakan saya ingin menyimpannya dalam blog saya untuk selalu dikenang dan siapa tahu ada yang bisa memberikan masukan bagaimana cara atau teknik memotret model yang baik dan bagaimana kita memilih sebuah foto yang terbaik untuk diikutsertakan dalam sebuah perlombaan. Demikian...

Mari Kita lihat beberapa Foto hasil dari Jepretan saya ya...

Foto satu
Model yang di foto atas namanya Nuri. Maaf ya kalau ada salah penyebutan nama. Next...

Foto Kedua

Next,

Foto Ketiga
Next,

Foto Keempat
Next,

Foto Kelima
Next,
Foto Keenam 

Next,

Foto Ketujuh
 Next,

Foto Ke depalan
Next,
Foto Kesembilan
Next,
Foto Kesepuluh

Nah, untuk foto ke sepuluh itu modelnya bernama Talia. Maaf juga ya kalau ada salah penyebutan nama. Waktu sedang melakukan pemotretan sih, para fotografer lainnya memanggilnya dengan nama Lia....Next,

Foto Kesepuluh
Next,
Foto Kesebelas
Next,

Foto keduabelas
Next,

Foto Ketigabelas
Next,

Foto Keempatbelas

next
Foto Kelima belas
Next
Foto Keenambelas

Nah, itulah beberapa foto hasil daripada jepretan saya. Dari dua model ini dan dari sebanyak foto yang kita ambil haya satu yang diserahkan kepada panitia untuk diperlombakan dan dinilai.  Karena harus memilih satu, di sinilah letak masalahnya.  Saya tidak bisa memilih mana foto yang terbaik. Tidak tahu ekspresi mata yang bagus itu seperti apa, pose yang bagus itu seperti apa dan sebagainya.

Pada awalnya saya menyerahkan satu foto dengan model Talia kemudian saya ganti dengan foto yang modelnya Nuri. Sampai sekarang saya tidak tahu siapa pemenang dari perlombaan ini. Karena waktu itu saya tidak menunggu hasil penjurian. Saya malah pulang. Karena yakin tidak akan menang dan panitianya juga mengatakan kalau menang akan menghubungi. Tapi sampai saat ini tidak ada yang menghubungi berarti memang tidak menang hehehehehehe....

Seru pokoknya acara Minggu kemarin itu, sampai tanganku pegal-pegal. Sebelum ada perlombaan kita ada workshop dulu tentunya tentang fotografi. Dan ketika pemoretan pun tak kalah seru. Satu kesempatan untuk memotret diberikan bagi 20 orang selama 10 menit dan begitu seterusnya bergantian dengan yang lain. Oh ya waktu itu pesertanya ada anak kecil, menyadari hal itu, sang Model, Lia, langsung bilang "Eh ada anak kecil" sambil memegang rompi bajunya dan lanjut berpose... Seluruh peserta workshop dapat sertifikat ya.....Jadi kita semuanya puas .....

Friday, September 14, 2012

Seat Covers

Ada yang seperti ini

Selamat malam untuk pembaca blog setiaku ... ini adalah waktunya tidur, malahan sudah sangat mengantuk tapi berhubung ada yang ingin diposting ya, tahan dulu deh ni kantuknya. Bagaimana, sudah mengamati foto apa kira-kira di atas?
Ya, kalau kita definisikan per kata " Seat Cover" itu artinya penutup kursi. Tapi kursi yang dimaksudkan di sini tentu bukan Kursi sejenis Sofa melainkan itu lho closet duduk heheheee..

Memasuki sebuah toilet itu sebenarnya sungguh menyenangkan itu yang selalu saya rasakan. Terlebih ketika toiletnya itu bersih. Nyaman deh kita menggunakannya. Toilet yang bersih dan menarik displaynya itu sepanjang yang saya temui tentu pada umumnya ada di sebuah Hotel. Bagaimana, setuju tidak dengan pernyataan saya ini?
Tentu hotelnya juga bukan hotel yang bintang satu tapi hotel yang istimewa.

Saking senangnya kalau masuk ke dalam sebuah toilet, saya selalu memperhatikan pernak-pernik yang ada di dalam Toilet hotel tersebut. Mulai dari tempat sabun, tempat tissu, bentuk wastafel, keran airnya sampai pengering tanganpun tak luput dari perhatian. 

Nah, waktu kemarin tanggal 12 itu, saya ada ikut rapat di sebuah Hotel di Tangerang dekat ke Bandara atau memang berada di Jl. Bandara.  Sewaktu masuk ke dalam toilet di hotel itu, saya temukan satu Box Seat Cover pada setiap kamar toiletnya. Pada waktu itu saya mikirnya, ini hotel enggak pelit ya. Soalnya, Seat Cover ini yang pernah saya temukan sebelumnya di tempat lain hanya dipasang perdana saja. Itu pun ketika petugas toiletnya habis bersih-bersih. Biasanya di waktu pagi hari, ketika akan mulai aktivitas.
Jadi, jarang saya temukan Seat Cover, satu Box lagi di setiap kamar toilet.

Oh ya menggunakan Seat Cover memang tidak praktis. Sebenarnya tidak ada pun fine. Kita bisa melakukan hal lain sebelum memakai Closet, terutama Closet duduk. Misalnya dengan menyiram pinggirnya dulu sebelum dipakai.

Sementara, hal lain yang paling nyaman ketika menggunakan toilet itu adalah tersedianya Sabun dan Tissu. Saya itu sebenarnya paling jengkel kalau ke Toilet tidak ada Sabun dan Tissu. Di Kantor pun saya pasti tanya petugasnya, "Mbak ada tissu, ada sabun", kira-kira seperti itu. Jikalau dikemudian hari saya punya rumah, saya akan memastikan di toilet itu akan selalu ada Tissu dan Sabun begitu juga disetiap Wastafel. :)

Bagaimana dengan teman-teman?

Wednesday, September 5, 2012

Repertoar Gandamayu

Setelah sekian lama tidak ikut menyemarakan Gedung Kesenian Jakarta, akhirnya tadi malam kembali ke sana untuk nonton pertunjukan Repertoar Gandamayu. Durasi pertunjukkan pun tidak lama ya, dan ini seingat saya adalah pertunjukan dengan durasi paling pendek yang pernah saya tonton untuk saat ini. Hanya membutuhkan waktu satu jam ya.

Seorang Ayah yang mengisahkan Gandamayu ke Anaknya
Baiklah, saya ringkas cerita dari Gandamayu ini. Pertunjukkan ini diawali dengan kisah seorang Ayah yang menceritakan mitologi Gandamayu kepada anaknya dalam perjalanan menuju sebuah Desa dengan bersepeda.
Sang Ayah becerita kepada anaknya dahulu di sebuah Khayangan hidup sepasang Suami-Istri. Suaminya bernama Siwa dan Istrinya bernama Dewi Uma. Sang suami pada suatu ketika jatuh sakit dan konon katanya hanya bisa disembuhkan dengan Minum Susu dari Sapi Putih. Oleh karena itu, Dewi Uma pun turun ke bumi untuk mendapatkan susu tersebut. Tapi ada pantangan yang harus dipatuhi oleh Dewi Uma dia tidak boleh menceritakan tujuannya itu turun ke bumi dan harus dilakukan seorang orang diri.

Di dalam pencarian Sapi Putih, akhirnya Dewi Uma bertemulah dengan seorang gembala dengan sapi putihnya. Dewi Uma pun meminta Susu Sapi kepada sang gembala, tapi dia menolak untuk memberikannya meskipun Dewi Uma bersedia menukarnya dengan Permata maupun Uang.
Ada satu syarat yang ditawarkan sang gembala apabila dia menginginkan susu tersebut, yaitu Dewi Uma harus bersedia tidur bersama dengan Sang Gembala. Pada Awalnya Dewi Uma menolak akan tetapi karena ingin membantu suaminya sembuh dia akhirnya luluh juga dan menerima tawaran sang gembala.

Tawar Menawar Dewi Uma dengan Sang Gembala
Dewi Uma akhirnya tidur bersama dengan sang gembala. Lalu setelah tidur bersama itu, terbongkarlah siapa sebenarnya sang Gembala itu. Dia tak lain adalah suaminya sendiri Siwa yang sedang mengujinya. Siwa mengutuk Dewi Uma,  dan mengatakan kalau Dewi Uma tidak setia.

Dewi Uma dalam kutukannya menjelma menjadi Durga  (raseksi) dan mendiami Hutan Gandamayu selama 12 tahun. Durga, ingin kembali ke wujud aslinya yaitu sebagai Dewi Uma yang lembut dan cantik. Oleh karenanya dia harus menemukan Sudamala (julukan buat mereka yang bisa menyembuhkan dan meruwat).

Kebetulan pada suatu hari datanglah Kunti ke Hutan meminta bantuan Durga untuk menyelamatkan anak-anaknya yang sedang berperang Baratayudha. Durga menyanggupi dengan satu syarat, Kunti harus menyerahkan putra bungsunya Sahadewa kepada Durga sebagai tumbal. Ya, Durga tahu bahwa Sahadewa inilah yang dapat meruwatnya. Tapi syarat Durga ini ditolak oleh Kunti.
Kunti mengatakan karena justru Sahadewa bukan anak kandung dari rahimnya sendiri dia tidak mau menyerahkannya kepada Durga. Kunti menyanyangi Sahadewa.

Durga tidak kehilangan akal, dia menyuruh Kalika, yang juga mendiami Gandamayu dan sedang menjalani kutukan untuk merasuki Kunti dan membawa Sahadewa ke Gandamayu.

Sahadewa pun akhirnya sampai di Gandamayu, karena ajakan Kunti yang dirasuki Kalika. Durga minta Sahadewa untuk meruwatnya tapi Sahadewa mengaku bahwa dirinya tidak bisa meruwat. Durga pun marah dan dalam kemarahannya itu, Siwa turun dari Khayangan.

Pada akhirnya siapakah yang bisa meruwat atau mengembalikan Durga ke wujud aslinya yaitu Dewi Uma?
Jawabannya tidak lain adalah, suaminya sendiri yaitu Siwa dengan cara memasuki tubuh dari Sahadewa.
Setelah Durga kembali menjadi Dewi Uma, Siwa memintanya untuk kembali  ke Khayangan.
Apakah Dewi Uma ke Khayangan?
Jawabannya Dewi Uma meninggalkan Khayangan. Ya, Dewi Uma kembali tinggal di Gandamayu menemani Kalika yang masih menjalani kutukan. Hal itu dia lakukan sebagai balasan kepada kutukan yang telah dijatuhkan Siwa kepadanya karena dicap tidak setia. (Kisah tidak selesai ya). Sepeninggalnya Dewi Uma, kehidupan Siwa di Khayangan tak bertentuan.

Menarik Bukan Kisahnya?
Nah dari Kisah ini ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan.
  1. Mitologi Gandamayu ini Intinya mengisahkan tentang, Kutukan, Penantian, Ruwatan, Kesetiaan dan Pengorbanan. 
  2. Mencintai seseorang dan berkorban untuk seseorang terkadang menjadi bumerang. Jadi, tidak setuju dengan tindakan Dewi Uma yang tidak memikirkan jalan lain demi membantu menyembuhkan suaminya yang pada dasarnya Suaminya tidak sakit, dia hanya sedang mengujinya. Ingat, selalu ada alternatif pilihan. 
  3. Untuk ruwatan sendiri, pada kehidupan kita sehari-hari ada yang  melakukan ini. 
  4. Di dunia Mitologi ada Dewa sementara di kehidupan real kita memiliki Tuhan, jadi minta bantuanlah pada Tuhan.
  5. Seorang Ibu, dia sunguh-sungguh menjadi seorang Ibu, ketika Dia bisa menjadi Ibu selayaknya Ibu Kandung baik untuk anak-anaknya sendiri maupun anak-anak yang lainnya.
  6. Tidak mudah bagi seorang suami ditinggal istri daripada Istri di tinggal suami. 
  7. Menonton pertunjukkan Gandamayu setidaknya kita mengenal tokoh-tokoh yang ada dalam Mitologi.
NB: Saya berterima kasih kepada Gedung Kesenian Jakarta yang membolehkan saya untuk mengambil gambar. Tapi sayang, lensa saya kurang panjang (heheheee) , tidak masalah yang penting bisa memotret, thanks ya..  :)