Search This Blog

Friday, July 27, 2012

Menikmati Ternate

Yup, ada yang pernah berkunjung ke Maluku Utara?
Bagi yang belum, saya mau share cerita dari perjalanan dinas bulan kemarin ke sana. Telat ya, tapi tak mengapalah daripada tidak saya share sama sekali, sayang khan kita punya cerita yang bagusn untuk mengenalkan Maluku Utara ke dunia hehehehe...

Baiklah, apa yang dapat kita nikmati di Maluku Utara?

Gunung Gamalama

Gunung Gamalama
Yup, kalau mendengar kata Gamalama pasti kita akan teringat akan aktris Ibu Kota Dorce Gamalama, apa hubungannya ya? heheheee...  By the way, Gunung gamalama  memang masih aktif sampai saat ini dan bisa dinikmati dari berbagai arah kota Ternate ya.. mulai dari kita  turun dari pesawat di Bandara Babullah, di Kota Ternatenya bahkan dari Pelabuhan pun kita masih dapat melihatnya dengan jelas. Gambar di atas diambil dari Pelabuhan Residen sewaktu kita akan menyebrang ke Pulau Sofifi.

Menurut salah seorang yang saya dijumpai di Pelabuhan Residen, Gunung Gamalama ini akan terlihat lebih indah sewaktu pagi hari, sebelum terhalang awan.

Pulau Maitara dan Pulau Tidore 

Pulau Maitara dan Tidore
Pemandangan lain yang dapat kita nikmati adalah Pulau Maitara dan Pulau Tidore.  Teman-teman masih menyimpan uang lembar seribu rupiah?  Nah, pada uang selembar itu ada gambar dua pulau, yaitu Pulau Maitara dan Tidore, di Ternate saya dapat menikmati keindahannya dari depan Lobby hotel. Kebetulan hotel kita waktu itu merupakan hotel terbaik saat ini yang ada di Kota Ternate. Namanya hotel Bella atau Hotel Amara :)

Kalau teman-teman lupa dengan gambar yang ada di dalam uang seribu lembar, nih saya perlihatkan.

Pulau Maitara dan Pulau Tidore

Silahkan teman-teman ambil uang seribu rupiah lembar dan samakan hehehee... gambar itu saya potret dari lobby Hotel.


Benteng Oranye 

Benteng Oranye

Yup, keadaannya sih seperti terlihat digambar. Ada lapangan lalu Benteng oranye di salah satu sisinya. Di sekitar lokasi benteng Oranye yang merupakan peninggalan Belanda ada perumahan TNI/Polri. Jadi tidak Pure lokasi wisata melainkan bercampur dengan perumahan warga.

Buah Pala
Teman-teman, tahu Buah pala? 
Yup, salah satu rempah-rempah yang menjadi incaran penjajah. Dikarenakan buah pala ini kita dijajah selama beratus-ratus tahun.
Ketika memantau persiapan lokasi acara Grondbreaking itu, saya melihat di sekeliling ada banyak buah pala. Kudekati pohon itu dan mengabadikannya. 

Buah Pala
Buah pula itu ada yang sudah berwara kuning dan juga ada yang masih hijau. Ketika sedang asyiknya mengamati buah pala, tibat-tiba Pak Jhon, mendekat padaku dan sebuah Pala pun dipetikkannya untukku. Ia pun menyuruhku untuk memakannya. Hm,  memakan buah pala sama seperti memakan Mangga mengkal, maksudnya menikmati buah pala itu setengah matang. Aroma palanya khas dan ada getahnya rasanya, kecut atau kalau dalam bahasa Sunda istlahnya "Kesed'  (tidak enak karena mengandung getah). Tapi enak kok kalau dirujak atau dimakan pakai sambalm petis.

Buah Pala, enak dirujak juga


Buah Pala ini ternyata dari  Kulit sampai bijinya semuanya bermanfaat. Fulinya yang berwarna merah  dapat digunakan untuk campuran bahan makanan dan Parfum, kata Pak Bambang yang masih juga rekan kami di Ternate. Sementara harga perkilonya dapat mencapai Rp. 200.000,- an lebih.
Ini dia yang dinamakan Fuli.

FULI
Fuli
 Fuli ini, nantinya dijemur ya ...

Next, apa lagi yang dapat kita nikmati dari Ternate?

Guraka

Ini dia minuman khas Ternate, Guraka. Minuman ini terbuat dari campuran gula merah dan jahe. Kita Menikmati Guraka ini di sebuah tempat di pinggir pantai yang bernama Tapak Place Satu tanpa ada lampu jadinya gelap. Cahanya kita dapatkan dari Handphone. Seperti itulah kebiasaan orang Ternate. Minuman Guraka menjadi spesial karena diatasnya diberi potongan kacang kenari. Dan dimakan dengan goreng kacang tanah. Seperti ini...

Goreng Kacang Tanah
Goreng Kacang Tanah
 
 Pisang Mulut Bebek

Pisang Mulut Bebek
Menarik bukan namanya? "Pisang Mulut Bebek" ... waktu pertama kita diberi tahu oleh Pak Jhon, tentang pisang  mulut bebek ini kukira kita akan makan buah pisang yang belum diproses. Ternyata waktu disajikan dalam bentuk Keripik pisang dimakan dengan sambal.  Keripik pisang khan bukan hal yang aneh untuk kita heeee..  Kalau kita lihat bentuknya, gak mengherankan ya, kalau mereka menamainya dengan Pisang Mulut Bebek, bentuknya panjang dan melengkung atau setengah bulat menyerupai bentuk bibir.


Kolak Singkong dan Pisang

Kolak Singkong dan Pisang

Saya tidak tahu apa nama yang tepat karena tidak tanya. Tapi bentuknya seperti kolak singkong dan pisang.


Es Kelapa
Es Kelapa


Selintas bentuknya mirip dengan Es Kapucino ya, tapi bukan lho. Itu adalah es Kelapa dengan gula merah ... Enak lho.. Cobain deh kalau di rumah atau ke Resaturan minta dibuatkan Es Kelapa dengan Gula Merah.

Batu Bacan dan Besi Putih

Batu Bacan
Yup, oleh-oleh yang satu ini jangan sampai terlupakan ya. Batu Bacan dan Besi Putih... Oh ya batu bacan ini merupakan batuan khas Maluku Utara. Kalau belinya di penjual eceran bisa dinego. Kata Teman kita, Pak Iwan  yang mengantar kami berburu batuan itu, batu Bacan yang paling bagus itu warnanya memang Biru. Bintik-bintik yang berwarna hitam itu lama-lama bisa menghilang dan bisa berubah warnanya.  "Tapi itu tergantung dari seberapa seringnya kita memakai batu bacan itu", tutur Pak Iwan.

Nah, karena tugas ke Maluku Utara itu atas undangan Pemrov Maluku Utara sehingga kami (Saya dan Nurul) banyak dijamu oleh Pemrov dan Pemkot. So, Orang yang membantu kita pun banyak. Jadi diblog ini muncul lebih dari astu nama dan saya pun tidak bisa menyebutkan keseluruhan harga :)

Monday, July 16, 2012

Jelajah Situs Candi Batu Jaya

Beberapa hari ini tidak update blog, maklumlah mood menulis naik turun, tapi ya, intinya sih karena memang menulis itu setidaknya memakai konsep. Sudah lama sebenarnya ingin sharing hasil perjalanan ke Karawang, melihat Situs Candi Batujaya. Tapi karena ada yang harus ditranslet dulu, makanya lama postingnya. Kalau sekarang posting berarti transletnya sudah selesai. Ini yang saya maksud bahwa menulis itu ada konsepnya.

Baiklah, saat ini topik yang hendak saya share adalah tentang Candi yang penemuannya itu terhitung baru ya. Padahal katanya  setelah diteliti, Candi yang ada di Kabupaten Karawang itu termasuk Candi yang paling tua usianya. Bahkan lebih tua dari Candi Borobudur itu sendiri.

Sebenarnya ada dua buah candi yang kita lihat pada tanggal 1 Juli 2012 lalu, yaitu Candi Jiwa dan Candi Blandongan yang keduanya masuk dalam Situs Candi Batujaya.Tapi sebelumnya saya informasikan dulu, bahwa keberangkatan ke Karawang itu bersama dengan Komunitas Jelajah Budaya (KJB), biasa pimpinan Mas Kartum dan Narasumbernya sendiri adalah Bapak Hasan Djafar yang merupakan penulis buku "Kompleks Percandian Batujaya". Hebat ya KJB bisa menghadirkan langsung penulis sekaligus peneliti Situs Candi Batujaya. 

Lanjut ceritanya ya... Sebelum melihat candi, Pak Hasan Djafar menerangkan terlebih dulu tentang Situs Candi Batujaya. 

Menurutnya, Kompleks Percandian Batujaya itu merupakan peninggalan dari zaman Prasejarah atau tepatnya peninggalan kerajaan Tarumanegara. Situs Candi Batujaya berada di lahan seluas 5 km persegi diareal persawahan dan perkampungan.

 "Di dalam kawasan 5 km persegi ini telah ditemukan sisa-sisa atau  reruntuhan candi yang jumlahnya lebih  dari 30 buah. Dan merupakan kompleks percandian. Penemuan  pertama kali wilayah percandian ini tahun 1984. Waktu itu kebetulan kami dari Jurusan Arkeologi,  Fakultas sastra UI sedang mengadakan penelitian di Cibuaya, daerah sebelah timur Batujaya, karena di sana diketahui ada penemuan-penemuan peninggalan dari zaman Tarumanegara berupa arca-arca, yaitu arca wisnu yang terbuat dari batu", tutur Hasan Djafar. 

Lebih lanjut Hasan Djafar mengatakan dari penelitian yang sedang dilakukannya diketahui ada penemuan kompleks percandian  yang terbuat dari Bata tapi kondisinya sudah sangat hancur.  Tidak diketahui lagi bentuknya dan yang masih nampak  di permukaan tanah hanya dua dari sekian banyaknya.
 

 "Pada tahun  1984 ketika kami mengadakan penelitian dengan mahasiswa, mendapat informasi  dari penduduk setempat, bahwa runtuhan-runtuhan yang seperti bata itu banyak, di Batujaya. Pada waktu itu kami survey ke Batujaya untuk konfirmasi dan ternyata di sana ditemukan bukan berupa candi tapi gundukan-gundukan tanah yang oleh masyarakat disebut unur," ujar Hasan Djafar. 

Gundukan-gundukan tanah atau Unur-Unur itu  oleh masyarakat diberi nama lokal atau sesuai dengan nama desanya. Kebetulan Unur itu ada  di wilayah kecamatan Batujaya, atau tepatnya ada di dua desa, yaitu Telagajaya dan Segaran. 

Next, setelah dilakukan Ekskavasi atau penggalian pada tahun 1985 dan pemugaran oleh Direktorat Purbakala di kompleks percandian, maka hasil akhirnya dapat kita lihat dibawah ini.


Candi  Jiwa atau Candi Segaran


 
Candi  sebagaimana nampak di atas adalah Candi Jiwa atau Candi Segaran karena terletak di Desa Segaran. Bata pada Candi Jiwa di atas tentu bukan asli, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, memang keadaannya waktu ditemukan sangat hancur.  Jadi, itu adalah bentuk setelah dilakukan pemugaran.

Batanya lebih banyak yang hasil rekonstruksi
Beberapa meter dari Candi Jiwa kita menuju ke Candi Blandongan. Dua-duanya masih di Desa Segaran ya.
Inilah Candi Blandongan. Di sini kita bisa naik ke atas candi. Awalnya tidak boleh. Berhubung Pak Hasan Djafar ingin menjelaskan sambil memperlihatkan objeknya maka kita pun dipersilahkan naik Candi. Seperti inilah keadaan Candi Blandongan.

Candi Blandongan
Sekarang kita lanjut lagi ya cerita dari Pak Hasan Djafar tentang Candi di Kecamatan Batujaya ini. 

Seperti telah diulas di awal Candi di Batujaya, sangat menarik karena dibuat dari bata merah bukan batu. 

"Candi-candi yang dibuat dari Bata itu seperti berasal dari akhir Majapahit kebelakang. Ternyata dari hasil pertanggalan candinya sendiri, C14, umurnya sangat tua.  Sekitar 200 tahun Sebelum candi Borobudur ditemukan," ujar Hasan Djafar. 

Darimana kita dapat mengetahui bahwa Kompleks Percandian di Batujaya itu lebih tua dari Borobudur?

Menurut Hasan Djafar hal itu bisa diketahui dari Prasasti seperti Prasasti Ciaruten. Jelaslah bahwa Candi itu peninggalan zaman Kerajaan Tarumanegara. Ciri agamanya bukan hindu tapi Budha.

"Ini yang sangat menarik sekali. Merupakan satu-satunya kompleks percandian agama Budha di Jawa bagian  Barat," ujar Hasan Djafar.


Selanjutnya keterangan bahwa Candi di Batujaya itu termasuk Candi Budha dapat diketahui bukan saja dari konstruksi bangunannya saja tapi juga ditemukan benda-benda lain yaitu, terakota, atau anah liat bakar berukuran 6 cm, ada gambar-gambar atau relief patung Budha dan sejumlah prasasti yang digoreskan dengan huruf  palawa dan bahasa sansekerta pada lempengan emas dan tanah liat bakar. Disamping adanya arca-arca yang memperlihatkan sosok Budha.

Ada hal yang sangat menarik lainnya bahwa candi ini meskipun terbuat dari bata ternyata dilapisi dengan plester semen kapur. 

"Mengherankan lagi sudah mengenal beton. Jadi beton yang terbuat dari semen kapur itu dicampur dengan kerikil-kerikil batu untuk melapisi lantainya," ujar Hasan Djafar. 


Masyarakat waktu itu sudah mempunyai kemampuan teknlogi sangat tinggi. Setelah ditelusuri semennya darimana, ternyata batu kapurnya terdapat di sebelah selatan Karawang. Lalu, mengapa candi itu terbuat dari bata? 

"Karena di sini tidak ada gunung, ini adalah daerah pantai, daerah aluvial, daerah tidak berbatu," terang Hasan Djafar

Masyarakat juga sudah punya kemapuan mengolah tanah liat untuk dibuat bata karena masyarakat di sini, dipantai Utara Jawa barat sudah ada hunian. Dari masa ke masa bercocok tanam, sudah mengenal pembuatan gerabah. "Jadi rupanya kemampuan mengolah tanaj liat itu sudah lama," tutur Hasan Djafar. 

Terkait dengan pembuatan bata ada hal yang menarik bahwa bata ini dibuat dengan campuran antara tanah liat dan kulit padi atau sekam. Jadi ketika dibakar  bata menjadi merah dan di dalam juga terjadi proses pembakaran.


Jadi itulah teknologi, kemampuan-kemampuan lokal yang sudah dimiliki oleh masyarakat setempat. Ketika orang India datang ke sini, sebetulnya mereka masih hidup pada zaman prasejarah.  

"Ternyata di bawah lapisan candi itu ada lapisan budaya zaman prasejarah, dimana ditemukan puluhan kuburan prasejarah. Lengkap dengan kerangka dan lengkap bekal kubur, gerabah, alat-alat senjata,  parang, alat-lat besi, disamping perhiasan dari batu-batu, sudah ada  manik-manik yang terbuat dari emas, ada gelang, emas," terang Hasan Djafar.


Diantara benda-benda yang ditemukan di lapisan bawah itu ada benda dari India, berupa piring tanah liat, tepatnya dari pelabuhan India Selatan yang disebut daerah Arikamedu. Dari sana diproduksi jenis gerabah tanah liat, berupa piring besar bergaris tengah 30 cm, tapi mempunyai hiasan bagian atasnya berupa hiasan melingkar ini yang disebut hiasan rolet. Gerabah-gerabah ini di India Selatan dibuat pada abad ke 2-4. Benda-benda ini ditemukan didalam unur-unur prasejarah.

"Jadi dapat disimpulkan zaman prasejarah itu dari  tahun 1000 SM sampai awal masehi, mereka sudah kontak budaya dengan orang India. Rupanya pada awal abad masehi ini terjadi kontak budaya dengan India dan terjadilah  penyerapan unsur –unusr budaya India, diantaranya sistem kemasyarakatan, budaya dan agama," terang hasan Djafar.


Tapi ini prosesnya barangkali memanjang, sebab pertanggalan yang diperolah dari C14, kerangka-kerangka itu dibuat dari abad 2-4. Sedangkan candinya 500 (Lima ratusan).  Ada waktu sekitar 2 (dua) abad terjadinya akulturasi, proses penyerapan unsur budaya masyarakat setempat. Pada akhirnya terbentuklah suatu corak  tatanan kehidupan masyarakat dengan corak budaya India sampai kerjaaan Tarumanegara.  Jadi ketika itulah maka agama Budha selain Hindu berkembang.

Hal lain yang menarik adalah berdasarkan sumber-sumber Tionghoa dari abad ke-4 disebutkan bahwa ada pelabuhan namanya koying. Koying ini menurut para peneliti berdasarkan naskah-naskah Tionghoa,  Koying secara ilmu bahasa bisa berubah jadi Koiwa, Kaiwang. Ada seorang Ahli yang menghipotesakan bahwa bahwa Koying itu semestinya terletak di muara Citarum dan Karawang. Menurut perkiraan Sarjana, Koying ini pelabuhan kuno. Maka tidak heran kalau banyak pedagang India yang bermukim dipelabuhan itu hingga terjadinya  perkembangan budaya dengan masyarakat setempat. 

Ini ada Videonya Candi Jiwa, silahkand dinikmati ya ... 

Dan Inilah buku Karya Bapak Hasan Djafar.. kita beli lho dengan harga Rp. 50.000,- dan dapat tanda tangannya langsung.. 
Masterpiece dari Bapak Hasan Djafar
So, kalau mau lengkap, teman-teman silahkan saja beli bukunya.. Tapi ada beberapa revisian ya... 
Oh ya  pada dasarnya belajar sejarah itu sangat menarik sekali. Apalagi tentang sebuah penemuan dari peninggalan Zaman dahulu. Karena latar belakang kita yang bukan dari bidang arkeologi misalnya, kita cenderung untuk menerima apa saja yang dibilang oleh sang Narasumber, ini dikarenakan pengetahuan kita tentang sejarah itu minim. Ibaratnya kita itu didoktrin kalau belajar sejarah tanpa dasar yang kuat.  
Memang meskipun Kompleks Percandian Batujaya dikatakan lebih tua umurnya dari Candi Borobudur, tapi tetap saja Candi Borobudur itu sampai saat ini belum ada yang mengalahkan.
 

Monday, July 2, 2012

Cara Menikmati Pameran Filateli Dunia

Selamat sore, pembaca blog setiaku .... adakah rasa kangen untuk postinganku? Ya, baiklah untuk postingan kali ini, saya mau sharing tentang Filateli...
Nah ada yang punya hobi Filateli gak?

Saya sebenarnya bukan seorang Filatelis, tapi dunia perangko itu menarik. Yup, Baru-baru ini telah diselenggarakan pameran Filateli Dunia dari tanggal 18-24 Juni 2012 di JCC.  Ada yang pergi ke sana gak? Kalau tidak sempat mengungjungi pameran, saya katakan sayang sekali, karena eventnya sendiri tidak setiap tahun diselenggarakan di Indonesia.. Tahun depan giliran di negara peserta... ingat, pameran Filateli ini adalah pameran yang diikuti negara-negara luar.

Sekarang Langsung saja ya ke postingan...

Acaranya seminggu
ya, acaranya memang diselenggarakan seminggu dan saya hanya dua kali bisa berkunjung ke pameran itu. Pertama, hari Jumat, habis office hour atau pulang kantor... dan waktu ke sana itu standnya pada tutup, tapi kita masih bisa menikmati area pameran. Seperti ambil foto-foto di depan koleksi perangko atau mobil kuno dsb.  Kedua, saya kembali lagi hari Minggu, pada hari terakhir pameran. Dan sangat menikmatinya. Karena baru pada hari Minggu itulah, saya tahu, bahwa banyak hal yang dapat kita lakukan di Pameran Filateli, apalagi kelas Dunia.
Apa saja yang dapat kita lakukan ketika ada Pameran Filateli:

Membuat Perangko Prisma 

Teman-teman pasti ada yang sudah tahu apa itu Perangko Prisma. Perangko Prisma itu sendiri singkatan dari Perangko Identitas Milik Anda.  Kita bisa membuat Perangko Prisma dengan memampang foto kita  dan dapat digunakan untuk berkirim surat ya. Saya pun buat waktu pameran kemarin. Harganya Rp. 27.000,-  seperti ini bentuknya 

Perangko Prisma Fotonya Aku Sendiri

Perangko prisma ini cepat kok proses pembuatannya. Pertama kita difoto dulu, terserah mau backgroundnya dimana, tapi waktu itu, memang saya pilih yang ada sepedanya. Setelah itu, fotonya ditransfer dan dimasukan ke dalam bingkai yang sudah disediakan, kemudian diprint. Jadilah perangko prisma... Perangko Prismaku itu dapat dipotong-potong dan jumlah totalnya ada 12 buah ya.

Minta Free POSTCARD

Yup, jangan lupa untuk minta Postcard gratis utamanya pada Stand-stand yang ada. PT. Pos Indonesia menyediakan juga.  Nih Postcardnya..

Free Postcard dari PT. Pos Indonesia
Waktu itu, kehabisan Postcard. Ketika minta ke Standnya PT. Pos Indonesia, petugasnya bilang sudah habis. Alhasil minta-mintalah aku. Dan alhamdulilah berkat kebaikan dua Bapak Ini aku dapat juga Postcardnya. Ini dia Bapak-Bapak yang baik hati..

Bapak Eko
 Dari Bapak Eko ini saya dapat dua buah Postcard. Dan ...

Bapak baik hati
Dari Bapak yang baik hati ini saya dapat satu set hehehehe... waktu kutanya namanya dia gak mau kasih nama, katanya "Bapak yang baik hati saja" .... baiklah Pak, terima kasih ya untuk postcardnya.

Lalu,  apa yang kita lakukan dengan Postcard-postcard tersebut?
Jawabannya adalah minta Cap "perangko" pertama yang dikeluarkan di Indonesia dan minta juga cap pameran... seperti ini:

Perangko Pertama Indonesia
Nah, dibalik postcard ataupun dimuka postcard itu bisa minta untuk dicap perangko pertama Indonesia. Perangko itu dicap dengan  menggunakan alat.  Tidak cepat kering tintanya dan butuh waktu lama.  Tapi untuk mensiasatinya kita bisa menutupnya dengan tissu agar tintanya tidak beleberan kemana-mana.

Perangko yang berwarna merah itu ditaksir seharga Rp. 2 Milyar ada yang menyebutkan Rp. 20 Milyar... Itu merupakan Perangko Pertama Indonesia yang dikeluarkan pada tahun 1864. Bergambar wajah Raja Belanda, Willem III.  Diperangko itu ada kata-kata Nederlands Indie artinya Indonesia, sementara dibawahnya ada kata-kata   Postzegel artinya perangko.

Inilah Proses pencetakan Perangkonya


Selain minta cap perangko pertama, kita juga bisa minta cap pameran. Sebagaimana nampak pada gambar di atas.
Seruu bukan?

Minta Buku Philatelic Passport
Buku untuk Mengumpulkan Perangko dan Cap
Waktu pameran Filateli kemarin itu, disediakan buku gratis yang diberi nama Philatelic Passport. Kita bisa mendapatkannya dibagian Informasi atau disetiap stand pameran yang ada. Apa yang dapat kita lakukan dengan Buku itu?
Jawabnya adalah minta cap ke setiap stand pameran yang ada. Akan lebih menarik kalau diberi perangko. Tapi perangko itu harus beli ya, tentunya beli disetiap stand dan diberi cap.
Seperti ini ...

Isi Buku Philatelic  Passport
Nah, ini dia isi dari buku Philatelic Passpot. Seperti yang dapat kita lihat, di dalam buku ini sudah ada nama-nama negara peserta pameran, dan nomor boothnya. Kita bisa membeli perangko dan meminta cap sesuai dengan booth yang ada.
Sayangnya, buku saya ini tidak semuanya penuh karena hanya satu hari. Dan standnya ada yang buru-buru tutup.  Seharusnya ketika hari pertama kita sudah berkeliling-keliling meminta cap dan membeli perangko itu. Oh ya, perangko itu dijual Rp. 10.000,- Rp. 20.000,- intinya antara booth yang satu dengan yang lain berbeda. Tapi rata-rata dijual seharga Rp. 10.000,- yang unik, waktu itu ada yang me-lem perangko tidak menggunakan lem sebagaimana lazimnya, tapi menggunakan ludah hehehehee..... aya-aya wae si Bapak.


Membeli Seri Perangko 

Seri Perangko Wayang di Pameran Filateli
Seri Perangko Batik
Ada juga seri yang seperti ini, 

Perangko Badak
Perangko Wayang Golek
Perangko Tari Saman
Perangko keris
Perangko Anggrek
Perangko Komodo
Perangko Seri Angklung
Perangko-Perangko di atas itu merupakan seri khusus Pameran saat itu. Namun kita juga bisa membeli seri  atau edisi lama. Seperti dibawah ini:
Seri Perangko Batik 

Seri Flora dan Fauna dalam bentuk Booklet
Perangko seri Zodiak

Seperti itulah kira-kira ...

Membeli Album Perangko
Album Perangko
Susah sekali mencari Album Perangko ini, kecuali di Pameran Filateli.  Perangko Filateli yang kubeli ini berharga Rp. 100.000,-

Selain album perangko dijual pula album uang kertas dan uang koin, seperti ini bentuknya:

Album Uang Koin

Album Uang Kertas ...
Kalau teman-teman lihat uang kertas pada Album itu, memang saya beli di pameran itu. Dikarenakan selain Perangko, ada juga yang menjual produk lainnya. Nah kalau Album uang kertas dan uang koin ini seharga  Rp. 80 ribu sama Rp. 70 ribu rupiah ya..

Menikmati atau Partisipasi dalam Kegiatan Lainnya

Di pameran Filateli itu, ternyata ada perlombaan, Entah itu lomba filateli atau lomba melukis dan lainnya...

Karya Anak SD
Karya Anak SD
Wow amazing ya... ada gambar yang komposisi warnanya bagus.. Kalau aku disuruh gambar sudah bisa dipastikan  tidak lebih baik dari mereka... Masalahnya dari dulu tidak terbiasa dengan menggambar ...

Demikianlah kira-kira gambaran bagaimana cara kita menikmati sebuah Pameran. Barangkali antara satu pameran dengan pameran lainnya tidak sama, at least dengan adanya postingan ini semoga dapat bermanfaat ya untuk kita... siapa tahu nanti di Indonesia, entah tahun berapa akan ada lagi Filateli Dunia.

NB: Aku sudah kirim Poscard pada temanku tentunya dengan menggunakan Perangko Prisma. Tapi Dia bilang postcardnya belum sampai. Ya maklumlah perangkonya sendiri senilai Rp,. 1500,-  Tolong ya Pak kurir yang datang ke kantor tempo itu, mohon dengan sangat Postcardnya diproses. Soalnya, aku tidak pernah berkirim postcard.... Heheheheee... Thanks.
  

Monday, June 25, 2012

Belanja Online Dua Kali

Yup, ngomong-ngomong belanja Online, bagaimana menurut teman-teman?
Kalau aku pada awalnya agak ragu ya. Soalnya takut pas kita sudah bayar ternyata barangnya tidak sampai. Tapi memang cara pembayaranpun bermacam-macam pilihan. Ada yang harus transfer dulu baru nanti barangnya dikirim, ada juga pilihan yang ada uang ada barang. Nah, tapi masih percaya dengan belanja online dari perusahaan yang sudah terkenal ya. Maksdunya kredibilitasnya tidak diragukan. makanya aku berani untuk coba belanja online dari Gramedia dan juga Bhineka.com.

Belanja online pertamaku, adalah beli buku bacaan di Gramediaonline. Awalnya sih tidak begitu niat beli. Waktu itu ceritanya ingin sekali nonton teater pementasan "Ingit Garnasih" oleh Happy Salma di teater Salihara, tapi berhubung  tempatnya itu agak susah jadinya malas-malasan perginya. Aku bisanya baca  beritanya dari koran, katanya sih ceritanya itu salah satu sumbernya diangkat dari buku yang berjudul "Ku Antar Kau Ke Gerbang" ....

Ya sosok Inggit Garnasih menarik bagiku, karena dia adalah mantan Istrinya Mendiang Presiden pertama Republik Indonesia. Jadi, aku ingin kenal lebih dekat dengan sosoknya itu. Karena tidak bisa melihat teaternya, aku berpikir harus punya bukunya tuh yang berjudul "Ku Antar Kau Ke Gerbang" Karya Ramadhan KH. Jadilah aku googling.


BELANJA ONLINE PERTAMA

Waktu gooling kudapati bukunya ternyata buku terbitan lama yang dengan penerbit Sinar Harapan yang artinya kosong. Aku pun tak menyerah, lalu kubuka Gramediaonline, eh alangkah bahagianya waktu Bentang Pustaka ternyata menerbitkan yang baru dan Gramediaonline memberikan penawaran hehehee.. alias ada stocknya... Aku pun langsung beli. Dan untuk mendapatkan free shipping, nilai pembelanjaan harus lebihd ari 200 ribu seperti itu kira-kira... Dan inilah buku-buku yang kubeli dari belanja online pertama kali.


Buku-buku yang kubeli
 Buku yang kubeli ini bisa dicheck di sini. Maksudnya untuk mengecek posisi barang kita sudah dimana...
Status Pengiriman
Aku beli hari Jumat, tanggal 8 Juni 2012, transfer pun tanggal yang sama dan barang datang hari Senin, tanggal 11 Juni 2012.

Paket Pertama
BELANJA ONLINE KEDUA

Selain membeli buku, aku juga beli Portable Power Supply dari Bhineka.com. Pesan hari Kamis (21 Juni 2012)  ya, pakai metode free shipping lagi dan barang hari ini, Senin, tanggal 25 Juni 2012, datang...

Paket kedua

Dan ini dia barangnya ...harganya harusnya Rp. 250.000 , - tapi dapat fotongan atau mereka menyebutnya angka unik sebesar Rp. 29, jadinya total pembelian sebesar Rp. 249.971.

Portable Power Supply

Aku sengaja beli Portable Power Supply untuk antisipasi apabila batere HP ngedrop.. Wah penting sekali nih, portable ini apalagi kalau lagi dinas luar ... 
Intinya sudah dua kali belanja online, dan alhamdulilah sepanjang ini safe  ya ... Selain itu praktis, tidak harus berpanas-panasan maupun bedesak-desakan ya ... tinggal klik, transfer dan tunggu barangnya datang... Itu salah satu keuntungannya ...

Sunday, June 24, 2012

Fotografi: Harus Banyak Praktek

Yup kemarin, Sabtu tanggal 23 Juni 2012, aku ikut  free workshop yang diadain Media Indonesia dengan Tajuk Workshop & Photo Competition "Kota Tua dalam benak Gue" tempatnya di Museum Bank Mandiri. Pesertanya terbatas untuk 50 orang ....

Hadir sebagai peserta
Jalannya acara dapat aku gambarkan seperti ini:
Setelah peserta kumpul, acara dimulai dengan pembukaan oleh MC dan kemudian lanjut dengan presentasi dari narasumber, yaitu Mas Hariyanto dari Media Indonesia. Menurutnya acara Workshop dan Photo Competition ini salah satu rangkaian dari "Save Our Heritage" dan dilakukan dalam rangka menyambut HUT DKI Jakarta juga yang ke-483.  Dan tentu saja untuk publikasi Media Indonesia itu sendiri.

Lebih lanjut Mas Hariyanto mengatakan bahwa fotografi itu adalah universal.
"Dalam Fotografi itu  tidak ada pembagian umur, fotografi itu universal atau umum". tuturnya.

Foto itu artinya menceritakan kepada orang lain bukan dalam kata-kata melainkan gambar, katanya.

Lalu Mas Hariyanto melontarkan pertanyaan kepada peserta, "Kriteria foto yang bagus itu seperti apa sih?".

Dan ini ada beberapa jawaban dari para peserta:

Andi : " Foto yang bagus adalah foto yang bercerita", katanya

Rocky: "Foto yang bagus adalah foto yang cocok untuk siapa saja".

Vicky: "Foto yang bagus adalah foto yang maksudnya sampai kepada orang yang melihat".

Adri :"Foto yang bagus yang begitu orang melihatnya bilang bagus".

Aan: "Foto yang tidak hanya membuat orang bereaksi tapi juga bertindak".

Respon dari Mas Hariyanto kepada jawaban peserta itu adalah semuanya benar. Tapi yang utama adalah Begitu foto diperlihatkan orang bereaksi.  Foto itu meninggalkan ingatan. "Foto itu meninggalkan ingatan pada memori visual", katanya.

Di dalam dunia fotografi itu ada yang disebut dengan "Citizen Journalism", artinya orang yang memang tidak berprofesi sebagai seorang jurnalis atau pun fotografer tapi terkadang mereka ini menjadi ancaman untuk real fotografer atau jurnalis. "Profesi kami terancam dengan adanya Citizen Journalism itu, karena mereka bisa lebih bagus, lebih dekat lebih dalam dengan objek". tutur Mas Hariyanto.

Mas Hariyanto mengatakan kalau kita melihat moment yang bagus itu foto saja dengan kamera apa pun, misalnya dengan kamera HP.  Ada beberapa catatan yang kutulis dan penting untuk kita perhatikan apabila ingin menjadi fotografer atau memotret sebuah foto:

  • Foto yang akan kita ambil itu hal tidak biasa atau berbeda. 
  • Harus sensitif terhadap lingkungan di sekitar kita.
  • Harus bisa melihat sisi keunikan baru kemudian mengeksplorasinya.
  • Perbanyak melihat gambar-gambar yang bagus. Tanpa kita sadari akan terekan di memori kita. 
  • Memberikan point of interest pada objek. 
  • Harus bisa mensiasati keadaan.
  • Tidak ada dalam kamus Tidak mendapatkan gambar.  Harus mendapatkan gambar.

Seperti itu kira-kira catatannya. Kata sang Narasumber kami itu dikatakan bahwa lebih baik tidak tahu teori tapi perbanyak memotret. "tapi bukan berarti teori tidak penting", katanya.

Sekarang menyangkut Digitalisasi ya. Dalam dunia fotografi itu, dengan adanya digitalisasi memang, merupakan salah satu kemudahan dan godaaan ya. Tapi kata Mas Haryanto meskipun kita diberikan ruang untuk berkreasi karena didukung dunia digital tapi dalam fotografi itu "Haram untuk Merekayasa Fakta". Misalnya merubah warna langit yang gelap menjadi seperti senja kemerah-merahan.

"Kejujuran adalah modal utama dari Jurnalism, biarkan apa adanya", kata Mas Hariyanto.

Ada case, misalnya ada sebuah foto tidak terlalu bagus atau tidak jelas, tapi mendapat tempat untuk untuk dimuat di surat kabar, ini dikarenakan foto tersebut menangkap sebuah moment atau kejadiannya luar biasa. Misalnya foto tokoh publik yang ditonjok lalu giginya rontok, seperti itu kira-kira kata Mas Hariyanto.

Kemudian ada pertanyaan bagaimana batasan pengambilan foto yang bisa diambil oleh fotografer biasanya khan suka ada yang menghadapi tuntutan atau klaim dari objek foto yang diambil.

Menanggapi hal tersebut Mas Hariyanto mengatakan bahwa kita harus melihat areanya. "Kita harus melihat apakah orang, publik figur atau objek tersebut ada di area publik atau tidak, kalau di area publik milik kita. Karena di Mall juga ada tempat yang privatenya", terang Mas Hariyanto.

Terkait objek foto orang yang kita ambil, manakala itu dijadikan berita orang pada umumnya tidak akan menuntut klaim, tapi manakala foto yang objeknya orang itu dijadikan iklan atau untuk komersial itu biasanya akan dipermasalahkan.

Yang harus dihindari dalam fotografi itu adalah: SARA, SEX dan KEKERASAN. Tapi bukan berarti seorang wartawan atau juru foto itu tidak boleh memotretnya sama sekali, tapi bisa disimpan untuk pribadi tidak untuk disebarluaskan. Intinya kalau di bidang jurnalistik itu, seorang wartawan itu fungsinya tidak hanya memberitakan saja tapi lebih dari itu. Bisa membantu proses pengadilan. Jadi foto yang diambil itu bisa dijadikan barang bukti ya....

Next, di dalam Fotografi itu ada metode yang disebut dengan EDFAT, yaitu,, metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detail yang tajam.
EDFAT apabila diuraikan menjadi:
  1. ENTIRE 
  2. Detail : Suatu pilihan pada bagian-bagian tertentu
  3. Frame : Membingkai detail yang telah dipilih
  4. Angle
  5. Time: Penyinaran dengan kolaborasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan

Seperti itulah kira-kira teorinya saya singkat. Setelah sesi pemaparan teori itu selesai hunting-hunting fotolah kita...
Hunting sesi 1 berjalan sekitar dua jaman ya di sekitar Kawasan Kota Tua dan kembali lagi ke museum Bank Mandiri. Setelah hunting selesai dan peserta pun mentransfer foto untuk direview.

Review Foto

Nah dari review foto sesi 1 ini sudah diperlombakan ya.. Intinya setelah review sesi 1 (pertama) ada hunting sesi 2 lalu ada juga review sesi 2. Dan pemenangnya sendiri ditentukan oleh voting peserta lain dan juga narasumber. Aku ikutan juga tapi tidak menang hehehee... ya tidak masalah namanya juga belajar dan mencari pengalaman. Dan itu pun kali kedua aku memakai EOS 60D ku. Kalau memotret banyak itu bingungnya milih foto yang bagus itu yang mana apalagi objeknya banyak. Dan aku juga bingung kalau mau motret idenya apa atau  judulnya apa seperti itu kira-kira hambatanku tentu dengan teknik fotografi yang kurang :)

Kalau aku perhatikan dari foto-foto yang menjadi pemenang itu ya, tekniknya sederhana saja paling juga panning (maaf kalau salah tulis) ... monocrhome atau satu warna. Selebihnya foto-foto yang menjadi pemenang itu ya ada mengandung nilai beritanya, ada yang menggambarkan kekontrasan status sosial atau pun fun,  lalu tidak semata-mata memotret benda mati  saja tapi ada benda hidup, Fokusnya jelas. Dan tidak membuat orang berpikir atau menebak-nebak apa objek yang ada di foto itu.

Dan semua peserta yang hadir pun happy. Karena semuanya mendapat sertifikat dan buku.

Sertifikat ....

 Dan Ini buku yang diberikan pun beragam. Kita tidak bisa milih. Aku kebagian buku bacaan serius tentang organisasi pada awalnya tapi aku minta tukeran dengan teman. Dia dapat novel. Mulanya dia agak keberatan tapi pas pulang akhirnya dikasih juga tuh novel thanks ya... Maksa nih ceritanya :)

Novelnya...


 Demikianlah cerita Workhsop kemarin.  Seperti yang dikatakan Mas Hariyanto, "semua orang tahu foto yangbagus itu seperti apa tapi prakteknya memang sudah"... dan memang kita harus banyak praktek ... untuk mengasah kejelian dan kesensitifan dan juga teknik kita ...

Terima Kasih untuk Media Indonesia dan juga TIMnya...


NB: Maaf kalau ada salah penyebutan nama, Thanks