Hm ... sudah lama tidak ngeblog. Sebenarnya beberapa bulan yang lalu
ada cerita yang menarik. Biasalah cerita traveling, tapi saya tahan
untuk tidak dipublikasikan terlebih dahulu.
Hari ini mau share kabar gembira lain saja.
Ceritanya minggu kemarin, atau tepatnya hari Sabtu - Minggu, 25 - 26 Oktober 2014 saya mengikuti acara di Pulau Onrust. Acaranya sendiri diadakan oleh UPT. Taman Arkeologi Onrust, berupa Lomba Fotografi.
Informasinya saya dapatkan dari Mas Kartum. Itu lho yang pernah saya sebut di blog ini yang punya Komunitas Jelajah Budaya (KJB). Mas Kartum kirim invitation lewat BBM. Bunyinya seperti ini:
"Penjelajah Kota Toea, mau ikut lomba fotografi di Pulau Onrust gal 25 - 26 Oktober 2014, gratis, lumayan loh hadianya, liburan sejarah sambil foto2 dapat hadiah asik kan...buruan daftar ke Kartum Setiawan."
Saya waktu itu ikut daftar bahkan mendaftarkan teman - teman yang lain. Tapi pada hari -H-nya hanya saya seorang yang ikutan. Yang lain ada acara dan karena missunderstanding. Ternyata acaranya sendiri bukan hanya lomba fotografi saja tapi ada juga pengenalan Pulau Onrust. Saya sejak pertama bilang ke teman - teman bahwa ini adalah acara lomba Fotografi. Maaf... Saya baru tahu ketika besok mau berangkat bahwa ada dua tema acara di Pulau Onrust. Itu pun karena baca informasi di Facebook.
Kegiatannya benar - benar difasilitasi sama UPT. Taman Arkeologi Onrust. Peserta diberikan kaos, uang transport dan makan. Senang ... senang ....
Okey, selanjutnya pada hari H, yaitu hari Sabtu, 25 Oktober 2014, saya berangkat dari kosan naik Busway menuju stasiun Kota lalu dilanjut dengan Busway jurusan Ancol. Nah dari Halte Busway Ancol kalau mau keluar kita harus bayar Rp. 25.000 lalu bisa dilanjutkan dengan naik ojek ke Dermaga 17 Marina, Ancol sebagai meeting point. Sebenarnya jalan kaki pun bisa, tapi berhubung saya belum tahu dimana itu Dermaga 17, maka diputuskan untuk naik ojek.
Pose ketika akan berangkat ke Pulau Onrust.
Saya sangat senang sekali ikut acara Onrust ini. Utamanya sih karena gratis hahahahahaha, gratisan banget ......selain itu juga karena belum ada acara lain. Eh pas mau berangkat Saya ketemu banyak teman KJB. Diantaranya ada Dani, Dennise, Thesy, Peny dan lain - lain.
Nah, yang ikutan lomba fotografi menginap di Onrust, kalau yang hanya Pengenalan Onrust sorenya langsung pulang (setelah melihat Pulau Bidadari). Bedanya yang lain sama peserta lomba fotografi yaitu, para peserta lomba fotografi mengunjungi 4 (empat) pulau, yaitu: Pulau Onrust, Pulau Kelor, Pulau Bidadari, Pulau Cipir.
Peserta yang menginap di Pulau Onrus, tidurnya di mess. Ada kok mess, bisalah nampung 50 (lima puluhan orang). Tumplak - tumplakan tapi masih bisa tidur sih. Masalahnya hanya air saja. Airnya payau atau asin terus jam tertentu mati. Tapi paginya airnya sudah mengalir lagi.
Pas malam minggu, saya sangat menikmati Keindahan Pulau Onrust. Indah, karena dari Onrust saya bisa menikmati cahaya yang berasal dari Kota Jakarta. Ternyata sampai juga lho ke Onrust. Menikmati debur ombak dan bau laut. Melihat beberapa pesawat yang take off. Apalagi Pak Hardi sampai mengabadikannya dengan pakai tripodnya begitu juga dengan teman yang lainnya. Menyaksikan orang yang memancing ikan di malam hari. Dimana lagi hal itu dapat dinikmati sambil duduk di tepi pantai kalau bukan di Onrust.
Setelah selesai menikmati laut, saya dan beberapa orang teman melakukan jalan malam layaknya ospek. Kita jalan - jalan mengelilingi Pulau Onrust di malam hari dengan narasumber Pak Candrian selaku arkeolog. Jalan - jalan pun sambil sesekali berhenti di objek, lalu Pak Can menerangkan tentang objek yang dilihat (ada bekas penampungan air bawah tanah yang mencapai dua meter ada juga kuburan dan bekas tempat cuci, dll). Sebenarnya jalan malam ini untuk melatih rasa takut kita. Karena berkali - kali Pak Can mengatakan bahwa kalau ada orang yang mengatakan bertemu hantu itu rasionya kecil. Pak Can juga menantang beberapa peserta untuk jalan sendiri atau tinggal sendiri misalnya di makam belanda.
Ya, di pulau Onrust memang ada komplek pemakaman Belanda. Saya pun kena diusilin. Nah, ceritanya pas malam itu kita melihat beberapa kuburan orang Belanda salah satunya Maria Van De Velde. Konon katanya dia meninggal sambil menunggu kekasihnya yang tak kunjung datang. Padahal kekasihnya itu telah meninggal di Belanda. Ada yang bilang Maria ini selingkuh ada yang bilang dia sama sekali belum menikah. Konon katanya Hantu Maria ini selalu berkeliaran di Onrust. Lagi asyik - asyiknya saya memperhatikan nisannya Maria, tiba - tiba kaki saya ada yang megang kuat sekali. Otomatis saya berteriak. Ketika saya tengok ke bawah ternyata kaki saya dipegang Pak Can. Untungnya saya tidak pingsan. Hanya kaget saja saya.
Sesudah kejadian itu, Saya balik kembali ke Mess. Mengelap badan lalu tidur.
Pagi harinya peserta Lomba fotografi diantar perahu menuju ke Pulau Kelor mengejar sunrise atau ambil foto - fotolah. Saya senang sekali karena di Pulau Kelor ini ide saya muncul untuk ambil foto yang sebagus mungkin. Selain itu, karena memang objeknya ada yang menarik.
Inilah beberapa foto yang saya ambil dari HP dari Pulau Onrust.
Sewaktu pertama kali saya ke P. Onrust bareng Republika, kompleks pemakaman Belanda ini belum dipagar. Sekarang dipagari dan terlihat lebih rapih. Begitu pula dengan kompleks penjara.
Setelah dipagar, siapa pun pengunjung tidak bisa sembarangan masuk kalau pintunya dikunci.
Ini dia penahan abrasi di Pulau Onrust.
Ini Pulau Kelor
Dulu di Pulau Kelor ini hanya ada benteng Martelo, tapi kemarin sewaktu ke sini ada mess atau entahlah apa itu namanya.
Nah, di sekitar benteng Martelo ini ada yang camping. Sepertinya para tukanglah yang sedang merenovasi kelor.
Pulau Bidadari
Ini di Pulau Cipir
Ada juga bekas Rumah Sakit.
Ada persamaan antara pulau Onrust dan Pulau Cipir. Keduanya merupaka bekas karantina Haji. Jadi, dahulu sebelum pergi ke Mekkah dan sesudah menunaikan ibadah haji, jemaah pasti akan singgah dulu di Pulau ini untuk dicek kesehatannya.
Kembali ke Basecamp di Pulau Onrust. Semua peserta menyerahkan hasil hunting fotonya untuk dinilai. Saya menyerahkan sebanyak 13 (tiga belas) buah foto. Semuanya terserah juri yang akan menilainya yang mana yang terbaik. Jurinya ada tiga orang yaitu: Dennise Devito (Freelancer), Candrian Attahiyat (Arkeolog) dan Feri Latief (Fotografer).
Saya sebenarnya sudah punya feeling bakal memenangkan salah satu trophy. Dan pas diumumkan, yess... akhirnya Alhamdulilah kesampaian juga. Saya dapat juara Harapan Satu untuk Lomba Fotografi Koleksi dan Lingkungan Bersejarah Taman Arkeologi Onrust.
Menerima Piala dan Sertifikat yang diserahkan oleh Pak Candrian Attahiyat.
Foto - foto kebahagiaan yang lain:
Sang juara selain menerima piala, mendapatkan juga sertifikat dan sejumlah uang dipotong pajak. Ya, lumayanlah ya. Pokoknya memuaskan.
The Lucky Number.
Nomor 19 merupakan nomor keberuntungan saya. Jadi, ketika juri menilai kita, mereka hanya tahu nomor peserta saja. Ada pun namanya bisa dilihat dari absensi panitia. Selain saya, Dani yang suhu fotografi saya, juga memenangkan juara harapan tiga. Satu lagi temannya Dani, Anggi malahan dia dapat juara dua. Satu orang lagi masuk dalam sepuluh nominasi.
Saya mencatat beberapa point penting yang disampaikan Juri, yaitu Mas Feri Latief, katanya foto yang terbaik itu hidup atau bercerita, beda dengan yang lain. Biasanya kata Mas Feri pemenangnya adalah orang yang bukan fotografer atau peserta masyarakat umum biasa. Hal ini dikarenakan ketika mengambil foto mereka masih polos. Maksudnya ya apa yang mereka ambil murni apa yang mereka lihat atau apa adanya. Mereka tidak tahu bahwa foto yang diambil itu adalah yang sempurna. Lihat saja juara pertama dari perlombaan ini malahan fotonya diambl dari HP, kata mas Feri ini momentnya dapat, angle bagus (ambil foto gerbang masuk benteng Martelo lalu dia terpotret juga bagian dalam dari benteng itu). Juara kedua, dia ambil foto di benteng Martelo dengan objek benteng dan orang yang lagi selfie. Juara Ketiga ini baru saja pegang kamera. Jadi, ceritanya dia, pinjem kameranya salah satu peserta dan itu pun diajari cara mengambilnya. Setelah dikumpulkan eh malah dapat juara ketiga.
Untuk Foto saya yang menang, kata Mas Feri adalah foto orang yang sedang memancing diantara reruntuhan benteng Martelo, saya buat fotonya hitam putih. .... Maaf ya saya tidak menguploadnya. Belum diedit.
Sekarang ini, pulau Onrust ramai dikunjungi orang. Hari menjelang siang pasti ada saja kapal yang membawa pendatang ke Onrust. Kalau kata Pak Chan, semakin banyak orang datang ke Onrust maka debit sampah yang dihasilkan pun semakin banyak. Maka saya menghimbau semua orang untuk
menjaga keberhasilan. Apalagi di tepi pantai maupun lautnya banyak sampah yang berserakan dimana - mana.
Pada akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak: Mas Kartum yang sudah mengajak saya untuk berpartisipasi, UPT. Taman Arkeologi Onrust, Para Juri (Pak Candrian, Mas Feri Latief dan Dennis Devito), Para Panitia dan Dani yang sudah mengajari saya banyak fotografi.
NB: Teman - teman bisa juga ikutan acara yang sama. Coba saja gabung bersama Komunitas Jelajah Budaya. Biasanya perlombaan ini diadakan dua tahun sekali. Seruuu pokoknya, kita bisa bertemu dan berkenalan dengan banyak orang.
Hari ini mau share kabar gembira lain saja.
Ceritanya minggu kemarin, atau tepatnya hari Sabtu - Minggu, 25 - 26 Oktober 2014 saya mengikuti acara di Pulau Onrust. Acaranya sendiri diadakan oleh UPT. Taman Arkeologi Onrust, berupa Lomba Fotografi.
Informasinya saya dapatkan dari Mas Kartum. Itu lho yang pernah saya sebut di blog ini yang punya Komunitas Jelajah Budaya (KJB). Mas Kartum kirim invitation lewat BBM. Bunyinya seperti ini:
"Penjelajah Kota Toea, mau ikut lomba fotografi di Pulau Onrust gal 25 - 26 Oktober 2014, gratis, lumayan loh hadianya, liburan sejarah sambil foto2 dapat hadiah asik kan...buruan daftar ke Kartum Setiawan."
Saya waktu itu ikut daftar bahkan mendaftarkan teman - teman yang lain. Tapi pada hari -H-nya hanya saya seorang yang ikutan. Yang lain ada acara dan karena missunderstanding. Ternyata acaranya sendiri bukan hanya lomba fotografi saja tapi ada juga pengenalan Pulau Onrust. Saya sejak pertama bilang ke teman - teman bahwa ini adalah acara lomba Fotografi. Maaf... Saya baru tahu ketika besok mau berangkat bahwa ada dua tema acara di Pulau Onrust. Itu pun karena baca informasi di Facebook.
Dari Panitia |
Okey, selanjutnya pada hari H, yaitu hari Sabtu, 25 Oktober 2014, saya berangkat dari kosan naik Busway menuju stasiun Kota lalu dilanjut dengan Busway jurusan Ancol. Nah dari Halte Busway Ancol kalau mau keluar kita harus bayar Rp. 25.000 lalu bisa dilanjutkan dengan naik ojek ke Dermaga 17 Marina, Ancol sebagai meeting point. Sebenarnya jalan kaki pun bisa, tapi berhubung saya belum tahu dimana itu Dermaga 17, maka diputuskan untuk naik ojek.
Dermaga 17 Marina Ancol |
Pose ketika akan berangkat ke Pulau Onrust.
Pergi Dengan Senang Hati |
Saya sangat senang sekali ikut acara Onrust ini. Utamanya sih karena gratis hahahahahaha, gratisan banget ......selain itu juga karena belum ada acara lain. Eh pas mau berangkat Saya ketemu banyak teman KJB. Diantaranya ada Dani, Dennise, Thesy, Peny dan lain - lain.
Nah, yang ikutan lomba fotografi menginap di Onrust, kalau yang hanya Pengenalan Onrust sorenya langsung pulang (setelah melihat Pulau Bidadari). Bedanya yang lain sama peserta lomba fotografi yaitu, para peserta lomba fotografi mengunjungi 4 (empat) pulau, yaitu: Pulau Onrust, Pulau Kelor, Pulau Bidadari, Pulau Cipir.
Peserta yang menginap di Pulau Onrus, tidurnya di mess. Ada kok mess, bisalah nampung 50 (lima puluhan orang). Tumplak - tumplakan tapi masih bisa tidur sih. Masalahnya hanya air saja. Airnya payau atau asin terus jam tertentu mati. Tapi paginya airnya sudah mengalir lagi.
Pas malam minggu, saya sangat menikmati Keindahan Pulau Onrust. Indah, karena dari Onrust saya bisa menikmati cahaya yang berasal dari Kota Jakarta. Ternyata sampai juga lho ke Onrust. Menikmati debur ombak dan bau laut. Melihat beberapa pesawat yang take off. Apalagi Pak Hardi sampai mengabadikannya dengan pakai tripodnya begitu juga dengan teman yang lainnya. Menyaksikan orang yang memancing ikan di malam hari. Dimana lagi hal itu dapat dinikmati sambil duduk di tepi pantai kalau bukan di Onrust.
Setelah selesai menikmati laut, saya dan beberapa orang teman melakukan jalan malam layaknya ospek. Kita jalan - jalan mengelilingi Pulau Onrust di malam hari dengan narasumber Pak Candrian selaku arkeolog. Jalan - jalan pun sambil sesekali berhenti di objek, lalu Pak Can menerangkan tentang objek yang dilihat (ada bekas penampungan air bawah tanah yang mencapai dua meter ada juga kuburan dan bekas tempat cuci, dll). Sebenarnya jalan malam ini untuk melatih rasa takut kita. Karena berkali - kali Pak Can mengatakan bahwa kalau ada orang yang mengatakan bertemu hantu itu rasionya kecil. Pak Can juga menantang beberapa peserta untuk jalan sendiri atau tinggal sendiri misalnya di makam belanda.
Ya, di pulau Onrust memang ada komplek pemakaman Belanda. Saya pun kena diusilin. Nah, ceritanya pas malam itu kita melihat beberapa kuburan orang Belanda salah satunya Maria Van De Velde. Konon katanya dia meninggal sambil menunggu kekasihnya yang tak kunjung datang. Padahal kekasihnya itu telah meninggal di Belanda. Ada yang bilang Maria ini selingkuh ada yang bilang dia sama sekali belum menikah. Konon katanya Hantu Maria ini selalu berkeliaran di Onrust. Lagi asyik - asyiknya saya memperhatikan nisannya Maria, tiba - tiba kaki saya ada yang megang kuat sekali. Otomatis saya berteriak. Ketika saya tengok ke bawah ternyata kaki saya dipegang Pak Can. Untungnya saya tidak pingsan. Hanya kaget saja saya.
Sesudah kejadian itu, Saya balik kembali ke Mess. Mengelap badan lalu tidur.
Pagi harinya peserta Lomba fotografi diantar perahu menuju ke Pulau Kelor mengejar sunrise atau ambil foto - fotolah. Saya senang sekali karena di Pulau Kelor ini ide saya muncul untuk ambil foto yang sebagus mungkin. Selain itu, karena memang objeknya ada yang menarik.
Inilah beberapa foto yang saya ambil dari HP dari Pulau Onrust.
Kompleks Pemakanan Belanda |
Bekas penjara yang dipagari |
Ini dia penahan abrasi di Pulau Onrust.
Penahan Abrasi |
Ini Pulau Kelor
Pulau Kelor |
Benteng Martelo, Pulau Kelor |
Pulau Bidadari
Benteng Martelo, Pulau Bidadari |
Ini di Pulau Cipir
Pepohonan diantara bangunan lama |
Bekas Rumah Sakit |
Ada persamaan antara pulau Onrust dan Pulau Cipir. Keduanya merupaka bekas karantina Haji. Jadi, dahulu sebelum pergi ke Mekkah dan sesudah menunaikan ibadah haji, jemaah pasti akan singgah dulu di Pulau ini untuk dicek kesehatannya.
Kembali ke Basecamp di Pulau Onrust. Semua peserta menyerahkan hasil hunting fotonya untuk dinilai. Saya menyerahkan sebanyak 13 (tiga belas) buah foto. Semuanya terserah juri yang akan menilainya yang mana yang terbaik. Jurinya ada tiga orang yaitu: Dennise Devito (Freelancer), Candrian Attahiyat (Arkeolog) dan Feri Latief (Fotografer).
Saya sebenarnya sudah punya feeling bakal memenangkan salah satu trophy. Dan pas diumumkan, yess... akhirnya Alhamdulilah kesampaian juga. Saya dapat juara Harapan Satu untuk Lomba Fotografi Koleksi dan Lingkungan Bersejarah Taman Arkeologi Onrust.
For The First Time |
Menerima Piala dan Sertifikat yang diserahkan oleh Pak Candrian Attahiyat.
Pak Candrian menyerahkan Piala |
We are the champion |
Pak Can dalam seremonial penyerahan Piala |
My Lucky Number |
Nomor 19 merupakan nomor keberuntungan saya. Jadi, ketika juri menilai kita, mereka hanya tahu nomor peserta saja. Ada pun namanya bisa dilihat dari absensi panitia. Selain saya, Dani yang suhu fotografi saya, juga memenangkan juara harapan tiga. Satu lagi temannya Dani, Anggi malahan dia dapat juara dua. Satu orang lagi masuk dalam sepuluh nominasi.
Saya mencatat beberapa point penting yang disampaikan Juri, yaitu Mas Feri Latief, katanya foto yang terbaik itu hidup atau bercerita, beda dengan yang lain. Biasanya kata Mas Feri pemenangnya adalah orang yang bukan fotografer atau peserta masyarakat umum biasa. Hal ini dikarenakan ketika mengambil foto mereka masih polos. Maksudnya ya apa yang mereka ambil murni apa yang mereka lihat atau apa adanya. Mereka tidak tahu bahwa foto yang diambil itu adalah yang sempurna. Lihat saja juara pertama dari perlombaan ini malahan fotonya diambl dari HP, kata mas Feri ini momentnya dapat, angle bagus (ambil foto gerbang masuk benteng Martelo lalu dia terpotret juga bagian dalam dari benteng itu). Juara kedua, dia ambil foto di benteng Martelo dengan objek benteng dan orang yang lagi selfie. Juara Ketiga ini baru saja pegang kamera. Jadi, ceritanya dia, pinjem kameranya salah satu peserta dan itu pun diajari cara mengambilnya. Setelah dikumpulkan eh malah dapat juara ketiga.
Untuk Foto saya yang menang, kata Mas Feri adalah foto orang yang sedang memancing diantara reruntuhan benteng Martelo, saya buat fotonya hitam putih. .... Maaf ya saya tidak menguploadnya. Belum diedit.
Sekarang ini, pulau Onrust ramai dikunjungi orang. Hari menjelang siang pasti ada saja kapal yang membawa pendatang ke Onrust. Kalau kata Pak Chan, semakin banyak orang datang ke Onrust maka debit sampah yang dihasilkan pun semakin banyak. Maka saya menghimbau semua orang untuk
menjaga keberhasilan. Apalagi di tepi pantai maupun lautnya banyak sampah yang berserakan dimana - mana.
Pada akhirnya saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak: Mas Kartum yang sudah mengajak saya untuk berpartisipasi, UPT. Taman Arkeologi Onrust, Para Juri (Pak Candrian, Mas Feri Latief dan Dennis Devito), Para Panitia dan Dani yang sudah mengajari saya banyak fotografi.
NB: Teman - teman bisa juga ikutan acara yang sama. Coba saja gabung bersama Komunitas Jelajah Budaya. Biasanya perlombaan ini diadakan dua tahun sekali. Seruuu pokoknya, kita bisa bertemu dan berkenalan dengan banyak orang.
No comments:
Post a Comment