Akhirnya tercapai juga jalan-jalan ke Dataran Tinggi Dieng bersama
dengan trip hemat. Informasi tentang trip hemat ini seperti biasanya
didapatkan dari hasil googling. Hari Jumat malam, 28 Juni, sekitar jam
20.00 WIB kita berangkat menuju Dieng dari meeting point di Sevel, Plaza
Festival Kuningan dengan menggunakan ELF dan peserta sebanyak 18 orang.
Dari Jakarta ke Dieng lewat Subang (Jawa Barat) dan tidak lewat Wonosobo karena ditutup ada perbaikan jalan. Jadinya diambil rute Pekalongan - Banjarnegara. Perjalanan ditempuh dalam waktu yang cukup lama. Selain karena terjebak macet disebabkan juga beberapa kalinya berhenti untuk isoma.
Rombongan baru sampai di Dieng sekitar jam 11 Siang. Kita pun sampai di penginapan Gunung Mas. Lokasinya dekat dengan acara Dieng Culture Festival. Tahu tidak, sepanjang jalan menuju wilayah Dieng ini cukup indah pemandangannya. Udaranya yang segar, melewati kebun pinus, cemara dan perkebunan lainnya.
Di penginapan kita istirahat sebentar, makan siang dan lanjut ke Telaga Warna, Kawang Sikidang dan Dieng Plateau Theater.
HARI PERTAMA
Telaga Warna
Memasuki areal telaga ini, saya langsung teringat dengan Danau Linau di Manado. Kenapa? Sama-sama mengandung belerang.
Menurut Guide kami, Bapak Suwitno ada tiga hal yang membuat telaga itu berwarna yaitu, kedalaman, belerang dan juga tempaan sinar matahari.
Di areal telaga warna ada beberapa Goa yang dapat kita lihat diantaranya:
Patung Maha Patih Gajah Mada
Nah, patung Gajah Mada ini diresmikan pada tanggal 2 November 2008. Kata Pak Witno, ceritanya dulu, Gajah Mada pernah bertapa dan mengucapkan sumpah amukti palapa di sini. Hm .... ternyata tempat bertapanya dimana-mana ya. Masih ingat tidak dengan cerita saya dari Jombang sewaktu jelajah Situs Trowulan?
Next, kita jalan lagi menuju Goa Semar
Goa Semar
Ceritanya Goa Semar ini merupakan tempat pertapaan Mandala Sari Begawan Sampurna Jati. Setelah dari sini kita lanjut ke Goa Pengantin.
Goa Pengantin
Kata Pak Witno, kalau ingin cepat dapat jodoh bisa datang ke Goa Pengantin ini. Akh tapi kalau urusan jodoh itu tetap ya kita harus mengusahakan sendiri :)
Di sini kita hanya berfoto-foto. Lalu lanjut ke Goa berikutnya...
Goa Sumur
Goa ini pun tidak jauh berbeda fungsinya dengan Goa-goa lainnya. Lanjut ya ...
Goa Jaran
Nah Goa Jaran adalah Goa terakhir yang kita lihat. Di depan Goa ini ada patung kembar. Berdasarkan keterangan dari Pak Witno, patung kembar itu sebagai simbol katanya kalau hidup harus seimbang. Sementara Resi Kendali Seto maknanya kita harus punya hati yang bersih atau putih. Nah kalau diartikan per kata, Resi artinya orang yang pandai, Kendali artinya bisa pegangan, Seto itu putih. Jadi, teman-teman bisa memaknai dari arti per kata. Tapi kalau saya googling itu bisa diartikan manusia yang mengendalikan hawa nafsunya.
Telaga Cermin
Karena airnya jernih makanya disebut dengan telaga cermin. Kalau menurut temanku sih, telaga cermin ini warnanya terlihat lebih jelas daripada telaga warna. Tapi Memang indah di sini, semuanya persembahan alam. Tapi saya merasa angker. Nah, katanya Pak Witno, daerah ini merupakan tempat pertemuan lelembut dari Pantai Utara dan Pantai Selatan.
Dari sini kita lanjut ke Dieng Theater dan Kawah Sikidang
Sewaktu ke Kawah Sikidang itu memang waktunya sudah sore banget, menjelang maghrib ya. Tapi kita masih bisa menikmatinya dengan naik ke atas bukit. Bau belerang yang menyengat pada waktu itu tidak jadi soal, karena kita ingin melihat lebih dekat kawah ini. Nah, kata Pak Witno, Kawah Sikidang bisa terbentuk dimana saja. Bahkan di tempat yang kita injak itu bisa muncul kawah baru. Di areal wisata ini ada juga warung yang menyediakan oleh-oleh dan makanan ringan.
Hari Kedua
Selesai dengan acara di hari pertama, kita kembali ke hotel dan makan malam. Lalu berkumpul menuju lapangan untuk menyaksikan pelepasan lampion dan bakar jagung. Tapi sayang saya tidak mendapatkan gambar lampion. Soalnya nunggunya lama. Makanya ikut sama yang lain untuk minum Purwaceng. Jadi deh ketinggalan moment.
Tapi saya punya fotonya nih dari teman ...
Hari Minggu merupakan hari Puncak Perayaan Dieng Culture Festival. Tapi sebelum ke Puncak acara kita mendaki dulu dari subuh ke Puncak Gunung Si Kunir. Kita Sholat Subuh di Masjid dekat lokasi parkir mobil. Ternyata peserta yang lain juga melakukan hal yang sama. Mereka sholat subuh di lokasi sebelum pendakian.
Tapi sayang, saya tidak sampai pucak. Ini dikarenakan kecapean dan teknik pernapasan yang salah. Tapi saya masih bisa lihat sunrise.
Setelah selesai menikmati sunrise kita balik ke penginapan. Oh ya mendaki gunung Sikunir itu harus hati-hati karena jalannya kecil dan aturlah pernapasan dengan baik.
Balik ke penginapan kita mandi dan sarapan. Setelah itu menunggu arak-arakan lewat.
Nah, arak-arakan dilakukan sebelum pelaksanaan pemotongan rambut gembel. Arak-arakan arahnya menuju komplek Candi Arjuna yang merupakan tempat ritual pemotongan rambut. Serru deh, saya terpisah dari rombongan dan mengikuti arak-arakan sambil mengabadikan moment.
Pemotongan Rambut Gembel
Sayang banget nih, karena lensanya tidak memadai jadinya tidak bisa mengabadikan moment. Jarak untuk tamu undangan VIP dan wisatawan dibedakan.
Oh ya, pemotongan rambut gembel itu didasarkan atas permintaan si anaknya sendiri tapi tentu dengan syarat. Syaratnya itu beragam lho. Ada yang minta dibeliin kambing, perhiasan kalung, gelang dan baju pesta, tempe gembus dan jambu air merah, topi dari toko mickey mouse, ikan merah besar, cincin. Permintaannya polos anak-anak deh dan orang tua harus mengabulkan permintaan mereka. Pada waktu itu, anak berambut gembel yang dipotong rambutnya ada 7 orang anak.
Kata Pak Witno, anak berambut gembel ini spesial. Karena hanya ada di Dieng. Rambut gembel ini disebabkan karena penyakit panas yang tak kunjung sembuh. Lalu, dengan sendirinya rambut anak-anak ini tumbuh menjadi gembel. Selanjutnya, kata Pak Witno, anak berambut gembel itu bisa mendatangkan dua sisi, positif dan negatif. Maka dari itu harus diruwat. Setelah diruwat atau dipotong rambutnya, maka rambut gembelnya itu tidak akan pernah tumbuh lagi selamanya.
Setelah prosesi pemotongan rambut gembel selesai, artinya berakhir pulalah acara. Rombongan kembali kepenginapan untuk persiapan pulang ke Jakarta.
Informasi Tambahan:
(Total Biaya ikut Dieng Culture Festival 2013 adalah Rp. 675.000)
NB: Karena suhu di Dieng sangat dingin, maka jangan lupa untuk membawa Jaket dan juga Kaos Kaki ya. Biar Hangat. Kalau bisa rombongan perginya.
Dari Jakarta ke Dieng lewat Subang (Jawa Barat) dan tidak lewat Wonosobo karena ditutup ada perbaikan jalan. Jadinya diambil rute Pekalongan - Banjarnegara. Perjalanan ditempuh dalam waktu yang cukup lama. Selain karena terjebak macet disebabkan juga beberapa kalinya berhenti untuk isoma.
Rombongan baru sampai di Dieng sekitar jam 11 Siang. Kita pun sampai di penginapan Gunung Mas. Lokasinya dekat dengan acara Dieng Culture Festival. Tahu tidak, sepanjang jalan menuju wilayah Dieng ini cukup indah pemandangannya. Udaranya yang segar, melewati kebun pinus, cemara dan perkebunan lainnya.
Di penginapan kita istirahat sebentar, makan siang dan lanjut ke Telaga Warna, Kawang Sikidang dan Dieng Plateau Theater.
HARI PERTAMA
Telaga Warna
Telaga Warna |
Memasuki areal telaga ini, saya langsung teringat dengan Danau Linau di Manado. Kenapa? Sama-sama mengandung belerang.
Menurut Guide kami, Bapak Suwitno ada tiga hal yang membuat telaga itu berwarna yaitu, kedalaman, belerang dan juga tempaan sinar matahari.
Di areal telaga warna ada beberapa Goa yang dapat kita lihat diantaranya:
Patung Maha Patih Gajah Mada
Patung Maha Patih Gajah Mada |
Next, kita jalan lagi menuju Goa Semar
Goa Semar
Goa Semar |
Goa Pengantin
Goa Pengantin |
Di sini kita hanya berfoto-foto. Lalu lanjut ke Goa berikutnya...
Goa Sumur
Goa Sumur |
Goa ini pun tidak jauh berbeda fungsinya dengan Goa-goa lainnya. Lanjut ya ...
Goa Jaran
Goa Jaran |
Telaga Cermin
Telaga cermin |
Dari sini kita lanjut ke Dieng Theater dan Kawah Sikidang
Di Dieng Plateau teater diputar video sejarah tentang Dieng. Dari Video itu kita bisa tahu sejarah tentang Dieng. Katanya Dieng itu berasal dari kata Dihyang yang artinya Tempat bersemayam roh-roh para leluhur.
Kawah Sikidang |
Sewaktu ke Kawah Sikidang itu memang waktunya sudah sore banget, menjelang maghrib ya. Tapi kita masih bisa menikmatinya dengan naik ke atas bukit. Bau belerang yang menyengat pada waktu itu tidak jadi soal, karena kita ingin melihat lebih dekat kawah ini. Nah, kata Pak Witno, Kawah Sikidang bisa terbentuk dimana saja. Bahkan di tempat yang kita injak itu bisa muncul kawah baru. Di areal wisata ini ada juga warung yang menyediakan oleh-oleh dan makanan ringan.
Hari Kedua
Selesai dengan acara di hari pertama, kita kembali ke hotel dan makan malam. Lalu berkumpul menuju lapangan untuk menyaksikan pelepasan lampion dan bakar jagung. Tapi sayang saya tidak mendapatkan gambar lampion. Soalnya nunggunya lama. Makanya ikut sama yang lain untuk minum Purwaceng. Jadi deh ketinggalan moment.
Tapi saya punya fotonya nih dari teman ...
Lampion |
Hari Minggu merupakan hari Puncak Perayaan Dieng Culture Festival. Tapi sebelum ke Puncak acara kita mendaki dulu dari subuh ke Puncak Gunung Si Kunir. Kita Sholat Subuh di Masjid dekat lokasi parkir mobil. Ternyata peserta yang lain juga melakukan hal yang sama. Mereka sholat subuh di lokasi sebelum pendakian.
Gunung Sikunir |
Setelah selesai menikmati sunrise kita balik ke penginapan. Oh ya mendaki gunung Sikunir itu harus hati-hati karena jalannya kecil dan aturlah pernapasan dengan baik.
Balik ke penginapan kita mandi dan sarapan. Setelah itu menunggu arak-arakan lewat.
Nah, arak-arakan dilakukan sebelum pelaksanaan pemotongan rambut gembel. Arak-arakan arahnya menuju komplek Candi Arjuna yang merupakan tempat ritual pemotongan rambut. Serru deh, saya terpisah dari rombongan dan mengikuti arak-arakan sambil mengabadikan moment.
Arak-arakan |
Pemotongan Rambut Gembel
Sayang banget nih, karena lensanya tidak memadai jadinya tidak bisa mengabadikan moment. Jarak untuk tamu undangan VIP dan wisatawan dibedakan.
Puncak acara |
Oh ya, pemotongan rambut gembel itu didasarkan atas permintaan si anaknya sendiri tapi tentu dengan syarat. Syaratnya itu beragam lho. Ada yang minta dibeliin kambing, perhiasan kalung, gelang dan baju pesta, tempe gembus dan jambu air merah, topi dari toko mickey mouse, ikan merah besar, cincin. Permintaannya polos anak-anak deh dan orang tua harus mengabulkan permintaan mereka. Pada waktu itu, anak berambut gembel yang dipotong rambutnya ada 7 orang anak.
Kata Pak Witno, anak berambut gembel ini spesial. Karena hanya ada di Dieng. Rambut gembel ini disebabkan karena penyakit panas yang tak kunjung sembuh. Lalu, dengan sendirinya rambut anak-anak ini tumbuh menjadi gembel. Selanjutnya, kata Pak Witno, anak berambut gembel itu bisa mendatangkan dua sisi, positif dan negatif. Maka dari itu harus diruwat. Setelah diruwat atau dipotong rambutnya, maka rambut gembelnya itu tidak akan pernah tumbuh lagi selamanya.
Setelah prosesi pemotongan rambut gembel selesai, artinya berakhir pulalah acara. Rombongan kembali kepenginapan untuk persiapan pulang ke Jakarta.
Informasi Tambahan:
- Tiket masuk ke Telaga Warna Rp. 6000
- Tiket masuk ke Teater Dieng Rp. 4000
- Tiket masuk ke Puncak Sikunir Rp. 4000
- Tiket masuk ke Kawah Sikidang dan Kompleks Candi Arjuna Rp. 10.000
- Kartu Peserta Dieng Culture Festival Rp. 30.000,-
(Total Biaya ikut Dieng Culture Festival 2013 adalah Rp. 675.000)
NB: Karena suhu di Dieng sangat dingin, maka jangan lupa untuk membawa Jaket dan juga Kaos Kaki ya. Biar Hangat. Kalau bisa rombongan perginya.
No comments:
Post a Comment