Search This Blog

Monday, March 3, 2014

Kurang Kenyang Dengan Singapore Air Show 2014

Yup, hari Sabtu yang lalu tepatnya tanggal 15 - 16 Februari 2014, saya bareng teman, Dani pergi ke Singapura. Tujuan ke sana untuk lihat Singapore Air Show 2014 (SAS). Info SAS didapatkan dari Majalah NGI Traveler.

Menuju Arena SAS

Awalnya saya ajak teman Backpackeran sewaktu ke acara Thaipusam Malaysia tahun lalu, waktu itu ada Akanta sama Rose. Satu per satu saya hubungi mereka tapi masing-masing sudah punya acara. Akanta tidak bisa ikut karena dia awal tahun ini mau pergi ke Australia lanjut sekolah. Sementara Rose jadwalnya padat, maklumlah sekarang Rose yang tinggal di Negeri Jiran sudah jadi Fotograper Profesional. Jadi, banyak kliennya. Tinggalah saya sama Dani berdua yang jadi lihat pertunjukan SAS.

Semua tiket dan penginapan yang booking Dani. Memang saya sengaja mengajak dan meminta bantuan sama dia, karena dia sudah beberapa kali ke Singapura, sudah tahulah rute jalan disana, nginep dimana, harus naik apa. Beres dia atur.

Sekarang saya mau cerita kronologis perjalanan ke Singapura.

Berangkat Pakai Damri jam 3 Pagi ke Soetta
Hahaha, ini khan acaranya backpackeran, jadi gak bisa seenak seperti Dinas Luar (DL) yang ada uang transport sendiri. Kalau mau pergi dan tidak mau ribet tinggal nunggu Taxi. Kalau Backpackeran khan pakai uang sendiri. Berhubung tahun ini lagi sepi dan memang uangnya dipakai investasi lain, maka sedari awal keberangkatan harus dihemat benar pengeluarannya. Jadi, saya putuskan hari Sabtu pagi itu naik Damri menuju Bandara Soekarno Hatta.

Hal yang dilakukan  sebelum pergi adalah tanya jam keberangkatan paling awal Bus Damri ke Bandara.  Hari Jumat malam setelah ke Money Changer di Blok M Plaza, saya ke pangkalan Bus Damri dan tanya langsung ke petugasnya. Petugas itu bilang Damri paling awal berangkatnya jam 3 pagi. 

Hari Sabtu jam setengah tiga pagi saya keluar dari kosan jalan kaki menuju Terminal Blok M. Karena sepagi itu belum ada Metromini. Sebelum sampai ke tempat tujuan saya sudah benar-benar jadi Backpaker sejati nih heheehee ....

Sewaktu sampai pangkalan Damri, belum ada penumpang yang lain, ini berarti saya yang pertama datang. Tapi setelah menunggu sampai jam tiga, dua orang penumpang lain datang juga. Akhirnya Bus berangkat ke Bandara, itu pun setelah Seorang petugas membangunkan sang supir yang sedang tidur lelap di dalam bus untuk segera berangkat mengingat sudah ada  penumpang.

Melihat kondisi sang supir yang terlihat masih ngantuk, saya jadi takut, tapi pas masuk jalan Sudirman, dia digantikan oleh temannya  nyetir.

Nah, pas di dalam bus itu khan saya sangat terang dan jelas bilang sama kondekturnya untuk menurunkan saya di gate penerbangan internasional, maskapai Air Asia dan tujuan Singapura.
Namun apa yang terjadi kemudian adalah, saya tidak diturunkan di terminal tiga. Jadinya saya naik taxi lagi ke Terminal Tiga. Huh, beruntung jaraknya dekat ya.

Okey itu tadi kejadian sebelum berangkat.

Tiba di Bandara Changi, Singapura
Sesuai dengan jadwal penerbangan Air Asia, kita berangkat jam 5:40 WIB dan sampai jam 8:30 AM. Setibanya di Bandara Changi kami menuju visa arrival untuk dicap paspor oleh imigrasi Singapura setelah itu pakai MRT dan Bus menuju arena Singpore Air Show 2014.  


Singapore Air Show 2014
Hm, boleh dikatakan ketika sampai arena Singapore Air Show itu kita tidak dapat posisi yang bagus. Dikarenakan arena sudah penuh dengan penonton malahan pertunjukan sudah dimulai. Jadi, tidak dapat memilih posisi yang enak.

Seperti inilah pertunjukan Singapore Air Show 2014.
Empat kapal beraksi

Seperti kita ketahui bersama, terkait dengan pertunjukan SAS ini ada sedikit masalah yang terjadi antara Indonesia dan Singapura terkait penamaan kapal perang (laut) Indonesia yaitu Usman Harun. Sempat dikabarkan karena adanya masalah ini, Team Indonesia TNI-AU  JAT (Jupiter Aerobatic Team) batal tampil di SAS. Apa yang terjadi kemudian adalah JAT jadi tampil.

Saya begitu bangga dan  terharu ketika JAT tampil di SAS. Bayangkan saja Bangsa sendiri tampil di negara orang dan saya ada di sana sungguh mengharukan. Terlebih ketika mereka tampil dibarengi dengan backsound dari penyanyi Indonesia seperti band Cokelat dsb. Jadi sepanjang lagu - lagu dari artis tanah air belum berakhir diputar itu tandanya masih JAT yang tampil.
Seperti inilah penampilan JAT.

JAT Indonesia Tampil
Team JAT Membentuk LOVE ... tapi sayang asapnya tidak cukup jadi yang terlihat seperti ini:
LOVE from JAT

Sebenarnya pertunjukan ini berlangsung sampai sore. Tapi kita hanya menyaksikan show bagian pertama saja. Ini dikarenakan ribet bawa tas backpack karena belum ke hostel dulu dan waktu itu cuacanya tidak menentu antara panas dan mendung.

Mengenai akrobatik yang dilakukan oleh Tim dari masing-masing negara, pada umumnya mereka menampilkan gaya yang sama. Seperti, terbang vertikal, lalu saling berpapasan, memencar dan kembali beregu lalu membentuk simbol hati. Bangga pokoknya saya kepada TNI-AU JAT (Jupiter Aerobatic Team).  Congrat  untuk mereka atas performancenya yang luar biasa.

Selepas memotret pertunjukan SAS, kita menuju arena Exhibition. Yang dilakukan di arena ini tentu memotret beberapa pesawat dan juga narsis.
Mencoba Pesawat
Narsis di depan Apache ..
Narsis di depan Apache
Dan ini Narsis di depan US AIR FORCE
Boleh Khan Narsis itu
Secara keseluruhan SAS 2014 itu menurut saya kurang mengenyangkan, saya masih ingin lebih menikmatinya .. mungkin karena waktu shownya dibagi dua pagi dan siang dan pesertanya pun sedikit hanya Singapura, Australia, Amerika,  Indonesia dan Korea Selatan. Tapi kalau exhibitionnya lumayan banyak pesertanya.

Saya juga merasa tidak puas dengan hasil jepretan sendiri mengingat lensanya bukan lensa tele hanya lensa kit dan settingannya pun tidak pas. Untuk penggunaan kamera, model M (Manual) lebih saya kuasai daripada model lainnya.

Menginap Di Hostel 5foot Way Inn

Balik dari arena  SAS, kita langsung ke Hostel. Saya pesan kamar/dorm yang khusus perempuan, sementara Dani, dia pilih kamar yang campur. Hostel ini menurut saya cukup bersih ya. Tapi halangannya yaitu ruangannya sempit, untungnya saya lagi tidak sholat jadi tidak terganggu harus mencari ruangan yang cukup luas untuk sholat. Hal yang tidak disukai adalah, terpisahnya toilet mandi dan toilet untuk BAB.  Untuk Toilet BAB merupakan tipe toilet kering.
Kalau untuk fasilitas sarapan sih, lumayan enak banyak pilihannya ya.

Hostel
Hostel ini letaknya di China Town. Persis di depan dan di pinggir hostel ini adalah toko-toko barang souvenir. Pokoknya ramai  di sini tapi tidak mengganggu sampai ke dalam penginapan. Jadi, kita bisa tenang untuk istirahat.  Peraturan yang diterapkan di Hostel ini adalah, kita boleh bawa minuman ke kamar tapi tidak boleh makan di dalam kamar. Kalau mau makan harus di ruang makan. Oh ya, satu hal lagi, akses masuk ke China Town itu dari stasiun MRT bawah tanah (subway) naik ke atas melalui lift dan sewaktu sampai atas kita disambut sebuah gerbang seperti ini:
Gate masuk ke China Town
 Inilah suasana di Chona Town.
Kiri dan Kanan Toko Souvenir
Di Hostel kita hanya singgah sebentar, selanjutnya kita cari makan di Food Court yang ada di sebuah Mall. Ternyata eh ternyata makan di Singapura itu mahal sekali. Satu kali makan dengan menu nasi Padang, saya habis SGD 5 (sekitar 50.000 kurang). Tapi lebih mahal minuman botol mineral. Satu botol Aqua yang diimpor oleh Singapura dari Indonesia harganya mencapai SGD 7. Makanya Dani sempat mengingatkan saya sebelum pergi untuk bawa botol minum supaya bisa diisi ulang. Tapi, saya tidak melakukannya. Di Singapura, saya beli satu botol Aqua dan bekasnya tidak dibuang melainkan dipakai isi ulang. Setiap mau ke luar Hostel saya isi botol Aqua itu dari air minum hostel. Jadi kalau makan tidak perlu beli air minum. Anehnya, minuman seperti Soft drink di sana murah.

Jadi, ini merupakan suatu catatan bagi saya, yaitu mengenal negara dimana harga mineral waternya mahal sekali.

Pakai EZ Link untuk Naik MRT
Habis makan kita langsung menuju ke Universal Studio tentu dengan pakai MRT (Mass Rapid Transit). Oh ya sebagai informasi, untuk menggunakan fasilitas MRT harus pakai kartu. Pilihannya bisa pakai kartu reguler atau EZ Link. Saya beli Ez Link.

Ez Link ini harganya SGD 12 dan berlaku selama 5 tahun. Tapi tentu kalau sudah habis harus diisi ulang. Harga SGD 12 itu terdiri dari dua komponen, SGD 5 untuk biaya kartunya dan SGD 7 untuk ongkos MRTnya. Intinya saya selama dua hari perjalanan ke Singapura menghabiskan sekitar SGD 22. Karena batas minimum untuk isi ulang kartu ini sebesar SGD 10. Saya kira cukup SGD 7 ternyata tidak cukup.

Keuntungan lain pakai kartu EZ Link tentu, kita tidak perlu mengantri kalau mau pakai MRT. Tinggal di Tap di pintu masuk/keluar.


EZ Link
Salah satu hal yang membuat saya terkesan dengan jalan-jalan ke luar negeri itu adalah alat transportasi umumnya. MRT di Singapura ini membuat penumpang tertib dan disiplin. Di dalam MRT maupun di area platformnya kita tidak boleh sama sekali makan dan minum. Selain itu, penumpang yang ke luar dan  masuk sangat rapi. Hal itu, setelah saya perhatikan memang ada garis yang membedakan untuk penumpang masuk dan keluar. Penumpang yang akan masuk MRT harus berdiri di garis merah yang terletak di sisi kiri dan kanan. Sementara garis hijau letaknya di tengah pintu dan digunakan sebagai jalan keluar bagi penumpang MRT.

Selain garis merah dan hijau itu, ternyata yang membuat  tertib dan disiplin adalah pintunya sendiri lebar. Jadi tidak berdesakan. Dengan kata lain memang diberikan space yang cukup untuk keluar masuk penumpang.

Line untuk antri masuk dan keluar


Universal Studio 
Kita mengunjungi Universal Studio itu sebenarnya hanya sebagai syarat saja. Di sini saya narsis di depan Ikon yang terkenal dan tentunya menonton satu pertunjukan saja yaitu "The Song Of The Sea".


I have been here finally
Setelah narsis di depan Universal Studio lanjutlah nonton The Song Of The Sea. Kata Dani pertunjukan ini sebenarnya permainan laser dan air. Tapi pas lihat latar pementasannya mereka buat seperti perkampungan suku Bajo Indonesia.


Latar Song of The Sea

Kalau untuk suku Bajo sendiri saya pernah mengunjungi sebuah kampung di Maumere, NTT, namanya Kampung Wuring.  Di kampung Wuring ini tinggal dua suku, yaitu bugis dan bajo. Perkampungannya sendiri seperti latar pertunjukan Song Of The Sea. Ya, mereka membangun rumah di atas laut. Jadi rumahnya tidak permanen, sewaktu-waktu bisa ditinggalkan. Cerita mengenai Kampung Wuring ini sudah saya publish di dalam postingan ke Flores. Intinya dari cerita ini adalah Indonesia memang kaya inspirasi, sampai tetangga kita pun mengakui hal itu.

Apa saja yang saya nikmati di Universal Studio selain Song Of The Sea?
Jawabannya tentu narsis lagi. Kali ini Narsis di depan Patung Merlion yang ada di Sentosa.

Merlion Sentosa

Selain itu baca ramalan yang ada di papan.
Shio Babi

Entah kenapa membaca ramalan atau shio ini menyenangkan ya. Meskipun kata orang jangan mempercayai hal yang seperti itu. Tapi bagi saya membacanya merupakan iseng belaka. Apa yang dikatakan oleh papan Shio Babi itu memang tidak jauh dari keadaan saya saat ini. Mengenai Love life katanya masih suram, kondisi keuangan yang tidak baik dan katanya saya harus mengurangi traveling dan kegiatan-kegiatan yang bersifat Volunteer.

Malamnya kita menikmati permainan lampu laser di Marina Bay.
Night View
Sayang gak bawa Tripod. Tadinya dari jauh hari sudah diniatkan untuk bawa, tapi biasa penyakit pelupa manusia.

Marlion di Marina Bay
Itu tadi kegiatan di malam hari, kita enjoy the view dan sesudah kenyang kita balik ke Hostel.

Hari kedua
Sebenarnya acara Singapore Air Show masih ada di hari Minggu. Tapi kita tidak balik lagi ke sana. Hari kedua ini kita balik lagi ke Marina Bay, lihat patung Marlion dan jelajah daerah di belakang China Town.

Foto bersama saudagar Alexander Johnson

 Foto-foto di Jembatan Cavenagh
Jembatan Cavenagh
 
 Memotret Bangunan 

Entah apa nama sungainya ini
 

Foto Patung First Generation
Patung itu bisa tahan dalam posisi seperti itu sampai kapan ya

Berfoto di Merlion Park
Kesilauan
Setelah kenyang berfoto-foto di Marlion Park, kita balik lagi ke Hostel untuk check out dan bawa barang. Setelah itu kita mencari makan di belakang China Town. Tapi sebelum sampai ke Maxwell Food centre yang dituju kita singgah dulu di Sri Mariamman Temple melihat orang keturunan India beribadat.

Masuk ke dalam Sri Mariamman Temple ini kita harus lepas sepatu dan kalau bawa kamera digital harus bayar. Makanya selama masuk kuil ini saya tidak mengeluarkan kamera lagipula ribet sama barang bawaan. Kalau Dani, dia diam-diam motret. Kalau ketahuan saya perhatikan yang Dani lakukan adalah pura-pura tidak lihat ke orangnya dan menjauhkan kamera digitalnya dari posisi membidik.

Sri Mariamman Temple


Foto Budha Temple
Budha Temple
Makan di Maxwell Food Centre
Pusat Makanan
Foto Di Ion
Di Ion
 Foto di Ion ini memang suatu keharusan. Dikarenakan kalau belum ke Ion atau Jl. Orchad ini berarti belum sepenuhnya kita ke Singapura. Foto di Ion merupakan aktivitas terakhir kami berkunjung ke Negeri Singa itu.

Seperti itulah cerita jalan - jalannya. Terima kasih untuk teman saya Dani yang sudah menjadi Guide sehingga kita tidak tersesat dan bisa kembali lagi ke Jakarta dengan selamat.

NB: Karena kita pakai MRT dan MRT satu ke MRT yang lainnya harus jalan begitu pula ke lokasi tujuan, maka harus dipersiapkan kondisi fisiknya.

1 comment:

  1. Hai Ami,
    seneng baca tulisanmu. Perjalananmu ke luar negeri. Jadi terinspirasi untuk nulis Singapore. Kok aku belum nulis Singapore ya ? ha ha haaaa lupa. Padahal singapore itu negeri yang paling dekat. Dan saya paling suka. Tetangga begitu dekat letaknya, tapi iklim kehidupannya beda bangets. Di sana apa-apa bersih. Disiplin. Tertib. Semoga Indonesia ke depan bisa begitu.

    ReplyDelete