Search This Blog

Tuesday, April 8, 2014

TMII Sarana Berwisata, Belajar dan Berkompetisi

Selamat Ulang Tahun Kami Ucapkan,
Selamat Panjang Umur Kita Kan Doakan,
Selamat Sejahtera Sehat Sentosa,
Selamat Panjang Umur dan Bahagia ....

Panjang Umurnya
Panjang Umurnya
Panjang Umurnya Serta Mulia
Serta Mulia ... Serta Mulia

 ..........................

Kapan kita terakhir kalinya menyanyikan lagu ulang tahun itu?
Wah, sudah lama ya, sejak beranjak dari anak - anak menjadi pegawai kantoran seperti saat ini dan sejak teman - teman sebaya sudah pada menikah dan menjadi Ibu, lagu itu hampir tidak pernah lagi dinyanyikan.

Tapi sekarang ini saya tidak sedang ingin membahas tentang masa kanak - kanak. Lagu Ulang Tahun itu saya persembahkan dalam rangka menyambut Ulang Tahun Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang ke-39 dan juga dalam rangka mengikuti Kompetisi Blog yang diadakan oleh pihak TMII.

Tema yang akan saya usung dalam rangka menyambut HUT TMII ke-39 adalah TMII Sarana Berwisata, Belajar dan Berkompetisi.

TMII Sebagai Sarana Berwisata
TMII pada awal pembangunannya menghadapi pro dan kontra. Tapi lihatlah apa yang terjadi saat ini. Seluruh masyarakat merasakan manfaatnya. Masyarakat yang manakah itu?
Jawabannya tentu seluruh lapisan masyarakat dan tidak terbatas pada kelas sosial ekonomi tertentu.

Kehadiran TMII telah memberikan warna pilihan kepada masyarakat untuk dapat berkumpul dan lebih mengakrabkan ikatan keluarga. Berwisata ke TMII merupakan wisata murah semua orang dapat menjangkaunya.

Selain memberikan keuntungan bagi pengunjungnya sendiri, berwisata ke TMII juga dapat membantu perekonomian masyarakat yang bekerja di sana. Seperti misalnya membeli souvenir yang dijual di sana begitu pula dengan memberikan tips. Sektor pariwisata ini lebih jauh lagi dapat mendatangkan Devisa bagi negara dengan kunjungan wisatawan asing. Saya perhatikan sewaktu berkunjung ke TMII beberapa waktu lalu ada satu keluarga asing beserta anak-anaknya datang berkunjung. Hal itu perlu kita dorong lagi agar kunjungan wisatawan mancanegara maupun domestik dapat meningkat dari tahun ke tahun.

Foto dibawah ini adalah kenangan ketika ke TMII pertama kali bersama dengan Adik saya, Tissa.
Berfoto sama Badut TMII.
Aku bersama Adekku 
Oh ya, ada satu cerita yang ingin saya share di sini ketika waktu itu (tahun 2010) berkunjung ke TMII. Saya dan adik berkunjung ke salah satu anjungan yang ada sebuah ukiran Gurindam Dua Belas Karya Ali Haji. Masih lekat di ingatan, saya pun membaca baris demi baris Gurindam tersebut sampai tamat.
Gurindam Dua Belas di salah satu anjungan TMII
Selanjutnya Tahun 2013 lalu saya diajak teman untuk ikut kumpul Blogger yang diselenggarakan oleh salah satu produen rokok terbesar. Dalam temu blogger tersebut, kita memperebutkan sebuah doorprize dengan syarat dapat menjawab pertanyaan narasumber.

Narasumber waktu itu bertanya tentang Pulau Penyengat?
Saya tidak mengangkat tangan karena memang tidak tahu apa - apa. Peserta yang mengacungkan tangannya mulai menjawab tentang Sastra Melayu dan Raja Ali Haji beserta Gurindam dua belasnya.
Saya langsung tertohok. Di dalam hati saya menjawab bahwa saya tahu Gurindam dua belas itu tapi saya tidak tahu bahwa sang pujangga Raja Ali Haji terlahir dari Pulau Penyengat, Kepulauan Riau.

Itu salah satu hikmah yang saya pelajari dari peristiwa itu, bahwa kalau kita mengenal seseorang dan karyanya harus secara menyeluruh. Akhirnya doorprize itu jatuh pada orang yang bisa menjawab dengan benar.

Tapi terima kasih kepada TMII untuk semuanya. Karena dari sini awal semuanya.

Selanjutnya, kita juga bisa menikmati keheningan dengan duduk dibangku tepi danau.
Santai di Tepi Danau
Kalau ingin menikmati Peta Indonesia buatan dari atas kita bisa mencoba SkyLift.
Naik Sky Lift
Bagi yang takut ketinggian diharapkan berhati - hati  kalau ingin mencoba Skylift (kereta gantung). Lebih baik ada yang menemani.  Nah dari atas kereta gantung ini selain dapat melihat gambar peta Indonesia buatan di atas danau, kita juga bisa melihat setiap anjungan yang ada di TMII dari atas.



TMII Sarana Belajar 

TMII juga dapat dijadakan sarana untuk mengenal dan belajar berbagai macam seni dan budaya yang ada di tanah air. Berbagai macam anjungan, arena dan museum yang ada di TMII itulah tititk pangkalnya.

Ada satu cerita yang ingin saya share di sini, terkait dengan TMII sebagai sarana untuk mengenal dan belajar mencintai seni dan budaya tanah air. Cerita ini bermula dari ajakan salah seorang teman, bernama Dani untuk pergi melihat acara Gelar Budaya Nusantara yang diadakan pada tanggal 23 - 24 November 2013 di TMII. Tema yang diusung pada acara tersebut adalah "Ritus- Ritus Pangan Nusantara".

Saya langsung tertarik pada acara tersebut, terlebih ketika mendapatkan informasi lebih detail, katanya akan ada pertunjukan ritus pangan dari Suku Dayak Kalimantan. Wah, sebuah keinginan lama terpendam yang belum terlaksana akan segera terwujud, saya bisa melihat penampilan Suku Dayak langsung di Jakarta dan itu tempatnya di TMII. Jadi, tidak perlu jauh-jauh terbang ke Kalimantan.

Semua pertunjukan Gelar Budaya Nusantara berlokasi di Taman Persahabatan Negara Non Blok, TMII.


Tugu Taman Persahabatan Negara Non Blok

 Seperti inilah pertunjukan Ritus Pangan dari Suku Dayak Kanaytn, Kalimantan Barat. Disebut dengan Bauma Batahun (Berladang).

Tarian dari Suku Dayak Kanaytn dalam Ritus Pangan
Perempuanya menari dengan membawa padi.

Perempuan Dayak menari membawa padi

Menyaksikan penampilan dari berbagai suku bangsa tentang ritus pangan sungguh luar biasa. Malahan hal ini menambah kecintaan saya terhadap Kebudayaan Bangsa yang berbhineka tunggal ika. Lalu, apa sih sebenarnya yang dimaksud dengan ritus pangan itu?

Ritus pangan adalah suatu ritual atau upacara misalnya untuk memulai kegiatan bercocok tanam, menyambut panen padi, menanam padi dan sebagainya. Ritus Pangan ini akan berbeda dari satu suku ke suku yang lainnya.

Berikut ini penampilan lain dari acara Gelar Budaya Nusantara yang tampil.

Tari Topeng Losari
Tari Topeng Losari merupakan pertunjukkan yang tidak ada kaitannya dengan ritus pangan. Tapi ini merupakan pertunjukan tambahan yang perlu kita ketahui dan terus lestarikan. Konon katanya tari topeng ini diciptakan pertama kali oleh salah seorang Wali Songo. Pada awalnya sebagai media komunikasi dalam penyebaran agama islam. Kemudian berkembang menjadi seni pertunjukan yang biasa digelar pada acara hajatan seperti pernikahan atau Sunatan.

Ada juga Ritus Budaya Pangan Sadulur Sikep di Pati, Jawa Tengah.
Ritus Budaya Pangan dari Pati
Masyarakat Pati pada dasarnya melakukan tradisi lamporan, yaitu tradisi yang dilakukan dengan cara  berkeliling desa dan areal persawahan dengan menggunakan obor bambu dan menyanyikan parikan (pantun).

Selanjutnya ada Tari Kendi dari Jawa Barat. Sama halnya dengan Tari Topeng Losari, Tari Kendi juga merupakan salah satu pertunjukan Seni kreatif.

Tari Kendi dari Jawa Barat


 Kemudian ada Ritus Budaya Pangan Seren Taun dari Kuningan

Seren Taun
Upacara Seren taun merupakan Upacara Penyerahan hasil panen yang diterima pada tahun yang akan berlalu serta memohon berkah dan perlindunganNya untuk tahun yang akan datang.

Seperti itulah kira - kira gambaran Gelar Budaya Nusantara terkait dengan Ritus Pangan. Jadi jelaslah di sini TMII bisa dijadikan sarana untuk mengenal dan belajar mencintai budaya nusantara.

Di sini ada bonus Video langsung pertunjukan Tari Kendi yang berhasil saya rekam dan upload melalui account Youtube saya. Silahkan Menikmatinya. 



TMII Sarana Berkompetisi 

Hal luar biasa lain yang dapat kita nikmati dari kehadiran TMII adalah sebagai sarana berkompetisi.  Pernahkah teman - teman menjadi bagian dari ajang kompetisi yang diselanggarakan di TMII? Saya Pernah. Itu terjadi pada tahun 2012 lalu, sewaktu mengikuti ajang Canon Photo Marathon. Cerita lengkapnya ada  di sini. 

Canon Photo Marathon 2012
Kenapa TMII dapat dijadikan sarana berkompetisi?
Ya, TMII sejauh pandangan saya, dibangun dengan konsep yang matang. Lihatlah apa yang ada di TMII dapat dijadikan sebagai tempat dan objek kompetisi. Ada Plasa Arsipel yang terletak dipinggir danau buatan dengan pemandangan Pulau Nusantara dibagian tengahnya dapat dijadikan tempat berkumpul para peserta. Sementara beberapa anjungan dan koleksi dari TMII dapat dijadikan objek kompetisi.

Segala yang ada di TMII dapat memberikan inspirasi dan mendatangkan ide yang luar biasa. Para peserta tidak akan kehabisan ide. Hal yang diperlukan adalah bagaimana dengan jeli menterjemahkan suatu ajang kompetisi sehingga bisa menghasilkan karya dan penghargaan yang luar biasa.

Selain hal-hal yang telah saya sebutkan di atas, masih banyak lagi manfaat dari keberadaan TMII yang belum diterangkan di sini, yang saya ulas hanya sebagian saja. Teman-teman bisa mengeksplornya lebih luas.

Rasanya tulisan ini kurang lengkap apabila belum mencantumkan bagaimana caranya pergi ke TMII.
  1. Untuk langkah termudah, khususnya bagi warga Ibu Kota, bisa pakai Taxi langsung menuju TMII.
  2. Dengan Busway, kalau dari Blok M menuju Halte Harmoni  dan lanjut dengan Busway menuju PGC. Dari PGC kita bisa naik angkot ke TMII.

Sebelum menutup tulisan ini saya ingin mengajak seluruh pembaca blog setia saya, marilah kita terus menghidupkan TMII, menjaga, merawatnya, mempelajarinya, menyebarkan yang positif dan kepada pihak terkait yang memegang otoritas agar terus memberikan warna kepada TMII. Seperti misalnya tetap mengadakan berbagai macam festival atau gelar budaya nusantara dan ajang kompetisi lainnya.

Akhirnya, mari kita berterima kasih kepada Ibu Tien atas Idenya sehingga lahir TMII dan sebagai kata penutup sekali lagi saya ucapkan Selamat Ulang Tahun yang ke-39 untuk Taman Mini Indonesia Indah.






1 comment:

  1. persaingan kontes blog smkin ketat aja.. hehe

    blogwalking ya mbak.. :) http://indobarcanesia.blogspot.com/2014/04/39-tahun-tmii-menjadi-bagian-keluarga-indonesia.html

    ReplyDelete