Search This Blog

Sunday, June 24, 2012

Fotografi: Harus Banyak Praktek

Yup kemarin, Sabtu tanggal 23 Juni 2012, aku ikut  free workshop yang diadain Media Indonesia dengan Tajuk Workshop & Photo Competition "Kota Tua dalam benak Gue" tempatnya di Museum Bank Mandiri. Pesertanya terbatas untuk 50 orang ....

Hadir sebagai peserta
Jalannya acara dapat aku gambarkan seperti ini:
Setelah peserta kumpul, acara dimulai dengan pembukaan oleh MC dan kemudian lanjut dengan presentasi dari narasumber, yaitu Mas Hariyanto dari Media Indonesia. Menurutnya acara Workshop dan Photo Competition ini salah satu rangkaian dari "Save Our Heritage" dan dilakukan dalam rangka menyambut HUT DKI Jakarta juga yang ke-483.  Dan tentu saja untuk publikasi Media Indonesia itu sendiri.

Lebih lanjut Mas Hariyanto mengatakan bahwa fotografi itu adalah universal.
"Dalam Fotografi itu  tidak ada pembagian umur, fotografi itu universal atau umum". tuturnya.

Foto itu artinya menceritakan kepada orang lain bukan dalam kata-kata melainkan gambar, katanya.

Lalu Mas Hariyanto melontarkan pertanyaan kepada peserta, "Kriteria foto yang bagus itu seperti apa sih?".

Dan ini ada beberapa jawaban dari para peserta:

Andi : " Foto yang bagus adalah foto yang bercerita", katanya

Rocky: "Foto yang bagus adalah foto yang cocok untuk siapa saja".

Vicky: "Foto yang bagus adalah foto yang maksudnya sampai kepada orang yang melihat".

Adri :"Foto yang bagus yang begitu orang melihatnya bilang bagus".

Aan: "Foto yang tidak hanya membuat orang bereaksi tapi juga bertindak".

Respon dari Mas Hariyanto kepada jawaban peserta itu adalah semuanya benar. Tapi yang utama adalah Begitu foto diperlihatkan orang bereaksi.  Foto itu meninggalkan ingatan. "Foto itu meninggalkan ingatan pada memori visual", katanya.

Di dalam dunia fotografi itu ada yang disebut dengan "Citizen Journalism", artinya orang yang memang tidak berprofesi sebagai seorang jurnalis atau pun fotografer tapi terkadang mereka ini menjadi ancaman untuk real fotografer atau jurnalis. "Profesi kami terancam dengan adanya Citizen Journalism itu, karena mereka bisa lebih bagus, lebih dekat lebih dalam dengan objek". tutur Mas Hariyanto.

Mas Hariyanto mengatakan kalau kita melihat moment yang bagus itu foto saja dengan kamera apa pun, misalnya dengan kamera HP.  Ada beberapa catatan yang kutulis dan penting untuk kita perhatikan apabila ingin menjadi fotografer atau memotret sebuah foto:

  • Foto yang akan kita ambil itu hal tidak biasa atau berbeda. 
  • Harus sensitif terhadap lingkungan di sekitar kita.
  • Harus bisa melihat sisi keunikan baru kemudian mengeksplorasinya.
  • Perbanyak melihat gambar-gambar yang bagus. Tanpa kita sadari akan terekan di memori kita. 
  • Memberikan point of interest pada objek. 
  • Harus bisa mensiasati keadaan.
  • Tidak ada dalam kamus Tidak mendapatkan gambar.  Harus mendapatkan gambar.

Seperti itu kira-kira catatannya. Kata sang Narasumber kami itu dikatakan bahwa lebih baik tidak tahu teori tapi perbanyak memotret. "tapi bukan berarti teori tidak penting", katanya.

Sekarang menyangkut Digitalisasi ya. Dalam dunia fotografi itu, dengan adanya digitalisasi memang, merupakan salah satu kemudahan dan godaaan ya. Tapi kata Mas Haryanto meskipun kita diberikan ruang untuk berkreasi karena didukung dunia digital tapi dalam fotografi itu "Haram untuk Merekayasa Fakta". Misalnya merubah warna langit yang gelap menjadi seperti senja kemerah-merahan.

"Kejujuran adalah modal utama dari Jurnalism, biarkan apa adanya", kata Mas Hariyanto.

Ada case, misalnya ada sebuah foto tidak terlalu bagus atau tidak jelas, tapi mendapat tempat untuk untuk dimuat di surat kabar, ini dikarenakan foto tersebut menangkap sebuah moment atau kejadiannya luar biasa. Misalnya foto tokoh publik yang ditonjok lalu giginya rontok, seperti itu kira-kira kata Mas Hariyanto.

Kemudian ada pertanyaan bagaimana batasan pengambilan foto yang bisa diambil oleh fotografer biasanya khan suka ada yang menghadapi tuntutan atau klaim dari objek foto yang diambil.

Menanggapi hal tersebut Mas Hariyanto mengatakan bahwa kita harus melihat areanya. "Kita harus melihat apakah orang, publik figur atau objek tersebut ada di area publik atau tidak, kalau di area publik milik kita. Karena di Mall juga ada tempat yang privatenya", terang Mas Hariyanto.

Terkait objek foto orang yang kita ambil, manakala itu dijadikan berita orang pada umumnya tidak akan menuntut klaim, tapi manakala foto yang objeknya orang itu dijadikan iklan atau untuk komersial itu biasanya akan dipermasalahkan.

Yang harus dihindari dalam fotografi itu adalah: SARA, SEX dan KEKERASAN. Tapi bukan berarti seorang wartawan atau juru foto itu tidak boleh memotretnya sama sekali, tapi bisa disimpan untuk pribadi tidak untuk disebarluaskan. Intinya kalau di bidang jurnalistik itu, seorang wartawan itu fungsinya tidak hanya memberitakan saja tapi lebih dari itu. Bisa membantu proses pengadilan. Jadi foto yang diambil itu bisa dijadikan barang bukti ya....

Next, di dalam Fotografi itu ada metode yang disebut dengan EDFAT, yaitu,, metode pemotretan untuk melatih cara pandang melihat sesuatu dengan detail yang tajam.
EDFAT apabila diuraikan menjadi:
  1. ENTIRE 
  2. Detail : Suatu pilihan pada bagian-bagian tertentu
  3. Frame : Membingkai detail yang telah dipilih
  4. Angle
  5. Time: Penyinaran dengan kolaborasi yang tepat antara diafragma dan kecepatan

Seperti itulah kira-kira teorinya saya singkat. Setelah sesi pemaparan teori itu selesai hunting-hunting fotolah kita...
Hunting sesi 1 berjalan sekitar dua jaman ya di sekitar Kawasan Kota Tua dan kembali lagi ke museum Bank Mandiri. Setelah hunting selesai dan peserta pun mentransfer foto untuk direview.

Review Foto

Nah dari review foto sesi 1 ini sudah diperlombakan ya.. Intinya setelah review sesi 1 (pertama) ada hunting sesi 2 lalu ada juga review sesi 2. Dan pemenangnya sendiri ditentukan oleh voting peserta lain dan juga narasumber. Aku ikutan juga tapi tidak menang hehehee... ya tidak masalah namanya juga belajar dan mencari pengalaman. Dan itu pun kali kedua aku memakai EOS 60D ku. Kalau memotret banyak itu bingungnya milih foto yang bagus itu yang mana apalagi objeknya banyak. Dan aku juga bingung kalau mau motret idenya apa atau  judulnya apa seperti itu kira-kira hambatanku tentu dengan teknik fotografi yang kurang :)

Kalau aku perhatikan dari foto-foto yang menjadi pemenang itu ya, tekniknya sederhana saja paling juga panning (maaf kalau salah tulis) ... monocrhome atau satu warna. Selebihnya foto-foto yang menjadi pemenang itu ya ada mengandung nilai beritanya, ada yang menggambarkan kekontrasan status sosial atau pun fun,  lalu tidak semata-mata memotret benda mati  saja tapi ada benda hidup, Fokusnya jelas. Dan tidak membuat orang berpikir atau menebak-nebak apa objek yang ada di foto itu.

Dan semua peserta yang hadir pun happy. Karena semuanya mendapat sertifikat dan buku.

Sertifikat ....

 Dan Ini buku yang diberikan pun beragam. Kita tidak bisa milih. Aku kebagian buku bacaan serius tentang organisasi pada awalnya tapi aku minta tukeran dengan teman. Dia dapat novel. Mulanya dia agak keberatan tapi pas pulang akhirnya dikasih juga tuh novel thanks ya... Maksa nih ceritanya :)

Novelnya...


 Demikianlah cerita Workhsop kemarin.  Seperti yang dikatakan Mas Hariyanto, "semua orang tahu foto yangbagus itu seperti apa tapi prakteknya memang sudah"... dan memang kita harus banyak praktek ... untuk mengasah kejelian dan kesensitifan dan juga teknik kita ...

Terima Kasih untuk Media Indonesia dan juga TIMnya...


NB: Maaf kalau ada salah penyebutan nama, Thanks



3 comments:

  1. Wah sangat berbakat nih mau jadi jurnalis. Baru kali ini aku merespon blog, semoga sukses ya. Saya juga ikut tuh dapet hadiah buku karena kepilih dari 7 foto favorite.

    ReplyDelete
  2. @ Danikancil: heheheheh edun, kitu cenah teorinya..

    @ Roki: ya, saya tahu, fotonya yang panning itu ya.. yang ada foto sepeda heheheee ... saya kebetulan suka corat-coret di blog :)

    ReplyDelete