Apa kabarnya teman-teman sekalian. Apa yang teman-teman lakukan di hari Libur Imlek ini?
Apakah diam saja di rumah, ke mall, ke cafe atau barangkali menonton?? sayang sekali ya kalau memang tidak ada aktivitas....hehehehe...
Ingin tahu apa yang saya lakukan di liburan Imlek ini? ya, saya pagi-pagi benar sudah mandi dan sudah mempersiapkan diri untuk pergi ke Vihara yang ada di petak sembilan. Tujuannya tentu saja untuk melihat perayaan imlek di sana. Lama sudah saya merencanakan hal ini. Berdasarkan informasi dari Pak Wall, berangkatlah saya dari Blok M Menuju Petak Sembilan dengan rute hanya satu kali naik busway turun di Halte Busway Glodok.
|
Gerbang masuk menuju Vihara atau Perkampungan China |
Nah, teman-teman dari halte busway Glodok kita menyeberang ke sebelah kiri dan nanti masuk ke gang atau jalan kecil seperti nampak pada gambar di atas. Dari sini kita jalan ada kurang lebih 5 menit menuju Vihara Dharma Bhakti. Sesampainya saya dilokasi Vihara saya lihat sudah banyak mobil liputan dari beberapa media. Saya tadinya tidak begitu yakin untuk masuk Vihara. Tapi, seorang Bapak yang sudah lanjut usia meyakinkan saya untuk masuk saja ke dalam Vihara karena tidak ada larangan. Dan masuklah saya ke dalam Vihara itu. Di dalam vihara itu sudah banyak wartawan, fotografer dan juga masyarakat biasa seperti saya. Terlihat juga orang-orang China keturunan sedang melakukan ritual ibadah dengan membawa dupa. Saya menyempatkan diri untuk bertanya kepada seorang pengunjung berwajah oriental juga, tapi alangkah terkejutnya saya ketika dia mengatakan bahwa dia datang mengantar ayahnya, dan dia sendiri bukan Beragama Budha. Pantas saja, dia tidak mengerti dengan pertanyaan yang saya ajukan. Setelah itu saya masuk ke bagian dalam vihara.
Oh ya saya ingin infokan bahwa di sana terdapat beberapa Vihara, atau istilahnya dipetak-petak. Jadi, memanjang (mungkin alasan ini ya mengapa orang menyebutnya dengan petak sembilan). Akh sayangnya saya lupa bertanya tentang hal ini. Vihara yang Saya kunjungi adalah Vihara Dharma Bhakti dengan Dewanya Dewi Kwan Im. Setiap Vihara itu berbeda namanya dan Dewa yang utamanya juga berbeda-beda. Satu Vihara terbagi menjadi beberapa bagian, ada bagian luar yang tidak ada atapnya, bagian dalam, bagian kanan kiri yang dlengkapi pagoda, dan juga bagian belakang.
Nah, setelah masuk di dalam ternyata asap dupanya begitu kentara karena ruangannya tertutup. Pedas di mata saya sampai berair. Tapi saya harus bertahan demi menikmati liburan dan mencari inspirasi.
"Mbak, doa apa yang diminta?", tanya saya kepada salah seorang jemaah.
"Keselamatan", jawabnya singkat.
"Mbak, di sini khan banyak sekali dewanya, ada sembilan, mbak tahu dewa apa saja itu?', saya bertanya lagi.
"Saya kurang tahu, karena saya baru pertama kali ke sini diajak teman, saya biasanya merayakan imlek di rumah saja"..jawabnya lagi
"Ooh, nama mbak siapa?", ingin lebih dekat saya.
"Lisa", jawabnya singkat
Oh rupa-rupanya teman, dia tidak terlalu tahu substansi.... ah itu juga sama saja halnya dengan saya yang dangkal terhadap kehidupan religi, hehehehe.................
Atas beberapa jawaban tidak memuaskan yang saya dapatkan itu, saya lalu bercerita kepada sepasang anak muda, yang perempuan membawa buku yang laki-laki membawa kamera. Rupa-rupanya curhatan saya itu didengar oleh salah seorang jemaah. Jemaah yang seorang laki-laki itu pun lalu menjelaskan beberapa hal kepada kami, dan saya pun jadinya autis alias banyak bertanya. Berlagalah saya bak seorang jurnalis......tanya ini itu. Rupanya ketika saya mengajukan beberapa pertanyaan, sepasang muda-mudi itu menikmatinya juga. Yang perempuan sibuk mencatat yang laki-laki memotret. Setelah sesi pertanyaan usai yang perempuan itu mengucapkan terima kasih kepada saya.
"Kakak seorang jurnalis?"...........tanya yang perempuan
"Bukan, saya hanya pengunjung saja, saya penasaran tentang imlek, jadi saya datang ke sini", jawab saya
"kakak mahasiswa juga?", tanya perempuan itu lagi
"Bukan", saya jawab.
"Tadi pertanyaannya seperti jurnalis saja, terima kasih ya kak", ujar yang perempuan lagi (saya lupa namanya heehehehe)
Oh teman-temanku yang budiman, ternyata mereka berdua adalah mahasiswa yang sedang melakukan tugas liputan. Mereka merasa terbantu dengan informasi yang mereka peroleh dari hasil wawancara itu. saya maklum dengan mereka, pastinya mereka kebingungan harus melakukan wawancara kepada siapa. Saya yang dari tadi bertanya pun selalu tidak puas dengan jawaban yang saya peroleh sampai akhirnya beretemu dengan jemaah laki-laki itu. Oh ya saya pun merekam wawancaranya hehehehe....
Nah, sekarang saya ingin berbagi tentang isi wawancara itu dengan visualisasi gambar ya. Oh ya sebelumnya saya ingin menyampaikan bahwa istilah vihara dengan Wihara itu sama saja ya....
|
Bagian terluar dari Vihara |
Pak Apun, demikian nama orang yang kita wawancara itu mengatakan bahwa dibagian luar inilah, seperti yang nampak pada gambar diatas, tempat sembahyang utama atau Ketuhanan Yang Maha Esa, jadi tidak ada patung. Untuk sembahyang ini dibutuhkan beberapa perlengkapan seperti hiong atau dupa, lilin dan uang kertas atau Shin Tin. Jumlah dupa yang di tancapkan atau digunakan untuk menyembah setiap patung atau melakukan sembahyang utama adalah 3 buah. Jadi, 3 buah untuk setiap penyembahan. Adapun arti dibalik pembakaran dupa adalah sebagai bentuk penghormatan, meminta rezeki dan meminta segala macam hoki.
|
Berdoa dan meminta air suci kepada Dewi Kwan Im |
Nampak pada gambar diatas seseorang tengah berdoa. Dan dibagian ini orang tidak boleh menyalakan dupa, tapi di sini orang memint air suci. Saya lihat mereka membawa sendiri air itu. Tidak hanya menyalakan dupa saja, para jemaah pun ada yang menuangkan minyak. Seperti ini:
|
Menuangkan minyak |
Saya lihat mereka menuangkan sejenis minyak goreng. Ketika seorang jemaah saya tanya, mengenai makna penuangan minyak kedalam mangkok itu, ia hanya menjawab itu semua dilakukan untuk meminta keselamatan.
|
Membakar Uang kertas di Pagoda |
Orang yang nampak pada gambar tersebut sedang membakar uang kertas atau Shin Tin di tempat pembakaran yang berbentuk sebuah pagoda. "Membakar uang kertas ini sebagai simbol untuk mendapatkan Rezeki", ujar Pak Apun.
|
Patung Budha Ghautama |
Yup menurut penuturan Pak Apun, antara Budha dan Kong Hu Chu itu berbeda. "Tapi ketika zaman Pak Harto, Kong hu chu itu dianggap Budha,", jelas Pak Apun. Budha itu tingkatannya lebih tinggi dari Kong hu chu dan dewa dewi. Sementara Kong hu cu itu sebuah nama dari seorang nabi kalau dalam islam. Jadi, dalam pikiran saya kalau umat Budha bersembahyang di luar tadi katanya menyangkut ketuhanan yang maha esa dan tingkatannya lebih utama, ini berarti dia juga mengakui ada tuhan yang paling tinggi di atas Budha....bukan begitu teman??? saya lupa tanya tadi hehehehe
|
Ini Namanya: Naga Liong Kecil atau semacam dupa |
Naga liong kecil ini di jual di dalam Vihara seharga Rp. 8000, di pasok dari Tanjung Priuk.
|
Angpao |
"Ini untuk rezeki", tiba-tiba saja Pak Apun menyodorkan sebuah angpao kepada saya, "silahkan ambil", serunya. "Boleh ya Pak ?!". "Boleh", katanya.....
Teman-teman, ternyata kita boleh mengambil angpao yang diletakan di sebuah baskom. Saya pun ambil satu. Pas diraba ternyata isinya uang koin. Bisa menebakkah teman-teman, kiranya berapa jumlah isi angpao itu?
Ya, ketika saya buka, ternyata isinya Rp. 400, (empat ratus rupiah)...ya namanya juga simbol hehehehe..
Selain, pembakaran dupa, ada juga adat melepas burung. Burung-burung ini dibeli ya harga perekornya ada yang Rp. 1500, ada dijual di luar Vihara...
|
Melepas Burung |
Melepas burung ini artinya membebaskan dan supaya panjang umur. "Anggap saja kita penjara lalu kita membebaskan dan kita mendapat pahala", terang Pak Apun.
Oh ya, Pak Apun juga sempat menjelaskan mengenai pagelaran barongsai. Dia katakan bahwa barongsai itu digelar setelah perayaan imlek atau ketika event Cap Gomeh yang merupakan puncak imlek setiap tanggal 15.
"Apa artinya cap gomeh pak", tanya saya padanya.
"Cap Gomeh artinya Barongsai mengusir roh jahat. Dulu khan banyak roh jahat, jadi disuir sama barongsai naga," terang Pak Apun.
Dan, Saya pun sempat melontarkan pertanyaan yang agak unik.
"Bapak tidak terganggu dengan asap-asap ini", tanya saya padanya
"Tidak, saya sudah biasa", jawab Pak Apun yang berprofesi sebagai seorang mandor di Pecinan.
"Apa harus disiapkan kaca mata khusus?", tanya saya lagi
"Tidak"
"Tapi Khidmat ya pak?".
"Iya, itu sudah biasa", tegas Pak Apun...
Tapi, ketika saya tanya sejumlah orang dan meskipun jawabannya "sudah biasa" tetap saja matanya berair....tapi memang saya lebih parah...
Menit-menit terakhir sebelum saya meninggalkan Vihara saya juga sempat menayakan tentang arti warna merah pada perayaan Imlek.
"Mengapa ketika imlek identik dengan warna merah, apakah ada kaitannya dengan arti keberanian?"
"Bukan, merah itu lambang kemakmuran, membawa rezeki dan Hoki. Kalau putih di Cina melambangkan orang yang meninggal dunia, kalau merah itu khusus untuk imlek, bukan berani, tapi sebagai lambang mendapatkan rezeki banyak", tutur Pak Apun...
"Jadi, semuanya harus merah termasuk bangunan dan pernak-perniknya?"...
"Iya, orang menikah juga pakaiannya harus merah"...jawabnya lagi
"Lalu ajaran tertinggi dari kong hu cu itu apa?"
"kalau di sini doanya masing-masing"...
Setelah dirasa cukup dengan Vihara, saya putuskan untuk pulang. Tapi langkah saya terganjal. Saya masih ingin berputar mencari kue keranjang karena sewaktu saya ingin membeli di Departement Store, ternyata sudah habis. Alhasil saya mengelilingi kampung China dan saya pun jadi tahu. Seperti inilah kira-kira Perkampungan China itu ...
|
Tampak tidak rapi |
|
Di sepanjang lorong jalan ada yang berjualan |
|
|
|
Ada yang jual kepiting |
|
|
|
|
|
|
Ada yang menjual buah lontar |
|
Saya pun beli buah lontar ini harga satu kantong plastik tadinya di bandrol Rp. 15.000, tapi saya tawar jadi Rp. 10.000., dan akhirnya pedagangnya mau juga kasih. Buah lontar sendiri mirip dengan kolang kaling tapi berbeda. Lontar ya lontar. Rasanya seperti makan buah dawegan atau kelapa muda, kenyal dan apabila kita menggigitnya maka buahnya akan langsung pecah dan keluar air karena di dalamnya mengandung air serta kulitnya lunak seperti makan kelapa muda..
|
Ada yang jual perhiasan. Banyak jenis "Giok" katanya :D |
|
saya pun beli satu cincin |
Ya, tadinya hanya ingin melihat-lihat saja, tapi karena memang punya hasrat yang terpendam ingin cincin jadinya beli deh. Si encinya bilang "giok". Makin tergiur deh. Semula dia menawarkannya dengan harga Rp. 25.000, tapi saya tawar dengan harga Rp. 15.000, dia masih tidak mau memberikannya. Malah dia hanya menurunkan Rp. 5000, tapi saya bersikukuh dengan harga penawaran yang saya ajukan. Akhirnya, Encinya menyerahkan juga itu cincin dengan nilai jual Rp. 15000, sepertinya Rp. 10.000 juga bisa tuh. Sudahlah yang penting saya dapat cincin dan dapat uang receh untuk bayar beli buah lontar yang tidak ada kembalinya itu.
Apa benar ya itu giok? Hm, setelah saya bandingkan dengan cincin yang terbuat dari gelas, ternyata yang katanya giok itu, lebih berat daripada cincin yang terbuat dari gelas dan pada cincin yang saya beli itu ada degradasi warna. Menurut seorang penjual pernak-pernik salah satu cara untuk membuktikan bahwa sebuah perhiasan itu giok bisa dilakukan dengan cara memegangnya atau merabanya, kalau dingin berarti itu benar giok dan katanya lagi giok yang bagus warnanya suka berubah. Hm...kepunyaan saya tidak begitu dingin ya, tapi kalau dikeluarkan dari jemari dingin kok heheheh.....ah saya tahu, ibarat safir saja, khan ada berbagai macam ada yang tidak istimewa, istimewa dan sangat istimewa. Yang sangat istimewa bisa dilihat dari warnanya yang cerah atau matang dan juga dari kilauannya. Duh, jadi ingin giok berkualitas "paling" wkwkwkwkw.....Begitu pun dengan giok ada beberapa macamnya.....ah yang pasti saya beli cincin itu dari orang keturunan Cina, di perkampungan Cina...
Dan kalau kita berjalan ke arah jalan raya atau sekitar Jl. Pancoran Raya dan menyeberang, banyak toko manisan dan permen, yang menjual kue keranjang juga ada.
|
Permen dan Manisan |
|
ada kue keranjang yang dibungkus daun |
Ada tips dalam membeli kue keranjang yaitu, belilah yang masih emoy atau masih lembek pertanda masih baru tidak mengeras. Harga satunya Rp. 12500.....saya pun beli satu saja, rasanya seperti biasa kenyal dan memeang tidak terlalu manis, cukuplah daripada terlalu manis. Ingat kue keranjang ingat nenek saya :D
|
ada manisan buah kering |
Yup, saya beli manisan buah kering Plum dan kayu manis..harga 2,5 ons Rp. 20.000 dan 1 ons Rp. 10.000, jadi berapa setengah kilo?, ya hitung saja sendiri :p
Ya, seperti itulah teman-teman liburan imlek saya... saya senang bisa tahu perkampungan China.
lagi libur saja lumayan ramai apalagi kalau hari-hari biasa ya :D
Rupa-rupanya saya ingin beli Kamera ya hohohoho....CANON EOS........
Jadi, teman-teman kalau ada waktu sempatkanlah main ke Pancoran, itung-itung liburan murah meriah, bawa uang Rp. 100.000 juga cukup disesuaikan saja intinya.....
NB: Mohon Maaf apabila ada salah penulisan nama maupun istilah.
Saya tutup blog ini dengan kutipan dari Pak Apun " harapannya di tahun baru imlek 2562 ini bisa tambah umur, tambah rekezi, biar negara kita maju, dan tidak banyak musibah".....Amien.