Hm, baru bisa sharing cerita malam minggu kemarin sekarang. Biasalah hal ini karena baru bisa ngeupload videonya hari ini. Jadi, ceritnya malam minggu kemarin saya nonton "Kutukan Kudunga" di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki. Terakhir kali ke sana sewaktu menonton Musikal laskar pelangi 2.
Jadi, ceritanya ini mengisahkan tentang sebuah kutukan dari seorang raja Kudunga yang berasal dari Pulau Kalimantan yang mengingatkan siapa pun agar tidak mengambil dan membawa pergi kekayaan alam di pulau itu. "Barang siapa yang mengambil dan membawa pergi kekayaan alam di pulau ini, untuk kepentingannya sendiri, maka hidupnya akan sengsara dan celaka."
Bagi saya menonton "Kutukan Kudunga" adalah sebuah hiburan meskipun dalam pertunjukkan itu sebenarnya terkandung sindiran untuk para pemimpin maupun kita semua. Tapi karena dibalut dalam kesenian jadinya kesan menyindirnya itu ter-adem-kan oleh keindahan seni dan budaya yang ditampilkan apalagi ditambah dengan penampilannya Dik Doank dan juga anak-anak yang menari dan menyanyi.
Sebelum saya bercerita panjang lebar, saya tampilkan dahulu ya cuplikan Video salah satu adegan pertunjukkannya.
Jadi, dalam adegan yang bisa terlihat dalam video tersebut diceritakan bahwa para Dhemit merasa terusir dan terganggu kehidupannya karena ulah manusia yang salah satunya mengunduli atau menebang hutan tempat tinggal mereka. Jadi, mereka melaporkan hal ini kepada leluhurnya.
Wah, pokoknya saya merasa terhibur, karena akting para pemain teaternya bagus dan sangat menghayati. Saya dibuatnya tertawa.
Ada pun sindiran dalam adegan itu bisa saya ceritaka sedikit saja. Misalnya, adegan para dhemit yang sedang bermusyawarah untuk memutuskan bagaimana caranya membalas perbuatan manusia. Salah seorang dhemit menyarankan pimpinannya untuk menyandera manusia, ada juga yang menyarankan untuk meracuni manusia dengan arsenik dan ada pula yang menyarankan untuk menakuti-nakuti manusia. Tapi semuanya itu ditolak pimpinan dhemit.
Pimpinan dhemit kemudian berpikir dan akhirnya didapatlah cara untuk membalas manusia dengan cara melakukan reshuffle hehehehe ....
Oh ya sebelumnya, diceritakan bahwa para dhemit apabila ingin memberikan perlawanan kepada manusia maka perlawanan itu dilakukan secara struktural dan prosedural (saya pun tertawa pada bagian ini).
Nah selain itu, dalam rangka perlawanan terhadap manusia, mereka pun membentuk partai. Tapi dalam adegan itu disisipkan perkataan yang mengatakan "Buat partai itu tidak menyelesaikan masalah tapi menambah masalah" .
Nah, para dhemit ada yang menyarankan nama partai yang dibentuk itu dengan modem, komoditas dhemit, resimen dhemit, goldem alias golongan dhemit, partai dhemit atau pardem dan ada yang mengusulkan namanya bayem (sontak semua penonton tertawa waktu dibilang ya dimasak saja)... lalu ada juga yang mengusulkan namanya PD, tapi katanya kalau namanya PD itu sama dengan partai yang dibuat manusia jadi diputuskan namanya PIDI.
Nah, itu ya teman-teman salah satu bagian yang mengandung unsur sindiran.
Dan, dalam pertunjukkan Kutukan Kudungan itu, dipentaskan juga tarian kalimantan dan juga tambah semarak dengan hadirnya band dan juga Dik doank yang bernyanyi bersama anak-anak. Berikut cuplikannya.
Sungguh Tarian yang menghibur. Jati diri bangsa Indonesia yang berbhineka tunggal ika. Dan ini dia penampilan dari Dik Doank.
Sebenarnya adegannya masih banyak. Tapi berhubung karena keterbatasan yang dimiliki jadi hanya saya masukan 3 video ya.
Nah, apa sebenarnya pelajaran positif yang dapat kita ambil dari Kutukan Kudunga?
Jawabannya tentu banyak.
Pertama, kepada para pimpinan, supaya dapat bersikap lebih bijaksana, adil serta tegas, mengayomi dan bertanggung jawab.
Selain itu, di mana pun kita bekerja kita harus mengikuti atau patuh pada kearifan lokal yang ada. Dan ketika kita ingin menikmati hasil kekayaan alam, jangan serakah. Jangan lupa untuk berbagi dengan warga sekitar atau mereka yang layak untuk berbagi.
Dan, wajar ya apabila ada cerita tentang "Kutukan Kudungan". Karena kalau kita berbicara tentang Pulau Borneo alias Kalimantan, saya pernah sesekalinya ke sana. Itu pun ketika paman masih bekerja di Bontang. Wah, memang Borneo itu wilayah yang kaya. Di sana ada tambang batu bara, gas alam, hutannya pun masih luas dan sebagainya. Jadi, wajar kalau ada Cerita tentang "Kutukan Kudunga".
Nah, pertunjukkan yang produsernya Butet Kertaredjasa, dan dibagian sutradara dan penata musik oleh Djaduk Ferianto ini memang luar biasa. Saya terkesima, itu untuk pertama kalinya saya nonton karya Butet dan Djaduk secara live. Balutan musik, budaya, teater, dan juga penghayatan pemain teater serta para pendukungnya itu yang membuat saya tidak rugi untuk merogoh uang sebanyak Rp. 75000, untuk duduk dikursi balkon...
Jadi, ceritanya ini mengisahkan tentang sebuah kutukan dari seorang raja Kudunga yang berasal dari Pulau Kalimantan yang mengingatkan siapa pun agar tidak mengambil dan membawa pergi kekayaan alam di pulau itu. "Barang siapa yang mengambil dan membawa pergi kekayaan alam di pulau ini, untuk kepentingannya sendiri, maka hidupnya akan sengsara dan celaka."
Bagi saya menonton "Kutukan Kudunga" adalah sebuah hiburan meskipun dalam pertunjukkan itu sebenarnya terkandung sindiran untuk para pemimpin maupun kita semua. Tapi karena dibalut dalam kesenian jadinya kesan menyindirnya itu ter-adem-kan oleh keindahan seni dan budaya yang ditampilkan apalagi ditambah dengan penampilannya Dik Doank dan juga anak-anak yang menari dan menyanyi.
Sebelum saya bercerita panjang lebar, saya tampilkan dahulu ya cuplikan Video salah satu adegan pertunjukkannya.
Jadi, dalam adegan yang bisa terlihat dalam video tersebut diceritakan bahwa para Dhemit merasa terusir dan terganggu kehidupannya karena ulah manusia yang salah satunya mengunduli atau menebang hutan tempat tinggal mereka. Jadi, mereka melaporkan hal ini kepada leluhurnya.
Wah, pokoknya saya merasa terhibur, karena akting para pemain teaternya bagus dan sangat menghayati. Saya dibuatnya tertawa.
Ada pun sindiran dalam adegan itu bisa saya ceritaka sedikit saja. Misalnya, adegan para dhemit yang sedang bermusyawarah untuk memutuskan bagaimana caranya membalas perbuatan manusia. Salah seorang dhemit menyarankan pimpinannya untuk menyandera manusia, ada juga yang menyarankan untuk meracuni manusia dengan arsenik dan ada pula yang menyarankan untuk menakuti-nakuti manusia. Tapi semuanya itu ditolak pimpinan dhemit.
Pimpinan dhemit kemudian berpikir dan akhirnya didapatlah cara untuk membalas manusia dengan cara melakukan reshuffle hehehehe ....
Oh ya sebelumnya, diceritakan bahwa para dhemit apabila ingin memberikan perlawanan kepada manusia maka perlawanan itu dilakukan secara struktural dan prosedural (saya pun tertawa pada bagian ini).
Nah selain itu, dalam rangka perlawanan terhadap manusia, mereka pun membentuk partai. Tapi dalam adegan itu disisipkan perkataan yang mengatakan "Buat partai itu tidak menyelesaikan masalah tapi menambah masalah" .
Nah, para dhemit ada yang menyarankan nama partai yang dibentuk itu dengan modem, komoditas dhemit, resimen dhemit, goldem alias golongan dhemit, partai dhemit atau pardem dan ada yang mengusulkan namanya bayem (sontak semua penonton tertawa waktu dibilang ya dimasak saja)... lalu ada juga yang mengusulkan namanya PD, tapi katanya kalau namanya PD itu sama dengan partai yang dibuat manusia jadi diputuskan namanya PIDI.
Nah, itu ya teman-teman salah satu bagian yang mengandung unsur sindiran.
Dan, dalam pertunjukkan Kutukan Kudungan itu, dipentaskan juga tarian kalimantan dan juga tambah semarak dengan hadirnya band dan juga Dik doank yang bernyanyi bersama anak-anak. Berikut cuplikannya.
Sungguh Tarian yang menghibur. Jati diri bangsa Indonesia yang berbhineka tunggal ika. Dan ini dia penampilan dari Dik Doank.
Sebenarnya adegannya masih banyak. Tapi berhubung karena keterbatasan yang dimiliki jadi hanya saya masukan 3 video ya.
Nah, apa sebenarnya pelajaran positif yang dapat kita ambil dari Kutukan Kudunga?
Jawabannya tentu banyak.
Pertama, kepada para pimpinan, supaya dapat bersikap lebih bijaksana, adil serta tegas, mengayomi dan bertanggung jawab.
Selain itu, di mana pun kita bekerja kita harus mengikuti atau patuh pada kearifan lokal yang ada. Dan ketika kita ingin menikmati hasil kekayaan alam, jangan serakah. Jangan lupa untuk berbagi dengan warga sekitar atau mereka yang layak untuk berbagi.
Dan, wajar ya apabila ada cerita tentang "Kutukan Kudungan". Karena kalau kita berbicara tentang Pulau Borneo alias Kalimantan, saya pernah sesekalinya ke sana. Itu pun ketika paman masih bekerja di Bontang. Wah, memang Borneo itu wilayah yang kaya. Di sana ada tambang batu bara, gas alam, hutannya pun masih luas dan sebagainya. Jadi, wajar kalau ada Cerita tentang "Kutukan Kudunga".
Nah, pertunjukkan yang produsernya Butet Kertaredjasa, dan dibagian sutradara dan penata musik oleh Djaduk Ferianto ini memang luar biasa. Saya terkesima, itu untuk pertama kalinya saya nonton karya Butet dan Djaduk secara live. Balutan musik, budaya, teater, dan juga penghayatan pemain teater serta para pendukungnya itu yang membuat saya tidak rugi untuk merogoh uang sebanyak Rp. 75000, untuk duduk dikursi balkon...
No comments:
Post a Comment