Search This Blog

Thursday, October 20, 2011

Ketika Jabatan dikembalikan Lagi

Jabatan adalah amanah, jabatan adalah titipan. Ah itu memang benar adanya.
Sebagai seorang pekerja, saya telah menyaksikan beberapa moment baik itu yang bahagia maupun yang menyedihkan.Tapi kedua hal ini membuat saya berpikir. Dalam arti ya inilah hidup, kadang kita berada di atas, kadang kita berada d bawah.

Berbicara mengenai jabatan, ini artinya di sana ada orang yang menjabat suatu posisi memegang wewenang, diantaranya dia bisa membuat berbagai kebijakan. Hal ini tentu berbeda dengan orang yang tidak mempunyai wewenang.

Serah terima jabatan yang terjadi kemarin sore dari pejabat lama ke pejabat baru, tentu menghilangkan kewenangan dan otoritas seseorang. Ketika dia sudah tidak menjabat sebagai pejabat publik, akan ada beberapa hal yang hilang dari kita, misalnya berkurangnya perhatian kepadanya.

Hal ini yang saya saksikan pada sertijab (serah terima jabatan).
Saya merasa miris menyaksikannya. Biasanya ia ketika masih menjabat melantik pejabat yang baru, tapi kini dia bukan diposisi untuk melantik. Tapi  kini dia ada di posisi untuk menyerahkan jabatannya.

Satu lagi yang saya perhatikan, dia yang sudah menyerahkan jabatannya kepada pejabat yang baru kini quotenya atau kutipannya tidak lagi sama pentingnya seperti dulu. Hal ini terlihat ketika tidak ada wartawan yang selalu mengejar-ngejarnya hanya untuk mendapatkan quotationnya. Dia kini "diabaikan" oleh sang kuli tinta alias jurnalis. Miris saya mellihatnya. Selain itu, akan hilang beberapa privilagenya sebagai pejabat publik.

Dan memang ketika moment seperti ini terjadi pada kehidupan kita akan sangat dibutuhkan support dari keluarga.

Beruntungnya ketika kita menyerahkan jabatan, masih memiliki karir di luar. Berarti kita masih bisa terus berkarir.
Namun, bagaimana dengan keberlanjutan hidup mereka yang ikut dengannya? yang tidak menempati jabatan struktural misalnya? Ketika sang pejabat habis masa kerjanya, tentu orang bawaannya juga akan otomatis berhenti. Hal ini tentu saja berbeda, misalnya dengan Walpri (Pengawal Pribadi), karena dia bisa kembali ke kesatuannya.

Selain itu, pejabat baru yang menggantikan posisi yang lama bisa mengubah kebijakan yang telah diambil pendahulunya atau melanjutkan kembali dengan terobosan-terobosan yang baru. Tentu saja setiap kebijakan baru yang diambil bisa berdampak. Tetapi semoga saja kebijakan yang akan diambil nanti tidak merubah lagi hal yang esensial agar masyarakat tidak bingung.



No comments:

Post a Comment