Yup, hari ini ada sebuah cerita dari teman satu ruangan. Dia terbilang baru masuk kantor lagi setelah cuti melahirkan. Waktu itu saya dapati ia tengah asyik dengan Hpnya. Lalu, setelah diinvestigasi ternyata Dev, sedang bimbang memikirkan buah hatinya.
"Kenapa Dev?"
"Mamah lagi sakit, sofa dan sofi hanya diasuh sama mbaknya"
"Jadi mamah gak di rumah?"
"Ya, saya khawatir, biasanya kalau ada mamah dia yang buatin susu"
"Jadi, saya rencananya mau pulang setelah acara ini usai"
Ya, saya bisa mengerti dengan kekhawatiran teman saya itu, karena memang anaknya kembar.
Terbayang oleh saya kalau menjadi seorang ibu, dan memiliki anak bayi. Siapa orang yang dapat dipercaya untuk mengasuhnya?
Sempat bersama my Mom, adek dan saya ngobrol ringan. Waktu itu my mom bilang ada temannya yang sudah punya cucu dan dia kerjanya selain menjadi seorang wanita karir, merangkap pula mengasuh cucunya.Tentu ini bukan pekerjaan yang mudah. Mom bilang kalau kami sudah memberinya cucu, dia tidak ingin dijadikan sebagai pengasuh. Mom bilang ingin beristirahat.
Serentak saya merespon, Insya Allah tidak akan melakukan hal itu. Tapi memang harus kita akui, kalau ibu kita merupakan orang yang sangat dapat kita percayai. Terlebih kalau ibu kita tidak bekerja di luar rumah atau hanya berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga, tentunya banyak alokasi waktu untuk membantu kita.
Lalu apa solusinya untuk mengatasi hal ini?
Tentu, pertama kita harus selektif memilih baby sitter.
Namun saya terpikir untuk mendukung program yang dikemukakan oleh KPPA.
Waktu itu ceritanya saya mengikuti sebuah rapat tentang PUG atau Pengarusutamaan gender. Program ini di prakarsai oleh KPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Jadi Inti dari PUG ini, setiap instansi pemerintah harus membuat program yang responsive gender.
Selanjutnya dalam sisipan rapat itu dikatakan bahwa dihimbau setiap instansi pemerintah/kantor untuk menerapkan konsep Perusahaan Sayang Ibu. Maksudnya? Setiap kantor itu menyediakan fasilitas seperti ruangan untuk menyusui, penitipan anak, maupun konselor laktasi, dsb. Saya lupa siapa yang mencetuskan ide Konsep Perusahaan Sayang Ibu, tapi pemimpin rapat mengatakan hal itu diperolehnya ketika dia menghadiri semacam seminar ya.....
Salah satu butir yang saya garisbawahi adalah point mengenai penitipan anak. Kalau konsep ini dapat terealisasi pastinya kita tidak akan khawatir menjadi seorang ibu dan wanita karir sekaligus. Anak dapat kita bawa ke kantor dan nanti dititipkan di tempat penitipan anak. Kita bisa mengontrolnya setiap saat.
"Kenapa Dev?"
"Mamah lagi sakit, sofa dan sofi hanya diasuh sama mbaknya"
"Jadi mamah gak di rumah?"
"Ya, saya khawatir, biasanya kalau ada mamah dia yang buatin susu"
"Jadi, saya rencananya mau pulang setelah acara ini usai"
Ya, saya bisa mengerti dengan kekhawatiran teman saya itu, karena memang anaknya kembar.
Terbayang oleh saya kalau menjadi seorang ibu, dan memiliki anak bayi. Siapa orang yang dapat dipercaya untuk mengasuhnya?
Sempat bersama my Mom, adek dan saya ngobrol ringan. Waktu itu my mom bilang ada temannya yang sudah punya cucu dan dia kerjanya selain menjadi seorang wanita karir, merangkap pula mengasuh cucunya.Tentu ini bukan pekerjaan yang mudah. Mom bilang kalau kami sudah memberinya cucu, dia tidak ingin dijadikan sebagai pengasuh. Mom bilang ingin beristirahat.
Serentak saya merespon, Insya Allah tidak akan melakukan hal itu. Tapi memang harus kita akui, kalau ibu kita merupakan orang yang sangat dapat kita percayai. Terlebih kalau ibu kita tidak bekerja di luar rumah atau hanya berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga, tentunya banyak alokasi waktu untuk membantu kita.
Lalu apa solusinya untuk mengatasi hal ini?
Tentu, pertama kita harus selektif memilih baby sitter.
Namun saya terpikir untuk mendukung program yang dikemukakan oleh KPPA.
Waktu itu ceritanya saya mengikuti sebuah rapat tentang PUG atau Pengarusutamaan gender. Program ini di prakarsai oleh KPPA (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak). Jadi Inti dari PUG ini, setiap instansi pemerintah harus membuat program yang responsive gender.
Selanjutnya dalam sisipan rapat itu dikatakan bahwa dihimbau setiap instansi pemerintah/kantor untuk menerapkan konsep Perusahaan Sayang Ibu. Maksudnya? Setiap kantor itu menyediakan fasilitas seperti ruangan untuk menyusui, penitipan anak, maupun konselor laktasi, dsb. Saya lupa siapa yang mencetuskan ide Konsep Perusahaan Sayang Ibu, tapi pemimpin rapat mengatakan hal itu diperolehnya ketika dia menghadiri semacam seminar ya.....
Salah satu butir yang saya garisbawahi adalah point mengenai penitipan anak. Kalau konsep ini dapat terealisasi pastinya kita tidak akan khawatir menjadi seorang ibu dan wanita karir sekaligus. Anak dapat kita bawa ke kantor dan nanti dititipkan di tempat penitipan anak. Kita bisa mengontrolnya setiap saat.
Ke depan, besar harapan saya konsep ini dapat terlaksana dan dapat menjadi solusi untuk wanita karir yang punya baby. Semoga para pimpinannya mendengar konsep ini. Karena kalau dari budget, bukannya sekarang ini pemerintah sudah menetapkan aturannya mengenai budget untuk program yang responsive gender.
No comments:
Post a Comment