Search This Blog

Monday, October 31, 2011

Rengasdengklok: Rumah Bersejarah Itu Memprihatinkan!

Yup, selalu antusias menyambut tawaran dari Republika terkait dengan program jalan-jalannya yang bersejarah.
Kemarin, pada hari Minggu, 30 Oktober 2011, untuk kedua kalinya saya ikut "Melancong Bareng Abah Alwi: Jejak Proklamator Soekarno Hatta" ....

Yang membuat saya tertarik ketika membaca iklannya di koran Republika adalah menyangkut salah satu tempat tujuan yaitu Istana Negara, Istana Merdeka dan juga Rengasdengklok. Kapan lagi nih bisa masuk ke istana Negara dan Merdeka kalau bukan bersama Abah Alwi dan Republika, pikirku saat itu. Akhirnya saya pun mendaftarkan diri dan membayar paket melancong itu sebesar Rp. 350.000,- masih sama ya dengan tarif ke Pulau. Onrust pertama kali saya ikut program rutin ini.

Lanjut ceritanya, semua peserta harus berkumpul di Kantor Republika jam 6.30 WIB. dan sekitar jam 7:30 kita berangkat menuju lokasi pertama, yaitu Rengasdengklok. Dari Jakarta ke Rengasdengklok ada sekitar 2 jam. Memasuki lokasi Rumah dimana Soekarno dan Hatta diculik oleh para Pemuda PETA, kita disambut oleh sebuah monumen yang bernama kebulatan tekad. Monumen atau Tugu ini ada dua buah, yang pertama ada yang mengepalkan empat buah tangan kiri yang kedua hanya sebuah tangan kiri. seperti ini:

Monumen Kebulatan Tekad, terlihat mengepalkan satu tangan kiri
 
Ini empat tangan kiri yang dikepalkan, memprihatinkan ada coretan tangan usil

Nah, Monumen ini menurut guide kami yang bernama Bapak Kartum dibangun pada tahun 1950. Pertanyaanya adalah mengapa yang dikepalkan harus tangan kiri?
Informasi yang saya dapatkan mengatakan bahwa tangan kiri bermakna untuk MELAWAN, sedangkan tangan kanan tidak dilukiskan, yang mengandung arti atau menggambarkan memegang senjata atau bambu runcing.

Sementara Monumen Kebulatan tekad dibangun untuk mengenang satu kesefahaman, cita - cita, dan kebulatan tekad para pemuda Karawang dan para pejuang serta tokoh - tokoh bangsa ini untuk merebut dan melepaskan Negara Republik Indonesia yang tercinta dari kungkungan dan belenggu penjajah, menuju negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Lalu, dari Monumen ini kita berjalan masuk ke dalam menuju Rumah dimana Soekarno dan Hatta diculik oleh para Pemuda dan memaksa Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan. Jaraknya sekitar 100 meter.
Dan, ini dia rumah bersejaran awal dari lahirnya proklamasi Kemerdekaan.

Rumah awal lahirnya Proklamasi Kemerdekaan RI di Desa Rengas Dengklok
Ya, bagaimana menurut teman-teman setelah melihat rumah bersejarah itu? Sangat memprihatinkan sekali bukan?
Rumah dimana para pemuda PETA menculik Soekarno  Hatta dan mendesaknya untuk memproklamasikan kemerdekaan itu kini didiami oleh Bu Iin. Bu Iin sendiri merupakan cucu dari pemilik rumah yang sebenarnya bernama Djiauw Kie Siong,  keturunan Tionghoa ya. Para peserta yang datang sih bilangnya Engko.

Bu Iin Yang Tengah, pakai Baju hitan
 Dan seperti inilah keadaan di dalam rumah:

Tampak Lukisan Bung Karno dan juga Foto Pemilik Rumah

Sangat memprihatinkankan memang melihat keadaannya kini.
"mengapa tidak dibeli oleh pemerintah?", tanya salah seorang peserta.
"Ya, waktu itu memang pemerintah mau membelinya, tapi harga yang ditawarkan tidak cukup untuk dibelikan kembali sebuah rumah", jawab Bu Iin.

Nah, kebetulan saya juga bertanya.
"apa tidak ada bantuan dari pemerintah untuk merenovasi ? "
"Katanya, kalau ada perbaikan atau perlu bantuan silahkan untuk lapor kepada pemerintah tapi lapor ya lapor, sampai sekarang bantuan tidak ada juga", sahut bu Iin.

Nah, dalam perjalanan pulang kami dari Rengas Dengklok, saya merangkum beberapa kesan dan pesan dari para peserta, diantaranya:
  1. Republika mengundang langsung Bupatinya. 
  2. Usulan untuk mengumpulkan Koin buat rumah bersejarah itu.
  3. Ada yang mengkritik bahwa Bangsa Indonesia itu sedang menderita penyakit lupa.
  4. Bahwa Bangsa Indonesia memiliki Harga Diri yang tinggi, terbukti dari kemerdekaan itu direbut sendiri oleh Bangsa Indonesia sendiri bukan pemberian.
  5. Bangsa Indonesia memiliki Roh perjuangan. 
  6. Menyayangkan adanya corat-coret pada dinding Monumen,
Nah, saya punya pertanyaan. Apakah sebuah situs bersejarah itu memang perlu dibeli oleh pemerintah?
Jawaban saya mengatakan tidak harus selalu dibeli oleh pemerintah. Tapi harus mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Seperti Rumah yang didiami oleh Bu Iin ini. Saya pikir ditinggali oleh cucu sang pemilik rumah merupakan pilihan yang bijak. Bayangkan saja kalau pun pemerintah membeli tapi tidak merawatnya untuk apa? Jadi lebih baik ditinggali sembari dirawat oleh yang punya rumah. 
Dan Pemerintah dalam hal ini membantu untuk merenovasi agar tidak terlihat memprihatinkan. Jadikanlah rumah bersejarah itu tampak lebih anggun dari yang nampak sekarang ini. Jadi jangan mau kalah oleh Mall-mall.
Oh ya bagian ruang tamu depan itulah yang paling bersejarah. Karena ruangannya kecil, jadi para peserta pun harus bergiliran untuk masuk ke dalam.

Lalu, timbul lagi pertanyaan, mengapa para pemuda PETA membawa Soekarno Hatta ke rumah Bu Iin?
Jawaban dari guide kami, Pak Kartum mengatakan bahwa, PETA itu terdiri dari dua kelompok. Yaitu, di Jakarta dan di Karawang. Pilihan pun jatuh ke Karawang. Sebelum dibawa ke rumahnya Bu Iin sekarang, Para Pemuda PETA membawa Soekarno-Hatta ke Markas PETA terlebih dahulu yang sekarang dibangun monumen kebulatan tekad dengan satu kepal tangan kiri. Dikarenakan di Markas PETA tidak ada tangsin-tangsin (barak-barak) maka dicarilah rumah yang memenuhi syarat. Maka pilihan jatuh ke rumahnya Orangtua Bu Iin. Seperti itu alasannya.

Apakah teman-teman tahu, mengapa para Pemuda PETA menculik Soekarno Hatta ke Rengasdengklok?
Jawabannya adalah para Pemuda mendengar berita bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, oleh karena itu para pemuda  menculik dan mendesak Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945. Tapi Soekarno belum mendengar bahwa Jepang telah kalah, karena waktu itu baru pulang dari Dalat, Saigon (Ho Chi Minh-sekarang) dan tidak mau memproklamasikan kemerdekaan tanggal 16 Agustus 1945 karena takut akan terjadi pertumpahan darah.

Di Jakarta menjadi gempar, karena hilangnya Soekarno-Hatta, oleh karena itu, Achmad Soebardjo menjemput kedua pemimpin karismatik ini dari Rengasdengklok untuk selanjutnya dibawa ke rumah Laksamana Maeda. Dan di rumah inilah disusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dan ditulis sendiri oleh Soekarno.

Seperti itulah kira-kira sebagian gambaran dari jejak Soekarno-Hatta .....
Bagaimana teman-teman tertarik untuk ikut melancong bersama Abah Alwi dan Republika?
Kalau begitu jangan sampai terlewatkan ya pengumuman untuk next journey hanya di koran Republika.

Dan semoga dengan adanya tulisan ini bisa menyentuh Pemerintah atau mereka yang mau ikut peduli terhadap sejarah bangsa  dengan melakukan suatu tindakan yang nyata apapun itu bentuknya ....

NB: Nantikan Blog berikutnya ya masih terkait dengan Melancong bersama Abah Alwi dan mohon maaf kalau ada salah penulisan nama .....

No comments:

Post a Comment