Yup, apakah teman-teman masih ingat dengan perayaan dari Pesta salah seorang artis dengan anak pengusaha yang dulu pernah menjabat sebagai Menteri ???
Jikalau kita memberikan perhatian khusus kepada pernikahan mereka kita pasti masih ingat dengan perayaan wayang kulit yang dipertunjukan bagi seluruh rakyat Indonesia, yang memang tidak diundang secara khusus. Jadi pertunjukan ini benar-benar pertunjukan rakyat digelar di lapangan terbuka siapa pun bisa datang dan menikmatinya.
Hanya saja ada yang menggajal hati saya sampai saat ini. Pertama, pengantin baru tersebut Married dengan mengundang banyak tamu sampai ribuan. Apakah mereka tidak kecapaian ya untuk ikut menikmati wayang kulit pada hari terakhir perayaan pesta wedding tersebut?
Kedua, mempelai perempuan khan berasal dari Sunda, apakah mengeri ya dengan bahasa Jawa?
Ketiga, Apakah kedua mempelai itu mengerti perwayangan? Semacam apakah mereka mengenali para tokoh wayang??
Saya rasaa akan sia-sia saja kalau kita tidak mengerti wayang. Memang bagus untuk menyenangkan orang tapi menurutku kalau kita akan mengadakan perayaan apalagi itu ditujukan untuk orang banyak kita harus mencari titik persamaan. Seperti misalnya, kita pilih bahasa persatuan yang memang pada umumnya dikuasai dan dimengerti oleh semua orang.
Nah kebetulan minggu yang lalu saya mendapatkan sebuah artikel pada sebuah koran yang menceritakan tentang seorang tokoh wayang. Yaitu, BIMA.
Di sini saya akan menceritakan sedikit tentang sosok Bima:
Bima adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia dianggap sebagai seorang tokoh heroik, Ia adalah putra Dewi Kunti dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, berisfat selalu kasar dan menakutkan bagi musuhh, walaupun sebenarnya hatinya lembut. Ia merupakan keluarga Pandawa diurutan yang kedua, dari lima bersaudara. Saudara se'ayah'-nya ialah wanara yang terkenal dalam epos Ramayana dan sering dipanggil dengan nama Hanoman,
Akhir dari riwayat Bima diceritakan bahwa dia mati sempurna (moksa) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang Bharatayuddha. Cerita ini dikisahkan dalam episode atau lakon Prasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.
Sumber: Koran Seputar Indonesia, hal; 41 tanggal 20/4/2010
Yuup...Semog dengan adanya sedikit gambaran mengenai sosok Bima ini bisa memberikan penerangan pada wawasan kita tentang pewayangan...Jadi nanti kita tidak bingung dan bengong minimal kita tahu satu tokoh pewayangan.
No comments:
Post a Comment