Search This Blog

Saturday, December 1, 2012

Mahkota Sultan Ternate Yang Tak Ternilai

 Pernahkah teman-teman berkunjung ke Provinsi Maluku Utara?
Saya pernah, tepatnya ke wilayah Ternate,  coba klik postingan saya di sini, tapi ada satu hal yang terlewatkan ketika berkunjung kesana dan menurut informasi dari kebanyakan orang dikatakan bahwa berkunjung ke Maluku Utara kurang sempurna jikalau tidak melihat peninggalan dari Kesultanan Ternate, berupa Mahkota.

Ya, sebuah Mahkota yang magis. Mahkota itu peninggalan Sultan Ternate tentunya. Apa yang membuat Mahkota ini magis?
Katanya Rambut yang berada di Mahkota ini dapat tumbuh memanjang meskipun suka ada pemotongan secara rutin. Hal itu ditegaskan kembali oleh Bapak Ridwan, penjaga stand Pameran yang saya jumpai minggu yang lalu di JCC. Waktu itu di JCC lagi digelar Pameran Museum Nusantara.

Seperti ini bentuk Mahkotanya.

Mahkota Sultan Ternate

Seperti inilah percakapan saya dengan Bapak Ridwan.

"Apa benar Pak, Rambut di Mahkota Sultan Ternate itu dapat tumbuh memanjang? "
"Ya, itu betul, meskipun setiap hari Raya Idul Adha dilakukan ritual pemotongan rambut, tapi rambutnya tetap tumbuh lagi"
"Rambut itu rambut asli ya Pak, milik siapa ya, apa sudah pernah dilakukan tes DNA?"
"Itu benar rambut manusia, waktu itu Sultan pernah memerintahkan membawa rambut tersebut ke Jakarta untuk diperiksa DNA"
"Lalu apa Pak hasilnya?"
"Sultan mengatakan bahwa hasilnya Kabur"
"Oh jadi hasilnya Kabur ya?"
"Dan dulu juga pernah ada peneilitan di Amerika, mereka mengatakan bahwa Mahkota Sultan Ternate ini tidak dapat dinilai dengan uang karena terlalu berharga"

Selanjutnya Bapak Ridwan juga mengatakan bahwa untuk melihat Mahkota ini pengunjung hanya dibolehkan melihat dari jarak sekitar 3 (tiga) meter. Kecuali, dapat ijin dari Sultan untuk bisa melihat lebih dekat. Tambahnya lagi Mahkota Sultan Ternate sudah dipakai sejak Sultan pertama dan sudah seperti itu bentuknya.

Bagaimana menarik khan cerita tentang Mahkota ini? Rasanya ingin mengukur panjang rambut yang berada di Mahkota itu dan membandingkannya setelah dilakukan pemotongan. hehehehehe... Tapi sudahlah, bagaimanapun itu adalah peninggalan Nenek Moyang kita, warisan Budaya Indonesia yang harus dijaga.

Selain membahas tentang Mahkota itu, kita juga membahasa Lambang Kesultanan Ternate. Kebetulan waktu itu ada seorang pengunjung yang rupa-rupanya memiliki ketertarikan dengan sejarah. Saya pun terlena  mendengarkan perdebatan antara pengunjung itu dengan Bapak Ridwan.

Bapak Ridwan melayani pengunjung

 Menurut pengunjung yang saya lupa namanya itu, hanya ada dua kerajaan di Indonesia yang memiliki lambang kerajaan berupa burung. Kerajaan itu adalah Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Ternate. "Apakah ada hubungan antara kedua kerajaan itu?", tanyanya. Bapak Ridwan tidak dapat memberikan jawaban pasti mengenai hal itu. Tapi kemungkinan ada hubungan antara kedua kerajaan tersebut katanya.

Lambang Kerajaan Ternate

Bapak Ridwan kemudian mengatakan kalau dilihat dari Lambang Kerajaan Ternate dengan Burung Garuda ada perbedaan salah satunya pada sayapnya. Pada Lambang Kerajaan Ternate sayap burungnya menghadap kebawah itu artinya mengayomi, katanya. Sementara Sayap pada Burung Garuda menghadap ke atas. 

Lambang Kerajaan Ternate ini memiliki nama lain yaitu: Goheba Madopolo Romdidi artinya: Garuda berkepala dua, sejak terbentuknya kerajaan "Moloku Kie Raha"  pada tahun 1322 dan sesuai hasil konfederasi 4 (empat) kerajaan pada tahun yang sama di Tuanane Moti, maka lambang ini ditetapkan sebagai lambang kerajaan: Ternate, Tidore, Moti dan Makian.

Setelah membahas lambang kerajaan ini,  Pengunjung berbaju Hijau itu kembali bertanya mengenai sejarah masuknya Islam di Maluku Utara. Menurutnya, Islam masuk pertama kali ke Indonesia itu, bisa jadi bukan di Aceh, yang merupakan pintu utama masuknya agama islam seperti kita ketahui selama ini, melainkan di Maluku Utara.

Bapak Ridwan hanya dapat memberikan jawaban katanya, bisa jadi. Intinya kata Pak Ridwan, ketika dia hadir di Pameran Istiklal, didapat informasi bahwa penyebar agama islam itu bukan hanya satu orang tapi banyak, bisa jadi mereka menyebarkan Islam secara bersamaan ke tempat yang berbeda-beda. 

Lalu, pembicaraan pun beralih ke sumber daya alam.
Maluku utara itu sangat kaya dan terkenal dengan rempah-rempahnya bahkan orang mencari-cari dimana letaknya Maluku Utara itu.
Selanjutnya Pengunjung itu berkata, "Cengkeh adalah bahan utama pembuatan mumi, dan itu ada di Indonesia, jadi kaya sekali Maluku ini",  katanya.

"Iya, jenis Cengkeh tertua di dunia itu adanya di Maluku Utara, jenisnya Cengkeh Afo", jawab Pak Ridwan.

Sayang ya, waktu berkunjung gak tahu hal itu..... 

Demikianlah sisa cerita dari Maluku Utara yang saya yakin masih banyak yang belum terungkap. Pesan saya untuk masyarakat Ternate, mohon dipelihara dan dijaga ya Cengkeh Afonya, next time kalau saya ke Maluku Utara lagi, akan saya abadikan , terima kasih :)

2 comments:

  1. Izin simpan foto "Goheba madopolo romdidi"nya ya. :D Sukur dofu-dofu.

    ReplyDelete
  2. kk saya tertarik sekali sama tulisan kk apa saya bisa minta kontak kk untuk merepeat ulang ceritanya k????

    ReplyDelete