Tadi malam itu, sungguh luar biasa bagiku, bagaimana tidak, maghrib itu kita baru datang dari acara Gathering dengan Forwapera di Puncak dengan perjalanan pulang yang lama itu karena padat dan merayap tentu badan terasa pegal-pegal, apalagi sebelumnya kita ada outbond. Setelah itu lanjut deh saya nonton teater di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), luar biasa bukan?.
Tentu saja pulang dulu ke kosan, sholat Maghrib lalu menuju ke GKJ. Menorobos macetnya Jakarta di malam Minggu, akhirnya tralalala aku berhasil sampai di GKJ jam8.00 lalu menukarkan rekening koran dengan tiket, ya karena slip bukti transfernya lupa kutaruh dimana akhirnya aku minta cetak rekening koran dari bank, dan alhamdulilah waktu konfirmasi ke GKJ, diperbolehkan.
Sebenarnya saya memesan tiket yang hari Jumat, tapi karena ada acara kantor di Puncak dan semuanya harus ikut jadinya ya jadwal pertunjukkannya diundur hari Sabtu malam. Oleh karena itu, terima kasih untuk pihak Gedung Kesenian Jakarta, akhirnya memperbolehkan untuk saya diundurkan jadwal melihat pertunjukkan. Pada awalnya mereka bilang, kursi duduk saya karena diundur berubah dari G6 ke G20. Nyatanya waktu saya datang tidak ada perubahannya itu. Terima kasih saya ucapkan untuk pihak Gedung Kesenian Jakarta dengan Fleksibiltasnya.
Memasuki ruang teater tirai di panggung nya masih tertutup, lalu acara pun dimulai. Ya, pas sekali kedatangan saya. Lalu, dimulailah teater yang berjudul "RUMAH BONEKA" .....
Teater dengan Judul "Rumah Boneka" ini mengangkat isu utama tentang "KESETARAAN GENDER" ..
Tapi sebelumnya, saya jelaskan dulu bahwa karya "Rumah Boneka" diadaptasi dari karyanya Henrik Ibsen. Seorang penulis naskah drama, pujangga dan juga sutradara teater berkebangsaan Norwegia.
Kaya Drama yang dihasilkannya bersifat universal, menyajikan drama saat ini, dan permasalahan yang diangkat adalah masalah-masalah umum yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Henrik Ibsen dalam karyanya berangkat dari pertanyaan yang mendasar pada sebuah
"kebenaran dan bagaimana menyeimbangkan kebebasan individu terhadap kebebasan yang lainnya"
Nah, sekarang kita simak jalan ceritanya ya.
Dikisahkan ada seorang istri bernama Nora tinggal dengan seorang suami, Tommy Herlambang namanya. Tommy adalah seorang direktur dari sebuah Bank terkenal yang bernama Bank Rekayasa Dana. Sebelum sukses menjadi Direktur Tommy ini pernah jatuh sakit. Dia terkena penyakit serius getah bening. Nora, sebagai seorang istri yang mencintai suaminya tidak patah semangat dan membantu dalam proses kesembuhannya dengan berhutang kepada Togar yang masih juga rekan kerja suaminya. Dari Togarlah, Nora mendapatkan pinjaman uang sebesar 300 juta. Nora pun memawa suaminya untuk berobat ke Singapura dan akhirnya sembuhlah suaminya itu. Namun, tindakannya ini tanpa sepengetahuan suaminya. Untuk membayar cicilan hutang tersebut, Nora, tentu bekerja secara sembunyi-sembunyi dari suaminya. Dia bekerja mendesign baju lalu menjualnya kepada teman-temannya dan juga bekerja di Multi Level Marketing.
|
Adegan Panggung antara Nora dengan suaminya |
Nora merahasiakan apa yang dilakukannya terhadap suaminya karena dia takut. Suaminya itu adalah orang yang memilki gengsi yang tinggi, sangat memegang prinsip dan bisa hancur hatinya kalau tahu istrinyalah yang membantu kesembuhannya. Suaminya hanya menganggap Nora sebagai seorang Istri yang cantik, manja, lembut , tetap menjadi istri yang mungil, dan tidak bisa memegang uang.
Sahabatnya pun tidak jauh berbeda dengan suaminya. Dia kaget ketika Nora menceritakan rahasia itu kepadanya. Pada awalnya Linda, temannya Nora ini menganggapnya sebagai perempuan yang tidak tahu tentang kesulitan hidup. Tapi pandangan temannya itu berubah setelah mendengar ceritanya itu dan juga setelah dia menyadari bahwa Nora sebenarnya mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi suaminya agar bisa memperkerjakan temannya itu di perusahaannya.
|
Ketika Nora menyambut kedatangan temannya Linda |
Dan sebagai seorang Ibu, dia dapat memerankannya dengan baik. Ketika anak-anaknya mengajaknya bermain, dia pun menurutinya. Jadi, ada kedekatan antara Ibu dengan anak.
Akhir cerita, terjadi pertengkaran antara Nora dan Suaminya. Karena Perbuatan Nora itu terkuak setelah Togar mengirim surat kepada suaminya. Ya, Togar melakukannya karena Nora tidak dapat membujuk suaminya sebagai atasan untuk tidak memecat Togar karena pemalsuan tanda tangan yang dilakukannya. Jadi, dia balas dendam. Togar balas dendam karena Nora pun melakukan hal yang sama ketika meminjam uang dulu, Nora memalsukan tanda tangan ayahnya sebagai penjamin hutang kepadanya.
|
Nora Bersama dengan anak-anaknya |
Terkuaknya apa yang dilakukan Nora, membuat suaminya marah, tapi pada akhirnya Suaminya memaafkannya. Namun Nora sebaliknya. Dia mengatakan kalau semuanya baik-baik saja, suaminya bisa minta maaf tapi apabila perbuatan Nora itu memiliki dampak yang negatif terhadap suaminya itu pastinya Nora akan tetap terusir. Lalu, Nora pun mencurahkan kemarahannya yang selama ini dia pendam. Dia mengatakan sebagai seorang istri harusnya diperlakukan sejajar, diajak bicara tidak direndahkan, namun kenyataannya apapun di tentukan oleh suaminya. Nora merasa hidup sebagai pengemis di rumahnya dan mengatakan suaminya itu egois. Dia berpikir suaminya itu tidak mencintainya tapi semata-mata karena kepuasan jatuh cinta kepadanya. Dalam hidupnya Nora dikekang kebebasannya oleh dua laki-laki, yaitu ayahnya dan juga suaminya. Nora mengatakan oleh ayah dan suaminya, dia dianggap sebagai boneka mainan.
|
Adegan Perdebatan antara Nora dengan suaminya |
Dan adegan terakhir itu diceritakan Nora dan suaminya berdebat. Bahkan suaminya sampai membawa nilai-nilai agama demi untuk mempertahankan Nora agar tidak ke luar dari rumah. Tapi Nora tidak memberikan kesempatan sekali lagi dan tidak percaya lagi pada suaminya, ia pun pergi meninggalkan rumah mereka. Ketika Nora ditanya suaminya bagaimana dengan kedua anak mereka, Nora menjawab, kelak anak-anak akan mengerti mengapa Ibunya meninggalkan ayahnya.....
Nah, seperti itulah teman-teman Teater Rumah Boneka yang saya lihat.Apakah Teman-teman sudah mendapat perlakuan yang dinamakan dengan "kesetaraan gender" baik di rumah atau di lingkungan luar? kalau belum, ayo perjuangkanlah kebebasan kita. Tentu kebebasan yang tidak mutlak ya. Dan perlu diingat juga "kesetaraan gender" kalau untuk perempuan tidak melupakan kodratnya ya. Tontonlah harga tiketnya bervariasi. Kalau saya beli yang Rp. 150.000,- Pertunjukkan sampai hari ini. Oh ya Teater ini dipersembahkan oleh Pentas Indonesia dan Institut Ungu dan juga kerjasama dengan Gedung Kesenian Jakarta, dan Kedubes Norwegia serta pihak lainnya.
Untuk tambahan info, para pemainnya: semalam itu yang menjadi Nora adalah Maya Hasan, ada juga Chantal Della Conchetta yang berperan juga sebagai Nora, mereka bergiliran, karena memang pertunjukkan dari tanggal 30-4 Desember jadi setiap hari pastinya beda yang memerankan Nora, lalu ada Ayu Dyah Pasha sebagai Linda, Ayez Kassar sebagai Tommy Herlambang, dan Teuku Rifnu Wikana sebagai Togar, Willem Bevers sebagai dokter Franky, Pipien Putri sebagai Bibi Heni, Aji Santosa sebagai Ivan dan Vanessa Berylia sebagai Nareswari sebagai Emmy. Penulis naskah dan produsernya adalah Faiza Mardzoeki dan juga Tim lainnya.
NB: saya senang, dan terima kasih kepada panitia dan pihak Gedung Kesenian Jakarta yang memperbolehkan untuk memotret dengan catatan tidak menggunakan flash. Dan semoga akan seperti itu pada kesempatan yang lainnya juga :D