Sewaktu ANJAB di Puncak |
Ya, ceritanya saya sedari kemarin sampai hari ini ikut kegiatan yang namanya ANJAB. Tidak perlu ya dibahas panjang lebar tentang ANJABnya. Sekarang ingin intermezzo ya.
Nah, pagi ini ceritanya sebelum memulai ANJAB.. kita semua berintermezzo. Lupa lagi bagaimana awalnya tiba-tiba saja topik pembicaraan beralih kepada saya. Ini sih gara-gara mas RIDHO yang tanya asal-usul saya... mulanya dia tanya tanah kelahiran dimana aku dilahirkan sampai Mas Ridho tanya seperti ini:
RIDHO: "Si Sri mah sunda palsu"
Saya: " Benar kok sunda asli"
RIDHO: " Naon bahasa sunda lemes seuri? " (apa bahasa sunda halus untuk tertawa)?
Saya: " Gumujeng, tahu atuh"
RIDHO: Diam sebentar tidak berkutik, lalu bilang "bahasa sunda mah bahasa anu mudah pisan, semuanya berawalan dari A"
Mbak Natta: " iya kata orang sunda mudah"
Saya: "Coba praktekkan"
RIDHO: "Anjing Sia kamana"
Mbak Natta: " Ya ampun Ustadz muda kita"
Saya: terhenyak sebentar tak percaya dengan apa yang baru diucapkannya lalu ketawa..
Ya, teman-temanku sekalian... maaf sebelumnya kata-katanya tidak saya sensor.. ini hanya guyonan saja. Jangan dianggap serius... Kita semua tahu laki-laki yang bernama lengkap RIDHO FAUDZI ini memang seorang ikhwan, baik ya dan dia memang berasal dari satu kampung halaman dengan saya. Kita Sama-sama dari Tasik, yang berarti sama-sama bersuku Sunda.
Pertama kali saya tahu mas Ridho dari tasik waktu orientasi CPNS dan baru tahu kalau dia alumnus SMAN 1 Tasikmalaya angkatan 2000. Itu pun ketika kami bertiga, saya, mas Erwin dan mas Ridho ngobrol-ngobrol... waktu itu mas Ridho yang bilang kalau mas Erwin juga dari Tasik.. usut diusut, eh ternyata saya dan mas Erwin satu almamater. Kita berasal dari SMAN 2 Tasikmalaya.. alias MARTA 261... ya, kalau tidak salah itulah alamat Sekolah kami..
Tapi sayang ya, mengapa dulu terjadi perubahan nama sekolah dari SMAN 2 Tasikmalaya menjadi SMUN1 INDIHIANG... tapi alhamdulilah sekarang sudah kembali lagi ke awal SMAN 2 Tasikmalaya... tapi tetap ya di ijazah dan buku rapor kami tertera SMUN1 INDIHIANG...itu tidak bisa diubah... mudah-mudahan ke depannya tidak akan terjadi lagi yang namanya perubahan nama ..... jangan... nama itu adalah trademark .. dalam hal tertentu, perubahan nama sangat merugikan ......mungkin kami tidak banyak mengharumkan nama sekolah. Tidak ada prestasi yang diukir. Tapi saya bangga akan sekolah saya. Bangga karena bisa diterima di sana meskipun dengan nilai yang juga pas-pasan. Dipundakku sekarang ada nama sekolah itu dan juga instansi dimana aku bekerja...
" Saya lulusan SMAN 2 Tasikamlaya yang bekerja sebagai PNS" mudah-mudahan bisa mengabdi dengan baik ..... jadi jangan ada perubahan nama lagi ya..
Balik lagi yuk ceritanya ke Mas Ridho.. Jadi, mas Ridho itu ya dia itu tidak pernah mau yang namanya salaman langsung dengan yang bukan muhrimnya. Bahkan di pegang atau disentuh pun tidak mau. Makanya, waktu orientasi dulu teman-teman suka bercandain dia.... ada yang sengaja pegang tangannya lah ... nah saya juga tergelitik untuk menoel alias menyentuhnya... lucu jadinya.... dia selalu berusaha untuk menghindar.
Makanya kalau Ridho Fauzi berkata-kata seperti di atas itu artinya dia menunjukkan sisi lain dari dirinya. Artinya dia merasa dekat dengan kita. Ada keleluasan untuk bicara. Orang bilang untuk membuat orang terbuka dengan dirinya sendiri, maka kita juga harus bersikap terbuka lagi.
Aku percaya dengan itu, bagaimana denganmu???
Oh ya, Mas Ridho ini pengetahuan agamanya luas. Paham yang dianutnya adalah Muhammadiyah. Saya juga pernah mendengar ceramahnya di kantor. Waktu itu menggantikan seseorang. Topik yang dia bahas ketika itu adalah tentang Tajwid atau bagaimana cara membaca Alquran dengan baik dan benar sesuai dengan ilmu tajwid. Isi ceramahnya yang masih kuingat adalah kalau Mad itu dibaca 2 harkat.
"Masih banyak terjadi kesalahan dalam membaca Mad ini. Seharusnya dibaca 2 harkat dan salah satu cara untuk menghindari kesalahan adalah dengan cara membacanya diayun", terangnya.
Mas Ridho juga berbicara soal Gunnah. Menurutnya Gunnah itu dibaca 3 harkat..
Setelah ceramah itu saya dan juga rekan-rekan ada keinginan untuk memintanya mengajari kami cara mengaji yang benar. Barangkali bisa dilakukan sehabis sholat zuhur seperti itu, tapi belum kami tindak lanjuti lagi tuh...
Mengetahui di kantor ini ada orang Sunda, saya merasa ada batur salembur.. artinya teman sekampung... bangga dengan orang Sunda, ternyata mereka juga ada dimana-mana...ayo lah siapapun teman-teman, suku bangsa teman-teman, lebarkan sayap kalian.......
Saya juga baru tahu kalau Suami dari Mbak Ari yang notabene masih satu kantor, dan juga ayah dari 2 orang putri ini pernah menjadi DEBT COLLECTOR.
"Saya tahu jalanan di Bandung, itu pun dulu waktu jadi Debt Collector", ujarnya..
Saya tidak bertanya tentang itu hanya mendengarkan saja.... Tuh khan kalau seseroang diajak bicara maka dia pun akan berbicara mengenai dirinya sendiri..... ada waktu ketika seseorang itu membuka dirinya sendiri tanpa diminta.
Oh ya satu lagi, waktu prajab tahun kemarin mas Ridho menceritakan kepada kami semua, kalau dia pernah bernadzar. Nadzar nya adalah kalau dia keterima kerja akan segera menikah. Dan itu kesampaian. Jadi, menurut ceritanya teman-teman kami, Mas Ridho ini perkenalnya sangat singkat dengan Mbak Ari. Ibaratnya gayung bersambut atau pucuk dicinta ulam tiba. Nah, cerita seorang teman mengatakan kalau waktu itu perkenalannya Mas RIDHO kerumahnya Mbak ari, dan Mbak Ari pun diperkenalkan ke keluarganya, dan mereka langsung setuju untuk menikah...
Hidup seperti itu ya.. Tuhan punya jalannya sendiri...
NB: Mas Ridho ke dua dari kanan dalam gambar di atas....
No comments:
Post a Comment