Yup, seperti yang teman-teman ketahui, kenaikan BBM per 1 April ditunda. Kemarin waktu sidang paripurna ada dua opsi. Opsi Pertama, menolak kenaikan BBM, Opsi kedua, memberi ruang pada pemerintah untuk menaikkan BBM. Opsi kedua ini ada penambahan pasal 7 ayat 6a, berbunyi: dalam hal rata-rata minyak mentah Indonesia dalam kurun waktu berjalan mengalami kenaikan lebih dari 15% pemerintah berwenang untuk menyesuaikan harga BBM.
Kira-kira seperti itu catatan saya terkait sidang paripurna kemarin.
Nah selanjutnya, saya mau share tentang kenaikan BBM ini. Ceritanya beberapa hari yang lalu, atau tepatnya minggu kemarin di kantor ada orang yang kirim paket surat. Pas dibuka ternyata isinya buku kecil berjudul : Subsidi BBM Buat (si) Apa?: Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar
Pengirimnya dari Kementerian Sekretariat Negara RI: Sekretariat Wakil Presiden.
Menurut saya isinya menarik untuk dishare. Dari beberapa pertanyaan dan jawaban dari buku itu, saya pilah-pilah mana yang harus diutamakan untuk diposting.
1. Mengapa Pemerintah Menaikkan Hargar Premium dan Solar?
Jawaban:
Harga Jual Premium dan solar saat ini, yaitu Rp. 4.500 per liter, jauh lebih rendah daripada harga pokoknya. Pemerintah harus menambal kekurangan itu dengan mengambil uang (Subsidi) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Harga minyak dunia dan konsumsi dalam negeri yang semakin melonjak tinggi belakangan ini membuat subsidi untuk Premium dan Solar semakin besar. Dalam Menghitung APBN 2012, Pemerintah dan DPR menyepakati harga minyak mentah Indonesia sebesar US$ 90 per barel sebagai patokan. Kenyataannya, selama Februari rata-rata harga minyak mentah Indonesia saat ini sudah US$ 122,17 per barel.
Sedangkan Konsumsi Solar dan Premium juga meningkat dari 35,8 juta kiloliter pada 2010 menjadi 38,5 juta kiloliter pada 2011 lalu. Akibatnya, Subsidi untuk solar dan premium sepanjang 2012 akan melonjak dari Rp 123,6 triliun menjadi Rp 191,1 tirliun. Jika harga minyak dunia terus naik, subsidi akan menggelembung di luar kemampuan anggaran negara. Padahal, pengeluaran itu akan lebih bermanfaat jika dipakai untuk keperluan lain, misalnya, pembangunan jalan,jembatan, dermaga, kapal perintis, infrastruktur lain yang sangat diperlukan masyarakat atau untuk peningkatan pelayanan pendidikan. Masyarakat yang kurang mampu akan menikmati manfaat lebih besar jika harga premium dan solar lebih tinggi. Sebab, masyarakat yang kurang mampu bukan konsumen premium maupun solar yang terbesar.
Harga jual Solar dan Premium yang terlalu rendah dibanding harganya di luar negeri juga cenderung mendorong penyelundupan dan penyelewengan solar dan premium yang seharusnya diperuntukkan konsumen dalam negeri. yang mendapatkan manfaat dari subsidi adalah para penyelundup dan penyeleweng.
2. Apakah Pemerintah tidak Mencari Solusi Lain di luar Menaikkan Harga Premium dan Solar?
Jawaban:
Pemerintah tidak hanya menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Untuk mengantisipasi melonjaknya defisit anggaran, juga ada serangkaian kebijakan mulai dari penghematan pengeluaran, optimalisasi penerimaan negara dari pajak maupun non pajak, serta memanfaatkan sisa anggaran lebih (SAL) tahun lalu. Inilah sebabnya pemerintah mengusulkan RAPBN-Perubahan 2012. Secara total, serangkaian kebijakan optimalisasi anggaran ini dapat menghemat Rp. 183,6 triliun, di mana Rp 53,8 triliun diantaranya berasal dari penghematan subsidi BBM. Penghematan belanja secara besar-besaran itu dilakukan dengan mengurangi pengeluaran belanja pegawai, perjalanan dinas non operasional, pembelian barang non operasioanl maupun honorarium. Usulan pemotongan belanja pemerintah ini mencapai Rp. 60,9 tirliun. Kendati melakukan penghematan besar-besaran, pemotongan belanja Pemerintah itu terbatas padan dana non operasional sehingga tidak akan menurunkan kualitas pelayanan publik di bidang pendidikan dan sebagainya, dan tidak akan menganggu rencana pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang sangat dibutuhkan masyarakat. Pemerintah justru mengusulkan untuk menggunakan sebagian dari penghematan subsidi untuk meningkatkan beberapa program kesejahteraan rakyat dan infrastruktur.
3. Kalau Pemerintah Bisa Mengurangi Defisit dengan Menghemat Anggaran, Mengapa Masih harus Menaikkan harga Premium dan Solar?
Jawaban:
Alasan pengurangan subsidi untuk premium dan solar bukanlah semata-mata untuk menghemat anggaran. Setidaknya ada lima alasan penting bagi kita semua untuk berkomitmen mengurangai subsidi BBM. Yakni, lebih berpihak pada si kecil, lebih hemat dan ramah lingkungan, lebih bermanfaat, lebih benar, dan lebih awet. Berikut penjelasannya:
4. Jadi, Pemerintah memilih hanya menaikkan harga. Ini memang cara paling mudah, namun bagaimana dengan masyarakat yang harus menanggung beban inflasi dan kenaikan harga?
Jawaban:
Tidak, pemerintah hanya menaikkan harga dan memindahkan beban kepada masyarakat. Upaya menurunkan subsidi BBM terdiri dari empat langkah yang merupakan satu kesatuan kebijakan. keempat langkah itu adalah:
Kenaikan harga Premium dan solar juga langsung berlanjut dengan pemberian paket-paket kompensasi. tujuan pemberian kompensasi itu adalah meredam dampak imflasi dan penurunan daya beli masyarakat yang biasanya terjadi dalam waktu beberapa bulan setelah kenaikan harga BBM.
5. Apa saja paket kompensasi itu?
Paket kebijakan kompensasi terdiri dari empat paket:
Seperti itulah teman-teman isi dari buku yang diterima kami. Tapi saya setuju, kalau pemerintah bisa mencari alternatif lain, seperti menaikkan cukai rokok, pajak kendaraan dan jangan lupa juga pajak penghasilan dari orang asing yang bekerja di Indonesia harus dinaikkan juga. Tapi dari paket kompensasi itu, saya tidak melihat kompenasi untuk kesehatan ya. Harusnya untuk Kesehatan ini dibuat istimewa juga. Mau saya, kartu askes dan sejenisnya yang kita miliki itu, bisa fleksibel. Tidak hanya bisa dipakai di rumah sakit pemerintah tapi bisa juga digunakan di rumah sakit swasta.
Bagaimana dengan pandangan teman-teman?
Kira-kira seperti itu catatan saya terkait sidang paripurna kemarin.
Nah selanjutnya, saya mau share tentang kenaikan BBM ini. Ceritanya beberapa hari yang lalu, atau tepatnya minggu kemarin di kantor ada orang yang kirim paket surat. Pas dibuka ternyata isinya buku kecil berjudul : Subsidi BBM Buat (si) Apa?: Menjelaskan Kenaikan Harga Premium dan Solar
Pengirimnya dari Kementerian Sekretariat Negara RI: Sekretariat Wakil Presiden.
Limited Edition :) |
Menurut saya isinya menarik untuk dishare. Dari beberapa pertanyaan dan jawaban dari buku itu, saya pilah-pilah mana yang harus diutamakan untuk diposting.
1. Mengapa Pemerintah Menaikkan Hargar Premium dan Solar?
Jawaban:
Harga Jual Premium dan solar saat ini, yaitu Rp. 4.500 per liter, jauh lebih rendah daripada harga pokoknya. Pemerintah harus menambal kekurangan itu dengan mengambil uang (Subsidi) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Harga minyak dunia dan konsumsi dalam negeri yang semakin melonjak tinggi belakangan ini membuat subsidi untuk Premium dan Solar semakin besar. Dalam Menghitung APBN 2012, Pemerintah dan DPR menyepakati harga minyak mentah Indonesia sebesar US$ 90 per barel sebagai patokan. Kenyataannya, selama Februari rata-rata harga minyak mentah Indonesia saat ini sudah US$ 122,17 per barel.
Sedangkan Konsumsi Solar dan Premium juga meningkat dari 35,8 juta kiloliter pada 2010 menjadi 38,5 juta kiloliter pada 2011 lalu. Akibatnya, Subsidi untuk solar dan premium sepanjang 2012 akan melonjak dari Rp 123,6 triliun menjadi Rp 191,1 tirliun. Jika harga minyak dunia terus naik, subsidi akan menggelembung di luar kemampuan anggaran negara. Padahal, pengeluaran itu akan lebih bermanfaat jika dipakai untuk keperluan lain, misalnya, pembangunan jalan,jembatan, dermaga, kapal perintis, infrastruktur lain yang sangat diperlukan masyarakat atau untuk peningkatan pelayanan pendidikan. Masyarakat yang kurang mampu akan menikmati manfaat lebih besar jika harga premium dan solar lebih tinggi. Sebab, masyarakat yang kurang mampu bukan konsumen premium maupun solar yang terbesar.
Harga jual Solar dan Premium yang terlalu rendah dibanding harganya di luar negeri juga cenderung mendorong penyelundupan dan penyelewengan solar dan premium yang seharusnya diperuntukkan konsumen dalam negeri. yang mendapatkan manfaat dari subsidi adalah para penyelundup dan penyeleweng.
2. Apakah Pemerintah tidak Mencari Solusi Lain di luar Menaikkan Harga Premium dan Solar?
Jawaban:
Pemerintah tidak hanya menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Untuk mengantisipasi melonjaknya defisit anggaran, juga ada serangkaian kebijakan mulai dari penghematan pengeluaran, optimalisasi penerimaan negara dari pajak maupun non pajak, serta memanfaatkan sisa anggaran lebih (SAL) tahun lalu. Inilah sebabnya pemerintah mengusulkan RAPBN-Perubahan 2012. Secara total, serangkaian kebijakan optimalisasi anggaran ini dapat menghemat Rp. 183,6 triliun, di mana Rp 53,8 triliun diantaranya berasal dari penghematan subsidi BBM. Penghematan belanja secara besar-besaran itu dilakukan dengan mengurangi pengeluaran belanja pegawai, perjalanan dinas non operasional, pembelian barang non operasioanl maupun honorarium. Usulan pemotongan belanja pemerintah ini mencapai Rp. 60,9 tirliun. Kendati melakukan penghematan besar-besaran, pemotongan belanja Pemerintah itu terbatas padan dana non operasional sehingga tidak akan menurunkan kualitas pelayanan publik di bidang pendidikan dan sebagainya, dan tidak akan menganggu rencana pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang sangat dibutuhkan masyarakat. Pemerintah justru mengusulkan untuk menggunakan sebagian dari penghematan subsidi untuk meningkatkan beberapa program kesejahteraan rakyat dan infrastruktur.
3. Kalau Pemerintah Bisa Mengurangi Defisit dengan Menghemat Anggaran, Mengapa Masih harus Menaikkan harga Premium dan Solar?
Jawaban:
Alasan pengurangan subsidi untuk premium dan solar bukanlah semata-mata untuk menghemat anggaran. Setidaknya ada lima alasan penting bagi kita semua untuk berkomitmen mengurangai subsidi BBM. Yakni, lebih berpihak pada si kecil, lebih hemat dan ramah lingkungan, lebih bermanfaat, lebih benar, dan lebih awet. Berikut penjelasannya:
- Pertama, lebih berpihak pada si kecil karena subsidi bahan bakar minyak (BBM) justru lebih membantu warga kelompok menengah-atas yang sudah berkecukupan. Mereka lebih menikmati subsidi karena memiliki mobil pribadi. Data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 20120 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, secara rata-rata rumah tangga kaya menikmati subsidi bensin 10 kali lipat lebih besar daripada rumah tangga miskin. Pemotongan Subsidi BBM dengan demikian merupakan pilihan yang lebih bijak dalam membelanjakan uang negara. Hasil Pemotongan subsidi itu dapat dipakai untuk membiayai berbagai program pengentasan kemiskinan dan lebih dinikmati oleh si kecil.
- Kedua, lebih hemat dan ramah lingkungan karena pemangkasan subsidi membuat harga premium dan Solar menjadi lebih wajar. Harga premium dan solar yang jauh lebih murah dari semestinya mendorong orang boros dan ceroboh dalam mengkonsumsi. Padahal, minyak adalah sumber energi yang langka dan tidak terbarukan. pemakaian BBM yang berlebihan juga menurunkan kualitas lingkungan hidup kita. Harga BBM yang lebih realistis akan mendorong penghematan dan konversi ke sumber enegeri yang lebih bersih, terutama gas.
- Ketiga, Lebih bermanfaat karena dana yang seharusnya habis untuk subsidi bisa dialihkan pemakaiannya untuk membiayai belanja lain yang lebih berguna bagi rakyat banyak. Anggaran bisa dipakai membiayai berbagai proyek yang memperbaiki kualitas hidup kaum kurang mampu, seperti membangun infrastruktur maupun perbaikan layanan pendidikan. Pengeluaran seperti ini dampaknya bersifat jangka panjang karena merupakann belanja modal atau investasi pemerintah. Sedangkan subsidi BBM bersifat konsumtif, sekali dipakai habis.
- Keempat, lebih karena pemangkasan subsidi mengurangi dorongan untuk penyelewengan dan penyelundupan. Selama ini, selisih harga BBM bersubsidi dengan BBM Non-subsidi yang terlalu besar mendorong terjadinya penyelewengan dan penyelundupan ke luar negeri maupun dipakai oleh pengguna yang tidak berhak. Saat ini, harga BBM non-subsidi hampir dua kali lipat jika dibandingkan harga premium dan solar. Akibatnya, banyak pelaku industri yang tergoda untuk mengejar keuntungan secara tidak sah dengan membeli BBM bersubsidi. BBM bersubsidi juga memberikan keuntungan besar jika diselundupkan ke luar negeri. Artinya, anggaran negera berupa subsidi yang semestinya berguna untuk memperbaiki kesejahteraan rakyat justru lebih dinikmati penyelundup dan penyeleweng.
- Kelima, lebih awet karena efek positif pengurangan subsidi premium dan solar akan terasa dalam jangka waktu cukup lama. Bukan hanya bagi anggaran 2012 saja, efek positif pemangkasan subsidi BBM akan meringankan beban negara pada tahun-tahun mendatang. Porsi pengeluaran pemerintah berupa subsidi yang kurang tepat sasaran dan berdampak sementara akan menurun. Dana yang tadinya untuk subsidi itu dapat dialihkan untuk membiayai investasi infrastruktur, perbaikan sumber daya manusia, serta penanggulangan kemiskinan yang efek positifnya lebih bersifat jangka panjang dan permanen.
4. Jadi, Pemerintah memilih hanya menaikkan harga. Ini memang cara paling mudah, namun bagaimana dengan masyarakat yang harus menanggung beban inflasi dan kenaikan harga?
Jawaban:
Tidak, pemerintah hanya menaikkan harga dan memindahkan beban kepada masyarakat. Upaya menurunkan subsidi BBM terdiri dari empat langkah yang merupakan satu kesatuan kebijakan. keempat langkah itu adalah:
- Menaikkan harga
- memberikan kompensasi kepada masyarakat
- Mengurangi penggunaan BBM bersubsidi
- mengkonversi penggunaan minyak ke gas
Kenaikan harga Premium dan solar juga langsung berlanjut dengan pemberian paket-paket kompensasi. tujuan pemberian kompensasi itu adalah meredam dampak imflasi dan penurunan daya beli masyarakat yang biasanya terjadi dalam waktu beberapa bulan setelah kenaikan harga BBM.
5. Apa saja paket kompensasi itu?
Paket kebijakan kompensasi terdiri dari empat paket:
- Penambahan frekuensi jatah beras untuk rakyat miskin sebanyak dua bulan, menjadi 14 kali per tahun, dari saat ini sebanyak 12 kali per tahun dengan harga tebus tetap Rp. 1.600 per kilogram
- Pemberian Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) berupa dana tunai senilai Rp. 150.000 per bulan. Penerima bantuan ini adalah 18,5 juta rumah tangga yang mencakup 30% rumah tangga dengan tingkat sosial ekonomi terendah di Indonesia
- Penambahan beasiswa untuk rumah tangga miskin selama enam bulan
- Kompensasi untuk sektor transportasi sebesar Rp 5 triliun. Tujuannya, agar kenaikan tiket angkutan kelas ekonomi tidak melonjak sejalan dengan kenaikan harga premium dan solar.
Jawaban:
pembagian BLSM berlangsung melalui kantor-kantor pos diseluruh Indonesia. Sedapat mungkin, bantuan ini sudah cair segera setelah kenaikan harga solar dan premium berlaku. Seperti pengalaman sebelumnya,, kantor pos akan mengirimkan kartu penerima bantuan melalui kelurahan yang akan meneruskannya ke pengurus RT/RW setempat untuk dibagikan pada rumah tangga yang berhak. Berikutnya, rumah tangga penerima dapat mencairkan bantuan tunai itu di kantor-kantor pos kecamatan sesuai jadwal yang ditetapkan. Pencairannya per tiga bulan. Jadi, setiap kali pembagiannya nilainya Rp. 450.000,-Seperti itulah teman-teman isi dari buku yang diterima kami. Tapi saya setuju, kalau pemerintah bisa mencari alternatif lain, seperti menaikkan cukai rokok, pajak kendaraan dan jangan lupa juga pajak penghasilan dari orang asing yang bekerja di Indonesia harus dinaikkan juga. Tapi dari paket kompensasi itu, saya tidak melihat kompenasi untuk kesehatan ya. Harusnya untuk Kesehatan ini dibuat istimewa juga. Mau saya, kartu askes dan sejenisnya yang kita miliki itu, bisa fleksibel. Tidak hanya bisa dipakai di rumah sakit pemerintah tapi bisa juga digunakan di rumah sakit swasta.
Bagaimana dengan pandangan teman-teman?
No comments:
Post a Comment