Search This Blog

Saturday, November 19, 2011

Perjuangan Untuk Modo-Modi

Ya, hari ini aku betul-betul menghabiskan waktu sampai maximum. Maksudnya agendaku hari ini semuanya terpenuhi. Pergi les, hunting Modo-modi dan ke Museum Nasional. Padahal, waktunya mepet dalam arti sudah sore tapi itu tidak jadi masalah. Dijalanan ramai oleh calon penonton Timnas Garuda U-23 yang memang hari ini ada jadwal tanding.

Balik lagi ke agenda awal yaitu les. Setelah satu jam di lab, dan berhasil menamatkan satu unit saya  pun langsung pergi hunting Modo-Modi ke Plaza Indonesia. Lho, mengapa plaza Indonesia? karena berdasarkan informasi dari sebuah harian nasional, dikatakan bahwa di Plasa Indonesia dijual Modo-Modi. Sesampainya di Plaza Indonesia celingak-celinguklah saya. Bingung adanya. Mall yang begitu besar kalau kita tidak mengenalinya dengan baik maka pusing adanya. Untuk memudahkannya maka saya tanya penjaga dan juga bagian informasi.

Saya kecewa ketika jawabannya mereka mengatakan tidak ada maskot di sana. Dengan nada sedikit kesal saya ulangi lagi bahwa saya dapatkan informasi itu dari sebuah harian nasional dan berharap mereka mau merubah pernyataannya dan mengatakan bahwa ya di counter anu ada maskot. Sudah dua kali naik turun lantai empat tetap saja jawabanya tidak ada. Akhirnya saya menyerah. Karena agenda masih dua lagi, makanya segera pergi saja meninggalkan mall itu langsung menuju museum.

Di museum sendiri agak sepi, tapi bukan berarti tidak ada pengunjungnya. Saya pun menikmati pameran itu. Selesai memutari benda-benda pameran langsung pergi  menuju Senayan alias GBK. Duh, saya berlawanan arah dengan para kaos merah bergambar garuda di dada itu. Mereka tujuannya tentu nonton bola. Sedangkan saya hanya mencari maskot SeaGames.
Setelah bertanya sana sini, akhirnya didapatlah sebuah petunjuk, katanya, ada disebelah dalam GBK, dan memang ketika saya masuk di dalam itu ada beberapa stand pameran. Wah, akhirnya saya menemukan maskot itu. Maskot pertama yang saya temukan dibandrol Rp. 85.000,- tapi saya tidak tertarik membelinya karena berdasarkan informasi yang kukantongi sepasang maskot itu harganya Rp. 200.000,- jadi maskot yang pertama itu terlalu mahal apalagi cuma satu maskot.

Berkeliling lagi lah saya  dan kali ini mendapati maskot yang sepasang, ukurannya menengah, si penjual itu membandrol Rp. 210.000,- deuh, sayang di sayang uang saya di dompet cuma ada Rp. 180.000,- memang dari awal maksudnya hanya mengandalkan ATM, tapi ternyata harus ke GBK dan GBK itu bukan tempat yang tepat untuk  ATM jadi andalan. Karena si penjual itu tidak mau menurunkan harganya, akhirnya harus tarik uang ke ATM. Sebenarnya di sana tidak ada ATM. Jadi saya harus ke area Istora. Dan, kukira benar-benar ada ATM ternyata itu adanya di mobil. Jadi salah satu bank nasional memberikan fasilitas ATM Mobile.

Tapi sayang sudah dua kali mencoba narik, lemot mesinnya mungkin. Tapi entahlah bisa jadi karena banyak yang narik. Tapi tidak patah semangat. Saya berpikir pasti akan ada jalan keluarnya.
Nah kebetulan dipinggir-pinggir  halaman istora itu ada  beberapa stand pameran. Dan ketika saya mendekati, ternyata ada MODO-MODI tapi ini ukurannya lebih besar dari yang sebelum-sebelumnya. Mana harganya lebih pantas dengan ukurnnya. Mereka menjualnya Rp. 200.000,-
Tetap saja tidak bisa membeli langsung karena uangnya kurang Rp. 20.000,-

Ada salah satu dari penjaga standnya itu bilang "ada temannya mbak yang mau kesini?" hehehe maksudnya saya bisa pinjam teman yang mau datang. Tapi saya tegaskan bahwa saya datang sendiri dan khusus hanya untuk mencari Modo-Modi.Lumayan agak lama berpikir bagaimana caranya itu mesin bisa berfugsi lagi. Karena katanya Mesin ATM itu awalnya berfungsi dengan baik.

Akhirnya salah satu dari penjaga stand yang memang para mahasiswa itu ada yang mau terima transfer.
"Mbak sudah saya kasih pinjam 50.000,- nanti mbak ganti ke saya 50.000,"
Akhirnya saya setuju. Dengan menggunakan mobile Banking akhirnya bisa mendapatkan Modo-Modi.. Ohya sebelumnya jaringan Mobile Banking juga jelek, tapi alhamdulilah Tuhan sedang sayang kepada saya jadi pada akhir-akhir itu, transfer lewat Mobile banking lancar.
Nah ini Moda-Modi yang saya beli:


Sepasang Modo-Modi
Nah Ini standnya:
Stand Pameran

Mobile ATM
Tas plastik belanjaan maskot
Darimanakah Moda-Modi itu?
Muda-mudi penjaga stand itu bilang mereka ngambil dari UKM. Waktu saya lihat kemasan plastiknya, itu berarti memang maskot yang saya beli ini bisa terjaga kualitasnya , wong dari SMESCO yang notabene kita tahu UKM-UKM yang ada di sana pastilah tidak akan membuat produk yang jelek dan kalau dibandingkan dengan maskot pertama kali yang saya lihat, sepintas kualitas ini lebih bagus, lebih rapih dan lebih terjaga keindahannya. Untuk harga Rp. 200.000,- boneka ini lebih besar dibandingkan sebelumnya (promosi-red).
Tapi semuanya terserah pada anda mau memilih yang mana. Kalau menurut saya sih lebih baik beli dari UKM yang jelas supaya tidak mengecewakan tapi kalau pun mau membeli dari stand biasa tidak masalah asal jeli belinya dan harus siap-siap saja untuk menawar karena harganya lebih mahal.

So, bagaimana teman-teman, tertarik untuk hunting Moda-Modi? kalau tertaik pergilah ke Senayan atau GBK untuk hunting serta jangan lupa siapkan uang tunai ya. Selamat hunting.
Oh ya saya sendiri tertarik untuk hunting Modo-Modi karena memang sedang mengoleksi jenis-jenis maskot.
Untuk maskot piala dunia tahun kemarin juga saya beli "Zakumi" dan sampai sekarang masih tersimpan rapi di plastik pembungkusnya. Nanti saya cari tempat dulu untuk memajangnya.

Wednesday, November 9, 2011

Lobang Jepang

Hallo teman-teman, hehehehe .... yuk simak lagi cerita dari saya, masih terkait dengan hasil Kunker ke Prov. Sumatera Barat. 
Cerita yang akan saya bagikan sekarang adalah tentang Lobang Jepang tepatnya di Bukittinggi.
Ya, sebenarnya tempat wisata Lobang Jepang ini saya temukan dengan cara tidak disengaja. Ketika itu saya jalan Pagi sama Bu Tri, tadinya mau cari makanan disekitar hotel, tapi kita tidak menemukan toko yang siap melayani. Jadi kita jalan-jalan saja sekitar hotel. Nah waktu jalan-jalan itu saya menemukan sebuah tempat pariwisata. Pagi itu masih sepi dan belum ada penjaga loketnya tapi kita bisa masuk karena pintunya tidak terkunci.

Saya masuk ke dalam sebentar, waktu itu diputuskan untuk kembali lagi sehabis mandi.
Saya tepati janji kepada diri sendiri. Nah, waktu kembali lagi memang penjaga loket sudah ada tapi masih sepi dan pengunjung pun baru aku yang pertama. 

Saya ditemani salah seorang guide lokal. Hal pertama yang dilakukan di lokasi wisata Lobang Jepang adalah, berfoto ria di depan pemandangan Ngarai Sianok dan Ngarai Koto Gadang.
Setelah itu ,masuk ke Lobang Jepang, dengan bayar tiket seharga Rp. 5000,-

Denah Lobang Jepang

Kalau kita lihat denah di atas, maka Lobang Jepang ini  sepertinya akan dibuat seperti gambar di atas, tapi masih belum.

Mari Kita lihat lebih dalam lagi apa yang ada di Lobang Jepang ini.

Pintu Masuk ke Lobang Jepang

Jadi, menurut Reno, guide lokal yang menemani saya, bahwa Jepang dahulu membuat Lobang ini dari bawah bukan dari atas dulu.
Kita Lihat lebih dekat lagi ke bagian dalam :

Tangga Masuk
Ya, tangga untuk masuk ke Lobang Jepang ini berjumlah 132 anak tangga ya.
"Tadinya pemerintah akan membuat eskalator tapi tidak jadi", sahut Guide itu.
Nah, berbicara mengenai anak tangga itu, jujur tidak saya hitung. Tapi cukuplah untuk berkeringat.

Setelah berada di dalam kita bisa melihat:

Lorong masih asli dindingnya dari tanah

Seperti yang bisa dilihat teman-teman pada bagian di atas itu dindingnya masih asli ya, dari semacam tanah liat. Tapi ada juga yang sudah berubah. Ada sebagian yang ditembok seperti ini:

Ada dindingnya yang ditembok
Pemerintah setempat menembok Lobang Jepang ini karena terkena gempa. Sebenarnya Lobang Jepang ini tidak pengap, karena terdapat ventilasi udara yang cukup. Dan lorong-lorong yang ada di Lobang Jepang ini mendapatkan udara sebagainnya masuk dari ngarai Sianok. Seperti terlihat seperti ini:

Pemandangan menuju Ngarai
Ya, teman-teman pemandangan yang saya ambil tersebut diambil dari dalam Lobang Jepang. Jadi, memang Orang Jepang ini sudah memperhitungkan segala sesuatunya dengan matang. Ventilasi udara yang cukup inilah yang membuat Lobang Jepang ini dibuka untuk umum.
Menurut Sang Guide, dikatakan bahwa Lobang Jepang ini terdiri dari 21 Kamar, 5 Kamar rahasia, satu dapur dan Penjara. Seperti berikut:

Penjara

Jadi, ketika saya lihat bagian Penjara ini, sempit adanya, tapi kata Reno, Sang Guide, sebenarnya panjangnya mencapai 50 meter persegi. Tapi memang ditutup oleh pemerintah setempat.

Dapur
Jadi, dapur ini berdasarkan penjelasan dari sang guide, merupakan Dapur kamuplase. Sebenarnya bagian ini dipakai untuk penyiksaan. Sampai Sang Korban meninggal.
Setiap korban yang meninggal, dibuang melalui lubang berikut ini:

Lobang untuk membuang mayat
Korban yang sudah mati dibuang melalui Lobang seperti terlihat di atas. Mayatnya tentu jatuh ke ngarai yang ada di bawahnya. Lobang ini sekarang ditutup.

Lubang Pengintaian
Lubang yang di atas itu digunakan oleh tentara Jepang untuk mengintai aktivitas penduduk. Jadi, nanti dari hasil pengintaian itu tentata Jepang bisa melakukan penyergapan atau perampasan makanan/hasil bumi penduduk.
Ini tanah aslinya seperti ini lebih dekat.

Jenis tanahnya lebih dekat, jadi semakin terkena air maka dia akan semakin padat. Kalau aslinya kita bisa melihat kilauan di tanah itu ya.

Baiklah pertanyaannya sekarang adalah, untuk apa Jepang Membangun Lobang Jepang ini?


"Jepang membangun Lubang Jepang ini  sebagai benteng pertahanan untuk menghadapi Perang Dunia II", ujar Reno.
Namun, Lobang ini belum sempat terpakai karena Jepang terlebih dahulu kalah oleh sekutu setelah dijatuhi Bom atom, di Nagasaki dan Hiroshima.

Pembuatan Lobang jepang, ini dilakukan secara rahasia. Dimulai pada Tahun tahun 1942 dan baru dijadikan objek wisata pada tahun 1986. Karena untuk menjaga kerahasiaan Lubang ini, Jepang memperkerjakan orang-orang dari luar Sumatera. Supaya tidak ada yang buka mulut, maka setelah selesai menjalankan tugasnya para pekerja itu dibunuh.

"Bahkan untuk para pemuda, mereka langsung memubunuhnya, sedangkan untuk anak-anak,diperbantukan untuk membuat rel, dan perempuan dijadikan sebagai budak nafsu", ujar Reno.

Karena Begitu rahasianya pembuatan Lobang Jepang ini sampai  tanah hasil galiannya tidak pernah diketemukan sampai sekarang, ujar sang guide.
Nah, Lobang Jepang ini ditemukan oleh masyarakat setahun setelah kemerdekaan.

Oh ya, menurut Reno, bangunan semacam ini ada tiga di Indonesia, yaitu, di Bukitinggi sendiri, di Biak (untuk kuburan masal, dan di Dago Pakar, Bandung.
Lama tinggal di Bandung, tapi belum pernah lho teman-teman, saya masuk ke Goa Jepang yang ada di Dago Pakar, Ya karena tidak ada yang mengajaknya juga dan yang saya dengar cukup angker ya. Jadi, tidak berani kalau pergi sendiri hehehehe...

Bagaimana temna-teman ada yang sudah pernah ke Bukittinggi dan berkunjung le Lobang Jepang?
Kalau belum maka bersegeralah ya ajak keluarga dan teman-teman.....


Saturday, November 5, 2011

Rumah Beratap Seng di Sumbar

Yup, cerita ini masih merupakan cerita lanjutan dari Kunker (Kunjungan Kerja) kemarin. Pokoknya berkunjung ke  Sumbar banyak kisah yang akan saya ceritakan. Dan sekarang saya hendak bercerita tentang rumah.
Lho kok rumah, apa uniknya rumah?
Hm.... pertama kali tugas ke Padang saya tidak begitu ngeh dengan kondisi perumahan atau bangunan di padang. Mungkin karena kita tidak berkeliling seperti Kunker. Ketika tugas pertama itu pergerakan kita hanya di Daerah Padang saja, tidak ke Payakumbuh, Bukittinggi atau Agam dll.

Nah, pas ikut kunker kemarin, seorang rekan mengatakan "rumah-rumah di sini semua atapnya pakai seng ya"
dan memang seperti itu adanya. Berlalu dari satu rumah menuju rumah yang lain sama saja. Baik rumah yang lama maupun yang baru mereka pakai seng untuk atap rumahnya seperti berikut :

Rumah ini atapnya dari seng
Bukan hanya rumah saja yang beratap seng tapi, kantor, sekolah, mesjid dan bangunan lainnya juga beratap seng. Lihat mesjid ini:

Mesjid beratap seng
Karena saya keheranan dan tidak tahu banyak tentang Sumatera Barat, oleh karenanya saya tanya salah satu peserta Kunker.

"Pak mengapa di wilayah Sumatera ini setiap rumah beratap seng tidak genting?"

"itu karena produksi genting di sini kurang", sahut seorang Bapak.

Sepulang dari Kunker itu saya cerita mengenai hal ini kepada rekan yang lain, dia bilang itu karena tanahnya tidak sesuai.

"Ya, karena tanah di sana itu gembur jadi gak bisa dibuat genting. Seharusnya tanah itu ada semacam perekat seperti lumpur agar dia padat, jadi karena tidak ada lumpur dan jenis tanahnya gembur sehingga tidak bisa dibuat genting"....

Itu keterangan dari rekan saya.
Bagaimana teman-teman, tertarik tidak untuk berdagang genting di Sumatera Barat? hehehehe...
ya Ambil saja dari pulau Jawa gentingnya pasti laku....Tapi  masalahnya sendiri, di sana sering terjadi gempa, mungkin karena alasan ini juga penduduk di sana merasa aman ya pakai atap seng...

Dan menurut keterangan dari teman yang lainnya dikatakan pula bahwa orang Sumatera ini banyak yang merantau ke luar pulau Jawa. Hm... tak heran ya, kalau di P Jawa, banyak orang Padang yang berjualan nasi padang hehehehehe.

Kalau menurut saya sendiri Sumatera Barat itu tidak ramai bahkan Mall pun belum banyak. Tapi memiliki potensi wisata yang banyak dan menarik.  Cobalah untuk mengeksplor Sumbar alias Sumatera Barat.




Friday, November 4, 2011

Kawasan Embun Pagi yang Berkabut Putih di Kabupaten Agam

Hm Kunker alias Kunjungan Kerja bersama Komisi V DPR-RI dan mitra kerja  itu adalah salah satu agenda kantor yang saya ikuti dan untuk pertama kalinya. Saya Sungguh menikmatinya. Karena di dalam Kunker tersebut kita bisa mengenal lebih jauh karakteristik sebuah daerah meskipun tidak terlalu dalam mengenalnya. Tapi setidaknya kita mendapatkan sedikit gambaran suatu wilayah yang kita kunjungi itu nampak seperti apa.
Baiklah, di pagi ini saya ingin sharingg satu cerita dulu dari daerah Embun Pagi - Kabupaten Agam - Sumbar.

Kita menunjungi daerah ini kemarin, hari ketiga Kunker (Kamis, 3/11/2011). Wah saya takjub melihat fenomena alam itu. Di samping kiri dan kanan saya pemandangan alam berupa pephonan, tanaman tebu dan lainnya berlatar putih. Ya, mereka ditutupi embun.
Waktu itu pikiranku bilang "wah kabutnya indah sekali" . Ya saya bilangnya kabut. Apa perbedaan Kabut dan embun? saya mendapatkan informasinya seperti ini":

EMBUN: titik-titik air yg jatuh dr udara (terutama pd malam hari); (2) uap yg menjadi titik-titik air; (3) Met endapan tetes air yg terdapat pd benda dekat atau di permukaan tanah yg terbentuk akibat pengembunan uap air dr udara di sekitarnya.
Sementara Kabut adalah:

KABUT: n awan lembap yg melayang di dekat permukaan tanah; (3) n Geo uap air sbg hasil kondensasi yg masih dekat dng tanah yg terjadi krn peristiwa pemanasan atau pendinginan udara, biasanya menyebabkan jarak pandang di permukaan bumi berkurang.

Nah, jadi kalau melihat definisi di atas,  menurutku itu adalah kabut karena berwarna putih, kalau embun jelas titik-titik air menempel misalnya di daun.  Jadi, dari embun menjadi kabut seperti itu mungkin ya prosesnya. atau keduanya terjadi bersamaan. Ketika ada Kabut ada juga Embun ...hehehehehe (mohon dikoreksi bagian ini).
Tapi memang daerahnya ini disebut dengan Kawasan Embun Pagi - Kab. Agam.
Coba lihatlah gambarnya berikut ini:

Putihnya itu bukan asap ya itu kabut ....

Menakjubkan!

Nah, setelah saya konfirmasi ke Orang Sumbarnya sendiri, apakah embun/kabutnya tidak akan hilang dalam sehari atau selalu seperti itu keadaannya, dia memberikan jawaban seperti ini: 

"Gak Buk, Tergantung cuaca buk, kalau cuacanya bagus viewnya pasti bagus karena ada danau Maninjau di bawahnya, karena lagi musim hujan buk" ... ujar Protokol Pemrov Sumbar, bernama Fadli..

Saya tertawa geli mendengar bahwa saya disapa dengan kalimat "Buk" ....heheheh... tidak masalah itu, terserah bagaimana enaknya orang itu. Itu bukan masalah prinsipil. 

ya, teman-teman memang, ketika turun dari kawasan Embun Pagi kita melewati jalan yang berkelok-kelok, ada sekitar 44 kelokan. Tentu dengan pemandangan yang sungguh menakjubkan karena di bawahnya itu kita bisa melihat Danau Maninjau. Kelok keseblahkiri maupun kanan jalanan Danau Maninjau masih bisa terlihat. Dan katanya sih, Ikan Bilih itu di dunia hanya ada di Danau Maninjau ini (kebetulan saya suka Ikan Bilih).
Ya, ada rasa takut sebenarnya ketika melewati kelok 44 itu, tapi ya kita percaya sang supir bisa membawa Bis dengan jalanan berkelok-kelok dan sempit. Dan alhamdulilah semuanya lancar. 
Ini kelokannya, dan waktu itu hujan

Yup, sayang memang waktu itu sedang hujan jadi tidak bisa mengambil gambar yang jelas dan kita tidak turun di Danau Maninjau ini. Hanya lewat saja sambil menikmatinya. 

Danau Maninjau diambil dari Bis
Ya, teman-teman bagaimana menarik bukan? 
Jadi kalau ada waktu cobalah maen ke Matur, Kab. Agam dan Bukittinggi ....

Dan terima kasih untuk orang-orang yang sudah  memberikan kesempatan saya untuk kunker dan kooperatif dengan saya sehingga saya punya cerita di blog ini.


Monday, October 31, 2011

Rengasdengklok: Rumah Bersejarah Itu Memprihatinkan!

Yup, selalu antusias menyambut tawaran dari Republika terkait dengan program jalan-jalannya yang bersejarah.
Kemarin, pada hari Minggu, 30 Oktober 2011, untuk kedua kalinya saya ikut "Melancong Bareng Abah Alwi: Jejak Proklamator Soekarno Hatta" ....

Yang membuat saya tertarik ketika membaca iklannya di koran Republika adalah menyangkut salah satu tempat tujuan yaitu Istana Negara, Istana Merdeka dan juga Rengasdengklok. Kapan lagi nih bisa masuk ke istana Negara dan Merdeka kalau bukan bersama Abah Alwi dan Republika, pikirku saat itu. Akhirnya saya pun mendaftarkan diri dan membayar paket melancong itu sebesar Rp. 350.000,- masih sama ya dengan tarif ke Pulau. Onrust pertama kali saya ikut program rutin ini.

Lanjut ceritanya, semua peserta harus berkumpul di Kantor Republika jam 6.30 WIB. dan sekitar jam 7:30 kita berangkat menuju lokasi pertama, yaitu Rengasdengklok. Dari Jakarta ke Rengasdengklok ada sekitar 2 jam. Memasuki lokasi Rumah dimana Soekarno dan Hatta diculik oleh para Pemuda PETA, kita disambut oleh sebuah monumen yang bernama kebulatan tekad. Monumen atau Tugu ini ada dua buah, yang pertama ada yang mengepalkan empat buah tangan kiri yang kedua hanya sebuah tangan kiri. seperti ini:

Monumen Kebulatan Tekad, terlihat mengepalkan satu tangan kiri
 
Ini empat tangan kiri yang dikepalkan, memprihatinkan ada coretan tangan usil

Nah, Monumen ini menurut guide kami yang bernama Bapak Kartum dibangun pada tahun 1950. Pertanyaanya adalah mengapa yang dikepalkan harus tangan kiri?
Informasi yang saya dapatkan mengatakan bahwa tangan kiri bermakna untuk MELAWAN, sedangkan tangan kanan tidak dilukiskan, yang mengandung arti atau menggambarkan memegang senjata atau bambu runcing.

Sementara Monumen Kebulatan tekad dibangun untuk mengenang satu kesefahaman, cita - cita, dan kebulatan tekad para pemuda Karawang dan para pejuang serta tokoh - tokoh bangsa ini untuk merebut dan melepaskan Negara Republik Indonesia yang tercinta dari kungkungan dan belenggu penjajah, menuju negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Lalu, dari Monumen ini kita berjalan masuk ke dalam menuju Rumah dimana Soekarno dan Hatta diculik oleh para Pemuda dan memaksa Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan. Jaraknya sekitar 100 meter.
Dan, ini dia rumah bersejaran awal dari lahirnya proklamasi Kemerdekaan.

Rumah awal lahirnya Proklamasi Kemerdekaan RI di Desa Rengas Dengklok
Ya, bagaimana menurut teman-teman setelah melihat rumah bersejarah itu? Sangat memprihatinkan sekali bukan?
Rumah dimana para pemuda PETA menculik Soekarno  Hatta dan mendesaknya untuk memproklamasikan kemerdekaan itu kini didiami oleh Bu Iin. Bu Iin sendiri merupakan cucu dari pemilik rumah yang sebenarnya bernama Djiauw Kie Siong,  keturunan Tionghoa ya. Para peserta yang datang sih bilangnya Engko.

Bu Iin Yang Tengah, pakai Baju hitan
 Dan seperti inilah keadaan di dalam rumah:

Tampak Lukisan Bung Karno dan juga Foto Pemilik Rumah

Sangat memprihatinkankan memang melihat keadaannya kini.
"mengapa tidak dibeli oleh pemerintah?", tanya salah seorang peserta.
"Ya, waktu itu memang pemerintah mau membelinya, tapi harga yang ditawarkan tidak cukup untuk dibelikan kembali sebuah rumah", jawab Bu Iin.

Nah, kebetulan saya juga bertanya.
"apa tidak ada bantuan dari pemerintah untuk merenovasi ? "
"Katanya, kalau ada perbaikan atau perlu bantuan silahkan untuk lapor kepada pemerintah tapi lapor ya lapor, sampai sekarang bantuan tidak ada juga", sahut bu Iin.

Nah, dalam perjalanan pulang kami dari Rengas Dengklok, saya merangkum beberapa kesan dan pesan dari para peserta, diantaranya:
  1. Republika mengundang langsung Bupatinya. 
  2. Usulan untuk mengumpulkan Koin buat rumah bersejarah itu.
  3. Ada yang mengkritik bahwa Bangsa Indonesia itu sedang menderita penyakit lupa.
  4. Bahwa Bangsa Indonesia memiliki Harga Diri yang tinggi, terbukti dari kemerdekaan itu direbut sendiri oleh Bangsa Indonesia sendiri bukan pemberian.
  5. Bangsa Indonesia memiliki Roh perjuangan. 
  6. Menyayangkan adanya corat-coret pada dinding Monumen,
Nah, saya punya pertanyaan. Apakah sebuah situs bersejarah itu memang perlu dibeli oleh pemerintah?
Jawaban saya mengatakan tidak harus selalu dibeli oleh pemerintah. Tapi harus mendapatkan perhatian dari pemerintah.

Seperti Rumah yang didiami oleh Bu Iin ini. Saya pikir ditinggali oleh cucu sang pemilik rumah merupakan pilihan yang bijak. Bayangkan saja kalau pun pemerintah membeli tapi tidak merawatnya untuk apa? Jadi lebih baik ditinggali sembari dirawat oleh yang punya rumah. 
Dan Pemerintah dalam hal ini membantu untuk merenovasi agar tidak terlihat memprihatinkan. Jadikanlah rumah bersejarah itu tampak lebih anggun dari yang nampak sekarang ini. Jadi jangan mau kalah oleh Mall-mall.
Oh ya bagian ruang tamu depan itulah yang paling bersejarah. Karena ruangannya kecil, jadi para peserta pun harus bergiliran untuk masuk ke dalam.

Lalu, timbul lagi pertanyaan, mengapa para pemuda PETA membawa Soekarno Hatta ke rumah Bu Iin?
Jawaban dari guide kami, Pak Kartum mengatakan bahwa, PETA itu terdiri dari dua kelompok. Yaitu, di Jakarta dan di Karawang. Pilihan pun jatuh ke Karawang. Sebelum dibawa ke rumahnya Bu Iin sekarang, Para Pemuda PETA membawa Soekarno-Hatta ke Markas PETA terlebih dahulu yang sekarang dibangun monumen kebulatan tekad dengan satu kepal tangan kiri. Dikarenakan di Markas PETA tidak ada tangsin-tangsin (barak-barak) maka dicarilah rumah yang memenuhi syarat. Maka pilihan jatuh ke rumahnya Orangtua Bu Iin. Seperti itu alasannya.

Apakah teman-teman tahu, mengapa para Pemuda PETA menculik Soekarno Hatta ke Rengasdengklok?
Jawabannya adalah para Pemuda mendengar berita bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, oleh karena itu para pemuda  menculik dan mendesak Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945. Tapi Soekarno belum mendengar bahwa Jepang telah kalah, karena waktu itu baru pulang dari Dalat, Saigon (Ho Chi Minh-sekarang) dan tidak mau memproklamasikan kemerdekaan tanggal 16 Agustus 1945 karena takut akan terjadi pertumpahan darah.

Di Jakarta menjadi gempar, karena hilangnya Soekarno-Hatta, oleh karena itu, Achmad Soebardjo menjemput kedua pemimpin karismatik ini dari Rengasdengklok untuk selanjutnya dibawa ke rumah Laksamana Maeda. Dan di rumah inilah disusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, dan ditulis sendiri oleh Soekarno.

Seperti itulah kira-kira sebagian gambaran dari jejak Soekarno-Hatta .....
Bagaimana teman-teman tertarik untuk ikut melancong bersama Abah Alwi dan Republika?
Kalau begitu jangan sampai terlewatkan ya pengumuman untuk next journey hanya di koran Republika.

Dan semoga dengan adanya tulisan ini bisa menyentuh Pemerintah atau mereka yang mau ikut peduli terhadap sejarah bangsa  dengan melakukan suatu tindakan yang nyata apapun itu bentuknya ....

NB: Nantikan Blog berikutnya ya masih terkait dengan Melancong bersama Abah Alwi dan mohon maaf kalau ada salah penulisan nama .....

Thursday, October 27, 2011

Buat E-KTP yuk?

 Yup ceritanya pagi ini saya izin sama atasan untuk ke kantor siang.
Karena mau Buat E-KTP alias KTP elektronik.
Menurut kabar burung sih waktu permbuatan E-KTP ini akan lama, tapi nyatanya tidak.
Ya, ceritanya ketika saya datang ke kantor kelurahan itu tidak banyak antrian, mungkin itu karena ada pembagian waktu pembuatan E-KTP ya. Jadi teratur tidak berdesak-desakan. Atau, mungkinkah masyarakatanya tidak atau belum datang untuk membuat E-KTP? Saya tidak tahu itu.

Tapi, pas datang karena hanya ada saya yang mau buat E-KTP jadi langsung diFoto.
Ya, dua orang petugas sudah siap dengan dua kamera masing-masing.
Setelah difoto, lalu saya diambil sidik jari. Tidak belepotan dengan tinta kok. Karena memang pakai alat elektronik pengambil sidik jari. Tangan kanan dan kiri ya semua diambil sidik jarinya. Setelah itu kita tanda tangan juga lewat alat elektronik tidak di aatas hitam dan putih.
Dan, yang membuat saya tercengang ternyat kita diambil juga ukuran seperti retina mata. Ya, mata kita juga diambil informasinya.

Sesudah itu ya selesailah proses administrasinya. Kita hanya tinggal nunggu KTP elektronik ini jadi. Katanya sih lama waktunya. Sekitar satu-3 bulan. Itu langsung diberi dari Kemendagri.

Jadi, kalau teman-teman ingin buat E-KTP, yang harus diperhatikan adalah pertama tunggu surat pemanggilan dari kelurahan. Setelah itu jangan lupa bawa KTP ya. Kalau KTP tidak berfungsi atau habis masa aktifnya maka bisa bawa kartu KK atau kartu Keluarga. Tapi kalau KTP msaih aktif cukup bawa KTP dan surat pemanggilan ya.

Petugasnya bilang pembuatan kartu E-KTP ini tidak dipungut biaya ya. Tapi kita lihat saja nanti ya ...

NB: Blog ini dibuat sewaktu dalam perjalanan pulang dari kantor kelurahan (Naik Taxi)

Thursday, October 20, 2011

Ketika Jabatan dikembalikan Lagi

Jabatan adalah amanah, jabatan adalah titipan. Ah itu memang benar adanya.
Sebagai seorang pekerja, saya telah menyaksikan beberapa moment baik itu yang bahagia maupun yang menyedihkan.Tapi kedua hal ini membuat saya berpikir. Dalam arti ya inilah hidup, kadang kita berada di atas, kadang kita berada d bawah.

Berbicara mengenai jabatan, ini artinya di sana ada orang yang menjabat suatu posisi memegang wewenang, diantaranya dia bisa membuat berbagai kebijakan. Hal ini tentu berbeda dengan orang yang tidak mempunyai wewenang.

Serah terima jabatan yang terjadi kemarin sore dari pejabat lama ke pejabat baru, tentu menghilangkan kewenangan dan otoritas seseorang. Ketika dia sudah tidak menjabat sebagai pejabat publik, akan ada beberapa hal yang hilang dari kita, misalnya berkurangnya perhatian kepadanya.

Hal ini yang saya saksikan pada sertijab (serah terima jabatan).
Saya merasa miris menyaksikannya. Biasanya ia ketika masih menjabat melantik pejabat yang baru, tapi kini dia bukan diposisi untuk melantik. Tapi  kini dia ada di posisi untuk menyerahkan jabatannya.

Satu lagi yang saya perhatikan, dia yang sudah menyerahkan jabatannya kepada pejabat yang baru kini quotenya atau kutipannya tidak lagi sama pentingnya seperti dulu. Hal ini terlihat ketika tidak ada wartawan yang selalu mengejar-ngejarnya hanya untuk mendapatkan quotationnya. Dia kini "diabaikan" oleh sang kuli tinta alias jurnalis. Miris saya mellihatnya. Selain itu, akan hilang beberapa privilagenya sebagai pejabat publik.

Dan memang ketika moment seperti ini terjadi pada kehidupan kita akan sangat dibutuhkan support dari keluarga.

Beruntungnya ketika kita menyerahkan jabatan, masih memiliki karir di luar. Berarti kita masih bisa terus berkarir.
Namun, bagaimana dengan keberlanjutan hidup mereka yang ikut dengannya? yang tidak menempati jabatan struktural misalnya? Ketika sang pejabat habis masa kerjanya, tentu orang bawaannya juga akan otomatis berhenti. Hal ini tentu saja berbeda, misalnya dengan Walpri (Pengawal Pribadi), karena dia bisa kembali ke kesatuannya.

Selain itu, pejabat baru yang menggantikan posisi yang lama bisa mengubah kebijakan yang telah diambil pendahulunya atau melanjutkan kembali dengan terobosan-terobosan yang baru. Tentu saja setiap kebijakan baru yang diambil bisa berdampak. Tetapi semoga saja kebijakan yang akan diambil nanti tidak merubah lagi hal yang esensial agar masyarakat tidak bingung.