Yup, postingan kali ini untuk menepati janji sharing cerita lain sewaktu kunjungan kerja ke Provinsi Gorontalo.
Langsung saja ya gak perlu kata-kata pengantar lagi, soalnya sudah jam 21:03 ini, heheheh apa hubungannya ya?
DANAU LIMBOTO
Ada yang tahu atau barangkali teman-teman sudah pernah pergi ke Danau Limboto?
Tempatnya sebenarnya indah ya. Tapi sayangnya keindahannya itu jadi berkurang karena tertutup oleh eceng gondok.
Hhm, pengen tertawa jadinya kalau mengucapkan eceng gondok. Padahal ya eceng gondok itu bisa bernilai positif kalau bisa diolah tapi maknanya sudah lain kalau kata "eceng"nya dihilangkan dan hanya menyisakan kata "gondok" di dalam percakapan heheheee :)
Penasaran, kata Eceng itu darimana ya asalnya? :)
Baiklah kita lanjut lagi ceritanya. Menurut keterangan Bapak dari dinas PU yang menjadi narasumber kunjungan kami itu, luas dari danau Limboto awalnya mencapai 8000 (delapan ribu) hektar tapi tapi sekarang luasnya menyusut jadi 2000 hektar. Sementara kedalamannya itu pada tahun 1930 sekitar 15-30 meter. Tapi sekarang ini kedalamannya hanya 2 (dua) meter saja.
Mengapa bisa seperti itu?
Hal ini terjadi karena pendangkalan yang disebabkan oleh endapan lumpur.
Himbauan dari pemerintah pusat ya dalam hal ini Komisi V DPR RI yang saya dengarkan seperti ini:
MUSEUM PENDARATAN PESAWAT AMPIBI
Saya tidak tahu ceritanya atau sejarahnya apa yang terjadi sehingga mendiang Presiden Pertama kita, Ir. Soekarno mendarat dengan pesawat Ampibi di danau Limboto atau di Provinsi Gorontalo. Harus baca sejarah lagi ini ya, dan kemarin tidak tanya karena fokusnya kunjungan khan ke Danau Limboto. Tapi museum yang ada di tepi danau Limboto itu sudah bercerita sedikit.
Ya, teman-teman, terjadi di tepi danau Limboto ini ada sebuah cagar budaya yaitu sebuah Museum yang bernama Museum Pendaratan Pesawat Ampibi.
Di dalam museum sendiri ya, ada foto-foto Ir. Soekarno bersama keluarga dan juga ada mata uang zaman dulu. Tapi sayang bagian ini aku missed, tidak kupotret :)
MILU SIRAM
Ke Gorontalo kurang pas kalau belum mencicipi makanan khasnya yaitu Milu Siram. Milu sendiri dalam bahasa daerah artinya Jagung. Milu Siram itu seperti apa sih?
Yang pasti dia bentuknya kalau sup jagung seperti terlihat dalam foto di atas. Milu Siram ini dimasak dengan parutan kelapa, lalu ada bawangnya dan juga daun kemangi.
Pertama kali mencicipinya waktu ada jamuan makan malam di rumah dinasnya Gubernur Gorontalo. Waktu itu karena gak tahu cara makannya jadinya dicampur pakai nasi. Tapi saya sudah ngeh, sepertinya sup jagung ini yang merupakanmakanan khas Gorontalo seperi yang saya baca di Majalahnya Garuda. Sampai saya bawa pulang lho Majalah Garudanya. Mungkin karena penerbangan ke Gorontalo, jadi isi majalahnya pun ada tentang Gorontalo.
Kemudian, waktu sarapan pagi di hotel ada juga Milu Siram. Kali ini saya makannya dipisah dengan nasi. Nah, waktu kunjungan ke pelabuhan penyebarangan Gorontalo, kita disuguhi pula Milu Siram, banyak sekali. Bisa dilihat ya di gambar atas. Pokoknya hidangan jagung itu hampir selalu ada di setiap suguhan. Entah itu jagung bakar, jagung rebus, puding jagung atau Milu Siram.
Oh ya, Jagung yang sudah diolah jadi Milu siram itu rasanya tidak terlalu manis ya. Tapi kalau jagung bakar atau rebus manis ya.
Dan Saya dapat tips nih dari Mbak Cinthia Lamusu waktu transit di Bandar Udara Sultan Hasanuddin katanya makan Milu Siram itu pasnya memang tidak dimakan dengan nasi tapi itu makanan tersendiri. Dimakannya pun seperti makan baso. Jadi diberi kecap dan sambal sesuai dengan selera kita.
Jagung bakar ini disajikan untuk kita waktu berkunjung ke Proyeknya PU ya..
BENTOR dan TRANS GORONTALO
Di setiap daerah itu pasti ada saja kendaraan khasnya. Seperti di Jakarta ada Bajaj dan Trans Jakarta begitu pula di Gorontalo tidak ketinggalan ada kendaraan yang namanya Bentor dari singkatan Becak dan Motor, juga ada Trans Gorontalo.
Ada sebuah joke dari pegawai di Gorontalo katanya Bentor itu singkatan dari Bibir Jontor karena kalau ada accident itu yang beresiko adalah penumpang di bagian depan xixixixiii ...
Saya pernah sekali mencobanya waktu pulang dari jamuan makan. Kebetulan khan hotelnya dekat dengan tempat acara jadi kita tidak takut kalau pulangnya memisahkan diri dari rombongan naik bentor. Kita bayar Rp. 10.000,- Rasanya seperti naik bajaj saja sih.. hanya saja bentor tidak terlalu Noisy layaknya Bajaj.
Trans Grotontalo ini tidak jauh berbeda dengan Trans Jakarta. Hanya saja ukuran Trans Gorontalo lebih kecil dari Trans Jakarta dan untuk para pelajar atau siswa/siswi digratiskan. Patut mendapat pujian nih untuk pemdanya. Saya bisa masuk ke dalam trans ini karena waktu itu diparkir di depan hotel dan ada penjelasan dari dinas Perhubungan...
HOTEL QUALITY
Kalau teman-teman ada kesempatan berkunjung ke Gorontalo, tak perlulah pusing-pusing mencari hotel. Karena di sana hanya ada satu hotel yang boleh dikatakan the best untuk saat ini yaitu hotel Quality. Di samping hotel quality ini ada juga penginapan biasa atau hostel.
Nah, seperti itulah ceritanya, belum habis sebenarnya. Disambung saja ya untuk postingan berikutnya. Akhirnya saya ucapkan Selamat berkunjung ke Gorontalo dan selamat beristirahat ya.
Langsung saja ya gak perlu kata-kata pengantar lagi, soalnya sudah jam 21:03 ini, heheheh apa hubungannya ya?
DANAU LIMBOTO
Ada yang tahu atau barangkali teman-teman sudah pernah pergi ke Danau Limboto?
Tempatnya sebenarnya indah ya. Tapi sayangnya keindahannya itu jadi berkurang karena tertutup oleh eceng gondok.
Terlihat Eceng Gondoknya ya, foto ini diambil dari Bis |
Penasaran, kata Eceng itu darimana ya asalnya? :)
Baiklah kita lanjut lagi ceritanya. Menurut keterangan Bapak dari dinas PU yang menjadi narasumber kunjungan kami itu, luas dari danau Limboto awalnya mencapai 8000 (delapan ribu) hektar tapi tapi sekarang luasnya menyusut jadi 2000 hektar. Sementara kedalamannya itu pada tahun 1930 sekitar 15-30 meter. Tapi sekarang ini kedalamannya hanya 2 (dua) meter saja.
Mengapa bisa seperti itu?
Hal ini terjadi karena pendangkalan yang disebabkan oleh endapan lumpur.
Himbauan dari pemerintah pusat ya dalam hal ini Komisi V DPR RI yang saya dengarkan seperti ini:
- Dibuat pokja yang memiliki otoritas khusus menangani masalah danau Limboto. Pokja ini katanya nanti diharapkan bisa memperkuat program terkait penanganan Danau Limboto dan juga untuk menguatkan anggaran.
- Bapak Gubernur diminta ketegasannya menangani masalah Danau Limboto.
- Melokalisir perumahan yang berada di pinggiran danau Limboto. (Tapi menurutku sepertinya maksudnya itu adalah merelokasi ya).
- BPN diminta untuk tidak menerbitkan sertifikat untuk penggunaan/pemberian hak atas tanah untuk rumah-rumah di danau Limboto.
- Danau Limboto agar dipasangi patok.
- Kerjasama antar K/L terkait untuk menangani permasalahan di Danau Limboto.
MUSEUM PENDARATAN PESAWAT AMPIBI
Saya tidak tahu ceritanya atau sejarahnya apa yang terjadi sehingga mendiang Presiden Pertama kita, Ir. Soekarno mendarat dengan pesawat Ampibi di danau Limboto atau di Provinsi Gorontalo. Harus baca sejarah lagi ini ya, dan kemarin tidak tanya karena fokusnya kunjungan khan ke Danau Limboto. Tapi museum yang ada di tepi danau Limboto itu sudah bercerita sedikit.
Ya, teman-teman, terjadi di tepi danau Limboto ini ada sebuah cagar budaya yaitu sebuah Museum yang bernama Museum Pendaratan Pesawat Ampibi.
Museum Pendaratan Pesawat AMPIBI |
Di dalam museum sendiri ya, ada foto-foto Ir. Soekarno bersama keluarga dan juga ada mata uang zaman dulu. Tapi sayang bagian ini aku missed, tidak kupotret :)
Lebih dekatnya papan yang menggantung di museum itu bunyinya begini |
MILU SIRAM
Milu Siram, makanan Khas Gorontalo |
Yang pasti dia bentuknya kalau sup jagung seperti terlihat dalam foto di atas. Milu Siram ini dimasak dengan parutan kelapa, lalu ada bawangnya dan juga daun kemangi.
Pertama kali mencicipinya waktu ada jamuan makan malam di rumah dinasnya Gubernur Gorontalo. Waktu itu karena gak tahu cara makannya jadinya dicampur pakai nasi. Tapi saya sudah ngeh, sepertinya sup jagung ini yang merupakanmakanan khas Gorontalo seperi yang saya baca di Majalahnya Garuda. Sampai saya bawa pulang lho Majalah Garudanya. Mungkin karena penerbangan ke Gorontalo, jadi isi majalahnya pun ada tentang Gorontalo.
Kemudian, waktu sarapan pagi di hotel ada juga Milu Siram. Kali ini saya makannya dipisah dengan nasi. Nah, waktu kunjungan ke pelabuhan penyebarangan Gorontalo, kita disuguhi pula Milu Siram, banyak sekali. Bisa dilihat ya di gambar atas. Pokoknya hidangan jagung itu hampir selalu ada di setiap suguhan. Entah itu jagung bakar, jagung rebus, puding jagung atau Milu Siram.
Oh ya, Jagung yang sudah diolah jadi Milu siram itu rasanya tidak terlalu manis ya. Tapi kalau jagung bakar atau rebus manis ya.
Dan Saya dapat tips nih dari Mbak Cinthia Lamusu waktu transit di Bandar Udara Sultan Hasanuddin katanya makan Milu Siram itu pasnya memang tidak dimakan dengan nasi tapi itu makanan tersendiri. Dimakannya pun seperti makan baso. Jadi diberi kecap dan sambal sesuai dengan selera kita.
Jagung Bakar manis |
Jagung bakar ini disajikan untuk kita waktu berkunjung ke Proyeknya PU ya..
BENTOR dan TRANS GORONTALO
Di setiap daerah itu pasti ada saja kendaraan khasnya. Seperti di Jakarta ada Bajaj dan Trans Jakarta begitu pula di Gorontalo tidak ketinggalan ada kendaraan yang namanya Bentor dari singkatan Becak dan Motor, juga ada Trans Gorontalo.
Bentor Khas Gorontalo |
Saya pernah sekali mencobanya waktu pulang dari jamuan makan. Kebetulan khan hotelnya dekat dengan tempat acara jadi kita tidak takut kalau pulangnya memisahkan diri dari rombongan naik bentor. Kita bayar Rp. 10.000,- Rasanya seperti naik bajaj saja sih.. hanya saja bentor tidak terlalu Noisy layaknya Bajaj.
Trans Gorontalo |
HOTEL QUALITY
Hotel The Best di Gorontalo, Quality |
Nah, seperti itulah ceritanya, belum habis sebenarnya. Disambung saja ya untuk postingan berikutnya. Akhirnya saya ucapkan Selamat berkunjung ke Gorontalo dan selamat beristirahat ya.
No comments:
Post a Comment