Search This Blog

Friday, December 3, 2010

Tentang Jabatan

Sebenarnya mata sudah ngantuk tapi apa kata hati ingin melakukan curhatan. Yup, ini didasari atas peristiwa yang terjadi pagi tadi. Sebenarnya pagi tadi ada pelantikan jabatan untuk eselon 1 dan 11. Saya dan beberapa orang teman bertugas pada upacara pelantikan tersebut. Saya bertugas kebagian membawa naskah sumpah jabatan dan naskah pelantikan. Jadi saya berdiri di belakang big boss dari awal acara sampai selesai. Tentu dengan pakaian yang rapi, yang merupakan seragam wajib kami sebagai petugas humas dan protokol. Potongan rambut saya pun dikuncir. Sebenarnya kolega saya meminta saya untuk mencepol rambut. Tapi memang saya tidak berniat dicepol jadi saya hanya menguncir dengan menggunakan ikat rambut warna merah yang saya bajak dari adik saya hehehe....lumayan ikatannya masih kuat memang jarang saya pakai dan saya pun menyukai warnanya, Merah which is my favourite colour :D

Baiklah kita kembali ke topik awal tentang Jabatan. Yup, bekerja di sebuah institusi pemerintah memang terdapat apa yang namanya politis dalam segala pembuatan keputusan. Terlebih ketika Big Boss lah yang memiliki hak perogatif dalam mengambil keputusan. Apalagi posisi Big Boss itu merupakan Jabatan Politis.
Nah, apa yang terjadi di kantor saya adalah adanya perubahan struktur organisasi, karena ada sebagian pegawainya yang sudah pensiun jadi otomatis ada penggantian dan serah terima jabatan dari pejabat lama ke pejabat yang baru. Ada juga yang naik jabatan bahkan apa ya namanya yang tepat sedikit penurunan wewenang. Misalnya dari tadinya posisi yang memiliki kewenangan besar ke posisi yang tidak begitu memiliki wewenang yang besar tapi dilihat dari jabatan sama tetap eselon 1.

Bayangkan ini map sumpah jabatan dan pelantikan :D

Nah, saya terkejut ketika tahu ada posisi dari seseorang yang berubah walaupun masih dalam level yang sama yaitu eselon satu tapi ruang geraknya menurut saya tidak sama. Apa yang membuat saya terkejut adalah orang yang digantikan tersebut sedang dalam high performance apalagi dia sedang gencar-gencarnya melakukan sosialisasi kebijakan yang baru. Duh, hati siapa tidak akan bersedih. Jadi wajar apabila di acara pelantikan tersebut pejabat tersebut tidak datang. Hal ini sudah urusannya dengan dignity.
Andaikan saya adalah dia, apa yang akan saya lakukan ya? Barangkali saya akan melakukan hal yang sama tidak datang ke acara pelantikan. Datang berarti kita menerima keputusan itu. Jadi, apakah kita harus resign? Pensiun dini maksudnya? Aduh sayang memang dikala usia kita masih muda haruskah kita berhenti? Sedangkan kita masih banyak hal yang bisa kita lakukan. Salah satunya mungkin kita bisa memilih untuk pensiun dini tapi jangan total berhenti. Kita harus punya cadangan pilihan. Misalnya jadi widya iswara atau dosen di sebuah perguruan tinggi?

Hmm, dapat saya bayangkan dan ini memang tragis, pejabata yang tadinya setiap hari datang ke kantor pulang malam untuk konsentrasi menyelesaikan kebijakan baru akan tetapi setelah ada keputusan baru dari big boss dan "membuat" pejabat tersebut "terpaksa berhenti" berkantor, pasti ada rasa kehilangan yang sangat dan juga kerinduan akan pekerjaan yang menyita waktunya. Dan bayangkan oleh kita semua, pejabat tersebut sekarang diam dirumah tidak berkantor tidak pula meneken atau tugas ke luar atau memimpin rapat. Duh, tuhan Tragis sekali. Memang disinilah kita mengerti bahwa jabatan adalah titipan Tuhan.
Nah, jadi dari peristiwa ini, saya paham bahwa jabatan itu tidak kekal. Artinya, kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan posisi kita. Kita harus siap dengan segala kemungkinan dan juga risiko yang harus kita hadapi. Yang bisa kita lakukan adalah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk pertanggungjawban bukan hanya kepada rakyat dan bangsa tetapi juga pada Tuhan yang telah mengamanatkan jabatan tersebut pada kita. Dan saya rasa tidak perlulah kita mengemis-ngemis jabatan. Biarkanah jabatan itu datang kepada kita karena kita layak dan memiliki kompetensi untuk mendudukinya.

Peristiwa tersebut mendorong saya untuk menambah ilmu seluas-luasnya. Sekolah itu investasi dan pengalaman itu adalah kemenangan yang hakiki. Mudah-mudahan saya bisa lanjut kuliah sampai jenjang yang lebih tinggi dan saya ketika kerja tidak ngoyo saya bisa menikmati hidup dengan cara saya sendiri dan saya bisa memili kekuatan yang tak pernah pupus tapi dengan kekuatan tersebut saya bisa survive.

No comments:

Post a Comment