Sebuah Simbol |
Hari Sabtu itu keluarga besar dari Bapakku, pergi ke Cibubur untuk acara lamaran. Aku ikut dari Bandung, karena memang keluarga yang dari Ciamis dan Tasik kumpulnya di rumah Bibi di Bandung.
Setelah kumpul itu, kita baru berangkat ke Cibubur jam 2an atau setelah sholat Dzuhur. Karena acaranya itu sore atau habis Ashar.
Tidak banyak yang ikut acara lamarannya itu. Kita hanya lima mobil. Pakaian pun tidak seragam ada yang pakai batik, kemeja, kaos berkerah dan perempuannya pakai baju busana muslim, kecuali saya.
Berangkat dari Bandung tiga mobil secara beriringan lalu kita stop di rest area, karena di sana janjian sama sepupu dari Karawang. Pas stop di sini dimanfaatkan oleh saudara yang lain untuk sholat. Inilah yang membuat waktu mundur. Tapi menurutku memang stop di rest area itu penting karena pasti ada yang ingin ke toilet, apalagi kita membawa seorang sepuh. Ya dalam acara lamaran itu nenek dari Ciamis ikut.
Setelah beres di rest area itu kita lanjut perjalanan ke Cibubur. Kita beriringan nih lima mobil. Dari pintu tol ke pintu tol semuanya masih dalam kontrol. Tapi ketika keluar dari Tol Cibubur itu semuanya acak-acakan. Mobil yang di depan sebagai guide terhalang oleh mobil begitu pula mobil yang dibelakang tidak terlihat lagi. Merasa hanya ada dua mobil yang beriringan kita sampai stop di sebuah perumahan anggota dewan. Masuk lalu keluar lagi hanya untuk menghindari padatnya lalu lintas dan cari tempat parkir.
Tak berapa jauh dari perumahan anggota dewan itu, kita berhenti di sisi jalan. Di sana Uak ku atau ayah dari sepupuku, keluar mobil dia telepon rombongan yang tertinggal. Dua rombongan malahan sudah sampai duluan di tempat, satu rombongan nyasar sampai mau ke Kampung Rambutan coba. Aikh itu khan sudah masuk Jakarta atuh.
Lalu, Uak bilang kepada rombongan yang nyasar itu untuk putar arah dan kembali ke Tol Cibubur. Duh untungnya Uakku tahu alamatnya dan ternyata yang aneh itu, Sepupuku yang mau lamaran dia lupa-lupa ingat jalannya. Entahlah apa dia gugup atau gimana. Tapi yang pasti aku melihatnya dia tenang-tenang saja, malahan Uaknya yang ribet tapi tidak tahu ya di dalam hatinya. Pastilah Deg-degan. Wong sampai salah masuk perumahan orang.
Malahan keluarga yang lain menghadapi situasi seperti itu sambil bercanda "ya balik lagi ke Ciamis" ..... Duh ya ....."itu masih mending acara lamaran bagaimana ya kalau akadnya", ujar sepupuku yang lain, Yayang.
Bibiku tadinya sempat mau marah sama Sepupuku yang lamaran itu soalnya tidak ada koordinasi yang baik sebelum berangkat.
Aku pun berusaha membantu rombongan yang nyasar. Hal yang kulakukan adalah bertanya pada petugas parkir. Bertanyalah aku nama jalan dan bangunan tempat kita parkir. " Ini namanya jalan Jambore, gedungnya namanya Rumah Sakit Rehabilitasi Cedera Olahraga", sahut petugas parkir .... Aku pun bilang hal ini pada Bibiku untuk dismskan pada rombongan yang nyasar.
Bibiku pun meminta rombongan yang nyasar untuk tanya terus sama orang. Dan karena susah untuk mencari Jl. Jambore maka akhirnya rombongan itu pun diberikan alamat rumahnya langsung. Kita bertemu saja di tempat acara gitu.
Akhirnya kita lanjut dari Jl. Jambore ke rumahnya sang calon Pinangan. Sebenarnya dia orang Pontianak, tapi karena Ibunya sedang ada di Jakarta maka lamaran pun dilangsungkan di Cibubur di rumah saudaranya.
Nah, sepanjang jalan ke rumah yang punya hajat, kita pantau rombongan ya nyasar. Aku pun telepon Bibi yang ada di rombongan itu. "Kita sudah lewat Apartemen Cibubur, sekarang di jalan Radar Auri, sudah lewat makam, sebentar lagi sampai" Ujar Bi Atik.
Syukur deh akhirnya mereka kembali ke Jalan yang benar. Tapi yang membuat kita terkejut dan pengen tertawa adalah ternyata rombongan yang nyasar itu duluan sampai daripada kita yang nunggu mereka. Itu bisa kita pastikan setelah kita baru melewati makam yang diceritakan bibiku. Jadi, bibiku yang tadinya mau marah, gak jadi deh. "Syukur kalau mereka sudah duluan daripada kita, kasihan sudah nyasar" kata Bi Onok ......
Dari kejadian tersebut dan acaranya lamaran itu ada beberapa point yang aku garis bawahi:
- Sebelum lamaran harus berkoordinasi dahulu dengan seluruh keluarga besar khususnya pada mereka yang mau mengantar lamaran.
- Koordinasikan tentang alamatnya yang jelas, kalau mau berhenti di mana, terus apa dress codenya, dan siapa yang dituakan atau yang akan memberikan sambutan dari perwakilan rombongan.
- Buatlah susunan acaranya yang jelas, siapa melakukan apa kapan seperti itu kira-kira (ini untuk di rumah yang punya hajat/perempuan).
- Kalau sudah dibuatkan susunan acara lebih bagus lagi ada MCnya. Itu yang saya lihat kemarin di lamaran. Kalau ada MC berarti jangan lupa Mixnya ya.
- Jangan lupa untuk memperkenalkan anggota keluarga yang datang ya. Tak kenal makanya tak sayang. Oleh karena itu, harus tahu silsilah keluarga dengan baik dan benar.
- Kalau kita keluarga besar berdayakan anggota keluarga, seperti siapa yang bisa MC, bantu masak, bantu untuk mengatur kursi siapa tahu ada yang kurang.
- Jangan lupa untuk mempersiapkan toliet dan musholla. Karena pasti ada yang mau ke Toilet.
- Tentang Menu Masakan, sederhana pun tidak masalah asal tidak kurang. Seperti Menu kemarin, ada bakso, ada nasi, sate, gurame asam-manis, daging, capcay, kerupuk sambal, salad buah, puding, terus es buah. Saya Perhatikan sepertinya mereka masak sendiri tidak catering. Jadi memberdayakan anggota keluarganya.
- Dan kalau bisa untuk acara lamaran di suatu tempat yang suka Macet lebih baik jangan sore tapi lakukanlah di pagi menjelang siang. Saya percaya jalanan pagi itu tidak macet dan acara pun bisa selesai siang menjelang sore. Sementara kalau acaranya Sore seperti kemarin, belum macetnya dan nyasar pasti membuat waktu mundur. Jadinya kita datang setelah maghrib. Pokoknya kita pulang kembali ke Bandung itu jam 00:00 WIB. Bagaimana dengan rombongan dari Tasik dan Ciamis ya. Capek Pastinya.
- Kalau di jalan terpisah dari rombongan cepatlah melakukan contact atau berkoordinasi supaya tidak nyasar jauh. Atau lakukanlah koordinasi ketika kita bingung dihadapkan dengan dua arah jalan
No comments:
Post a Comment