Search This Blog

Monday, January 30, 2012

Ke Istana Cipanas, Bogor dan Kampung Arab, Tidak Penasaran Lagi

Yup, kalau dilihat dari judul blog ini panjang betul ya. Tapi memang kondisi itulah yang rupa-rupanya mewakili suara hati ini. Ada apa sih dengan Rasa Penasaran itu?Oh  Itu maksudnya saya puas dengan Acara Melancong bareng Abah Alwi dan Republika ke Istana Cipanas, Istana Bogor dan Kampung Arab. 
Kapan lagi ya bisa masuk ke Istana Kepresidenan dan berfoto di sana sambil napak tilas perjalanan sejarah bangsa.
Baiklah akan saya uraikan saja per kunjungan ya.

ISTANA CIPANAS
Rombongan Abah Alwi dan Republika berangkat ke Puncak atau menuju Istana Cipanas sekitar jam 7 AM lebih. Dan tumben waktu saya perhatikan jam karetnya tidak sampai jam 8 AM  kita pun segera berangkat. Sepertinya  mereka memang ingin menghindari kemacetan dan segera sampai tempat tujuan. Menempuh perjalanan Jakarta-Puncak yang berkabut memang harus hati-hati dan banyak sabar. Selain itu, jalanan sempit, macet juga.

Sekitar jam 10an kita sampai di Istana Cipanas disambut dengan Hujan. Untungnya panitia sebelum berangkat membagikan dulu payung berwarna hitam bergambar Abah Alwi dan Tulisan Republika. Seperti inilah payungnya:

Payung yang diciptakan dengan konsep tentunya :)

Rombongan yang berangkat ke Istana Cipanas sebanyak 3 bus. Kita pun masuk ke dalam Kompleks Istana Cipanas per rombongan. Menurut Guide kami Pak Maman dari Istana Kepresidenan (Istana Cipanas) mengatakan bahwa Luas Istana Cipanas itu 26 hektar. 10 hektar digunakan untuk bangunan, taman, dan 16 hektar ke belakangnya itu digunakan untuk hutan lindung. Pada bagian belakang juga terdapat rumah dinas untuk pekerja di Istana Cipanas.

Bangunan pertama kita lihat bernama Gedung Suryalaya. Merupakan Gedung utama.

Diluar diperbolehkan memotret
Nah, sebelum masuk Guide kami, Pak Maman memberikan dulu arahan. Ia mengatakan bahwa Istana Cipanas itu merupakan istana tertua. "Dari semua Istana Kepresidenan yang ada di Indonesia, Istana Cipanas merupakan Istana yang paling tua, dan sudah berumur 272 tahun", tutur Pak Maman.

Dengan penuh semangat sang Guide  memberikan penjelasan kepada rombongan


Istana Cipanas dibangun pada tahun 1740 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Baron Van Imholf. Dia meninggal pada tahun 1750 di Istana Cipanas.

Pada masa Belanda, Istana Cipanas digunakan sebagai tempat peristirahatan Gubernur Jenderal Belanda dan belum dijadikan sebagai istana. Pada masa penjajahan Jepang, Istana Cipanas dipakai untuk transit. Setelah Indonesia merdeka, baru dijadikan Istana Kepresidenan. Sementara Gedung Suryalaya ini bergaya Eropa dan budaya setempat.

Di dalam Gedung Suryalaya ini tersimpan peninggalan Belanda seperti Lampu Kristal dari Ceko yang usianya mencapai ratusan tahun. Karpet dari Turki yang usianya 62 tahun (didatangkan pada tahun 1950). Ada Meja dan Kursi ukiran Jepara. Terdapat pula ruang bawah tanah. Berdasarkan keterangan dari Guide kami, Pak Maman mengatakan bahwa dahulu ruangan itu dipakai untuk memenjarakan Orang Indonesia yang ditangkap Belanda dan hanya satu meter dalamnya, tidak ada ventilasi dan cahaya. Banyak Orang Indonesia yang meninggal di sana. Tapi sekarang ini ruangan bawah tanah itu diapakai sebagai gudangn pecah belah, sudah ada ventilasi dan lampu.
Oh ya, di sini juga terdapat ruang sidang. Pada tahun 1965 ada sebuah ruangan yang dipakai sidang kabinet pada masa Bung Karno. Sidang itu menghasilkan keputusan uang seribu menjadi satu rupiah atau  kebijakan sanering. Demikian yang dijelaskan sang guide.

Di dalam gedung Suryalaya ini pengunjung tidak diperbolehkan untuk memotret. Tapi di luar dari Gedung ini diperbolehkan. Makanya saya tidak bisa memotretnya.
Selain itu, di dalam gedung ini terdapat pula peninggalan lukisan. Ada satu lukisan yang menarik kami pengunjung. Yaitu lukisan yang berjudul : Jalan Di Tepi Sawah atau terkenal dengan Lukisan Jalan Seribu Pandang. Nah, mengapa dikatakan demikian? karena dari angle manapun kita memandangnya jalan yang ada dilukisan itu tetap lurus atau mengikuti gerak tubuh kita :)
Kata Pak Maman, itu kebetulan saja. Lukisan itu sebagai hadiah ulang tahun untuk Presiden Soekarno ke 57 dari Sang pelukis, Sujono.

Di Istana Cipanas ini terdapat peninggalan lukisan sebanyak 240 lebih.

Keluar dari dalam Gedung Suryalaya ini kita dapat memotret kembali. Dan inilah bagian belakang Gedung.

Gedung Suryalaya Bagian Belakang

Teman-teman ingin tahu tidak, mengapa istana ini disebut Istana Cipanas?
Ya Karena  di sini terdapat sumber air panas. Sumber air panas ini berasal dari Kawah Gunung Gede. Dan panasnya pun stabil kata Pak Maman.
Rombongan pun langsung melihat sumber air panas itu. Dikira saya sumber air panas itu di tempat terbuka, ternyata tempatnya di dalam bangunan. Seperti ini:

Sumber Air Panas di Kompleks Istana Cipanas

Yup, sumber air panas ini juga dibuat dalam bentuk bak-bak mandi.
Setelah merasakan hangatnya sumber air panas ini kita lalu melihat bangunan Bentol.

Bangunan Bentol

Yup, katanya sih Bentol ini dulu digunakan oleh Bung Karno sebagai tempat meditasi dan menulis teks pidato. Hm, kalau seperti itu berati ada persamaannya Soekarno dan saya ya. Sama-sama menyukai ketenangan dan butuh tempat khusus untuk melahirkan suatu konsep atau ide yang cemerlang :)
Mengapa dibilang Bentol? Ya coba lihat gambar itu. Dinding dan lantainya nampak seperti bentol-bentol. Oleh karenanya dibilang Bentol.

Baca untuk keterangan selebihnya

Dari Bentol kita bisa melihat koleksi tanaman hias dan tanamah herbal.
Tanaman Hias

dan
Ada Taman herbal

Tapi sayang tidak memotret tanamannya secara lengkap. Maklum lagi hujan jadi tidak fokus :)

Kageli
Pohon yang bernama Kageli ini menarik perhatian banyak orang. Tapi sayang katanya belum ada penelitian sampai sekarang apa buah ini bisa dimakan atau tidak. Yang jelas secara fisik buah ini bentuknya seperti buah asam.

Nah, setelah dari sini kita melihat video, tapi di skip. Sebenarnya pernah lihat videonya sewaktu berkunjung ke Istana Negara.

Rapih dengan kunjungan di Istana Cipanas kita lanjut ke Istana Bogor.

ISTANA BOGOR
Menuju ke Istana Bogor inilah kita terjebak macet. Saya juga heran padahal sudah sewa Vorijder tapi masih saja terjebak macet dan yang paling parah adalah harus menahan pipis. Setelah tidak kuat lagi menahan dan diperkirakan masih akan ada dalam kemacetan untuk jangka waktu yang lama maka kami pun turun untuk mencari toilet.
Setelah kurang lebih dua jam berada dalam kemacetan kita pun akhirnya bisa lanjut untuk makan siang dulu. Selesai itu lanjut ke Istana Bogor. Sayang memang, datang ke Istana Bogor sudah sore ada sekitar jam 5PM. Itu karena kita lama terjebak macet di Puncak yang lalu lintasnya dibuka tutup dan juga Vorijder yang tidak maksimal. Ditambah dengan makan dan sholat otomatis waktu pun mundur.

Tapi untungnya meskipun sudah overtime alias sudah melebihi waktu kunjungan mereka masih menerima kami. Kami disambut baik oleh Kasubag (lupa lagi) dari pihak Istana Bogor.

Guide kami di Istana Bogor

Guide kami di Istana Bogor ini sudah lama kerja di sana dan memang orang tuanya pun kerja di Istana Juga. Jadi, hapal lah tentang Istana Bogor ini. Menurut keterangannya Istana Bogor dibangun pada tahun 1745. Kepala Istana Bogor yang pertama bernama Beher berasal dari Swiss.

Rombongan pun langsung masuk ke Gedung Induk. Kami dihimbau untuk tidak memotret. Tapi ya hampir kami semuanya bandel. Kita curi-curi kesempatan untuk memotet sebisa-bisanya. Oh ya saya berhasil memotret cermin ini meskipun blurr hasilnya.

Cermin Seribu Bayangan

Setahu saya di ruangan ini ada dua buah cermin di kiri dan kanan. Tapi ketika kita bercermin pada salah satunya maka bayangan kita akan tampak banyak sekali. Maka dari itu dibilang Cermin seribu bayangan.

Di gedung utama ini juga sebenarnya terdapat banyak koleksi lukisan. Ada salah satu lukisan termahal yang bertemakan perjamuan. Lukisannya besar tapi sayang saya tidak berhasil untuk jahil dan memotretnya :)
Tapi saya berhasil memotret ruang perjamuan ini:



Ruang Perjamuan
Di atas ruang perjamuan ini terdapat balkon. Katanya sih dulu dipakai untuk melihat pertunjukan.

Dari bagian dalam kita menuju ke bagian luar dan ada sebuah patung.

Denok

Denok, itulah nama patungnya. Menurut Guide kami, Denok adalah sosok perempuan pribumi dan masih muda berusia 16 tahun.

Nah ini Patung yang punya cerita khusus.

Patung Spesial


Menurut Sang Guide, waktu itu Presiden Soekarno berkunjung ke negara sahabat, Yugoslavia. Trend yang ada waktu itu kalau ada tamu negara suka dijamu dengan memakai kendaraan Open Cab. Bung Karno waktu itu semobil dengan Presiden Joseph Broz Tito, berkeliling-keliling Ibu Kota. Di depan hotel International di Beograd, Bung Karno melihat patung ini. "Mr. Presiden anda punya mata yang bagus saya suka",  ujar sang Guide mencontohkan Perkataan Bung Karno kepada Joseph Broz tito.
Pendek cerita ketika Bung Karno pulang patung ini dikirim dengan helikopter. Dan katanya kalau kita mendengar Bung Karno mendapatkan kiriman helikopter dari Tito, ya isinya adalah patung ini. "Hebat Presidennya hanya menunjukkan saya suka lalu dikirim", ujar sang guide.

Tak heran kalau Bung Karno selera seninya tinggi. Lihat saja patung-patung itu. Selain itu, kata Sang Guide di Kompleks Istana Bogor itu ada museum tempat lukisan telanjang. Tapi ya tertutup tidak terbuka untuk umum.

Satu hal lagi, katanya Istana Bogor adalah tempat di mana Supersemar dibuat dan ditandatangani oleh Bung Karno (tepatnya di Paviliun dua). Orang yang mengetiknya adalah Sabur. Katanya pada waktu itu Bung Karno sempat ragu untuk menandatanganinya dan diketik sampai tiga kali. Naskah Supersemar dibawa oleh Amir Mahmud ke Jakarta.

Sekarang Lanjut ceritanya. Setelah berkunjung ke Istana Cipanas dan Bogor. Kita Lanjut ke Kampung Empang.

KAMPUNG EMPANG/KAMPUNG ARAB
Sebenarnya kampung yang kami kunjungi ini namanya Kampung Empang. Diberi nama tersebut karena memang dulu banyak empangnya. Sekarang namanya dikenal dengan Kampung Arab. Menurut keterangan dari Al-Habib Abdullah Al Husein Al-Atthas yang menerima kunjungan kami disebut kampung arab karenan mayoritas 85% didiami oleh keturunan arab.

Rombongan Abah Alwi Diterima Al-Habib
Yup, menurut keterangan Al-Habib dikatakan bahwa kegiatan yang diselenggarakan di Kampung Arab ini bersifat ibadah. Seperti pengajian dan juga silaturahmi. Sementara untuk pelaksanaan Maulid mereka melakukannya selama dua hari lebih lama dibandingkan dengan yang lainnya.


Kita juga dijamu Kopi Jahe:

Kopi Jahe


Kopi Jahe tentunya kopi yang diberi Jahe. Rasanya Khas jahe, rasa kopinya tenggelam. Tapi kok agak pahit gitu ya, atau cuma perasaanku saja ya... Tapi rupanya saya sudah bisa minum itu. Ingin tahu, siapa ya yang punya ide itu.


Seperti itulah kira-kira teman-teman cerita Melancong bareng Abah Alwi dan Republika.  Ada beberapa Point yang saya perhatikannn dari Melancong kali ini:
  1. Ongkos naik dari 350 IDR Rupiah menjadi 400 IDR.
  2. Pemberitahuan SMS larut malam. Itu pun sesudah saya kirim sms menanyakan perihal kepastian berangkat hari Minggu.
  3. Vorijdjer yang disewa tidak berfungsi optimal. Karena yang saya lihat itu hanya sebuah mobil. Jadi tetap saja terjebak macet. Oleh karena itu, perlu diperhatikan juga Vorijder Sepeda motor. 
  4. Nomor Kursi duduk tidak semuanya diberi nomor. 
  5. Perlu dikoordinir atau perlu berhenti di Pom besin misalnya, untuk jaga-jaga apabila ada rombongan yang perlu ke Toilet.
  6. Selebihnya sudah bagus. 
Semoga bulan depan bisa ikut lagi ya... Yuk. 






No comments:

Post a Comment