Beringin Kembar yang banyak ceritanya :)
Yuk, ceritanya sehabis menggelar acara inti yang diadakan oleh Kantor, seluruh panitia dan peserta, kecuali yang ada urusan, main ke alun-alun Keraton Yogyakarta.
Sesampainya di alun-alun kita makan Bakmie Pak Pele, yang konon beken di sana. Bakmienya sendiri ada dua macam, ada bakmi godok dan Bakmie Goreng. Saya pesan yang Bakmie godok.
Bagaimana rasa Bakmienya? Bakmienya sendiri pokoknya pakai ayam kampung, telur, kol dsb. Intinya silahkan mencicipinya sendiri.
Seusai makan Bakmie, kita Lanjut mampir di toko Batik. 2 rombongan mobil yang masuk kedalam Toko batik itu, tidak ada seorang pun yang belanja. Bisik-bisik terdengar harga yang ditawarkan di toko itu terlalu mahal. Selain itu, ketika saya check rok batik, harganya sekitar Rp. 300 ribuan. Duh bagi saya itu harganya mahal. Seseorang berbisik terlalu mahal harganya.
"Harga batik di sini mahal, kalau mau beli yang murah itu di pasar beringharjo ", sahut seorang teman.
Alhasil kita pun tidak ada yang beli. Nah, sesudah itu kita main di alun-alun Keraton lagi. Kali ini, kalau menurut saya sih lucu-lucuan. Kita berjalan dengan mata tertutup dan mencoba melawati pohon beringin kembar. Katanya, kalau berhasil keinginan kita akan terkabul. Saya sudah dua kali mencoba tapi gagal terus.
Ya, kalau menurut saya sih, terkabulnya keinginan kita itu memang hasil dari kerja keras kita sendiri dan tentu saja doa kepa Tuhan Yang Esa.
Setelah lucu-lucuan dengan pohon beringin itu, kita naik becak kreatif. Ya, seperti yang nampak pada gambar.
Salah satu hal yang menarik dari becak/sepeda kreatif itu adalah dandanannya. Pemasangan lampu unik yang berwarna-warni menggungah para pengunjung untuk mencobanya.
Harganya sendiri Rp. 25 rebu untuk tiga kali putaran. Kapasitasnya sendiri ada yang muat 4 orang, 6 orang bahkan ada yang sampai membuat tempat duduk di atas. Dan itu biasanya untuk anak kecil. Selain becak kreatif ada juga sepeda kreatif ya...
Bagi saya yang memiliki kaki yang pendek, susah untuk mengayuhnya ya. Jadi, lebih baik yang mengayuh pedalnya adalah laki-laki . Tentu dengan kaki yang panjang.
Pemiliknya bilang itu adalah becak kreatif, sedangkan menurut pandangan yang lain, namanya adalah Odong-odong.
Nah, berbicara mengenai kota Jogyakarta, tentu tidak seramai Ibu Kota dan Bandung. Tapi saya salut, bahwa di alun-alun itu ada keramaian dan tidak sepi. Bayangkan saja kalau di alun-alunnya kampung halaman saya, tentu tidak seperti itu. Tidak ramai. Cenderung sepi.
Dan tentu saja alun-alun ini telah menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat sekitar.
Balik lagi ke becak kreatif.
Jadi ya, bagi saya naik becak kratif itu, membuat saya dan juga teman-teman bahagia dan tentu saja bisa tertawa lepas...
Itulah malam pertama di Jogyakarta setelah acara selesai :)
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
No comments:
Post a Comment