Search This Blog

Saturday, June 4, 2011

Teater "Visa" di Salihara

Dengan perjuangan yang disertai pergolakan batin demi meyakinkan diri sendiri bahwa diri ini berani, akhirnya pergilah saya ke Teater Salihara tadi malam. Entah mengapa tadi malam kok ciut nyali saya. Heheheh... ketika rasa ciut itu menghampiri pertanda kalau iman kita menipis. Alias kita tidak ingat TUHAN...hehehehehe...
Pergi dengan taxi dan pulang pun dengan taxi. Akhirnya saya Selamat tiba di Salihara.

Salihara ini berada di Pasar Minggu, jadi saya pergi lewat Kemang lalu melewati Pejaten Village dan Republika. Jadi, sedikit daerah Pejaten dan Republika itu saya tahu, karena sewaktu mengikuti Ekspedisi P. Onrust, saya ke sana. Sebenarnya supir taxi itu tidak tahu tentang Gedung Salihara. Tap, alhamdulilah kita tidak berkeliling-keliling. Karena saya mengikuti petunjuk dari panitia acara.

"Dari Pejaten Village terus jalan ke arah Unas. Letak Salihara 200 meter setelah Unas", jawabnya.... 
Ya, memang sebelumnya saya sms dulu itu panitia acaranya.

Alhamdulilah, bagi saya, supir taxi itu sabar meladeni penumpangnya yang bawel, hihihihi...
Sekitar pukul 20.00 lewat saya tiba di Salihara. Sayang tidak bisa berkeliling-keliling, karena tak lama setelah saya beli tiket yang harganya Rp. 50.000,- pertunjukkan pun dimulai.

Sayang sekali tiketnya dirobek nih oleh petugasnya

Sebelum ke Sinopsis cerita saya ingin infokan dulu bahwa teater yang berjudul Visa ini disutradarai oleh : Iswadi Pratama dan Naskahnya ditulis oleh : Goenawan Mohamad. Yang memainkannya dari Teater Satu (Bandar Lampung) dan merupakan salah satu anggota dari Forum Teater Realis. 

Baiklah sekarang kita simak terlebih dahulu Tafsir Pertunjukan Atas Teks Visa. 


Lakon Visa yang ditulis oleh Goenawan Mohamad ini bukan hendak memerikan suatu bentuk (teater) atau soal yang "selesai". Ini bukan sebuah drama dengan tokoh-tokoh cerita (karakter), alur psikologis dan cerita yang menuju suatu titik akhir (klimaks) yang final. Melainkan ingin lebih menyuguhkan sebuah ironi dari suatu realitas yang berlapis-lapis dalam berbagai gambar, kesan, atau bentuk. Dalam sebuah komposisi yang mengelak menjadi "lazim". Karena itu, menonton pertnjukan ini, hadirin yang budiman akan mendapatkan kesan bagaimana peristiwa akan bergulir dengan "enteng" saja dari suatu bentuk pengadegan ke bentuk pengadegan lainnya yang acap kali tidak saling sinkron. Ia tak bisa begitu saja dimampatkan ke dalam bingkai realisme, surealisme, atau absurd. Ia bukan semua itu sekaligus mengandung semua itu. Ia sangat bernuansa. Sarat dengan paradok. Dari sisi keaktoran, ia juga menuntut fleksibilitas, kepekaan, dan ketaksaan, para aktor untuk mengartikulasikan  hal-hal yang bersifat wacana atau menyelam ke lapisan-lapisan semantis dan emosi yang amat halus. Laku batin para tokoh (karakater) di dalam drama ini, seperti perjalanan ke luar- masuk ke dalam prosa dan puisi, bahkan pula terambing di antara keduanya. Dan Inilah pentingnya menyimak pementasan ini. 

Yup....jadi sewaktu saya perhatikan memang, ada sebentuk adegan prosa dan puisi. Maksudnya ada orang yang layaknya sedang membacakan puisi. Dan ada juga tokoh yang bercerita atau sedang menyampaikan sebuah prosa. Tokoh ini menceritakan tentang DETROIT (kota yang berhantu)...dan menyandingkannya dengan GOTHAM., yaitu sebuah kota di FILM BATMAN yang seperti kota mati (karena sepi dan menakutkan)  tapi sebenarnya ada penduduknya....


Foto diambil dari http://www.flickr.com/photos/salihara/5790742578/in/set-72157626744439745
Saya senang dengan sastra apalagi ketika membaca tentang Pantun, Sajak, terlebih Gurindam, Pantun dan syair....dulu sewaktu SMP pernah belajar hal ini....tapi saya tidak mahir kalau harus membacakannya di depan dan dinilai.. oh itu tidak....Saya senang menikmatinya dengan cara membaca untuk diri saya sendiri tidak untuk orang lain heheheheh

Nah, sekarang mari kita simak Sinopsisnya

Drama ini mengisahkan tentang orang-orang yanng membutuhkan Visa untuk pergi ke Amerika. Iwan Chandra yang harus ke Sandiego untuk kursus keuangan, Dumilah hendak menengok cucu di Hawai, Gagap ingin membuat "kenangan baru" di Amerika, Emile bermimpi hidup di Detroit, dan pemohon Visa lainnya dengan tujuan yang beragam pula. Tapi mendapatkan Visa ke Amerika tak pernah menjadi hal yang gampang bagi mereka. Mereka dihadang prosedur yang serba ketat dan sikap paranoid pemerintah Amerika. Sebuah pertanyaan tentang silsilah keluarga atau riwayat hidup dan tujuan bepergian, mengungkit pula masa lalu mereka yang kelam dan bisa jadi menggagalkan kepergian sebagai sebuah isolasi, negeri yang menyembunyikan kesepian juga kekejian dibalik kemegahannya.   

Foto Diambil dari http://www.flickr.com/photos/salihara/5790751196/in/set-72157626744439745

Nah, demikianlah ceritanya...tapi tunggu dulu sebelum saya akhiri saya masih punya cerita untuk dishare. 
Saya menyoroti tokoh Dumilah di atas. Yup, ceritanya khan Dumilah itu hendak menengok cucunya di Hawai, karena anaknya itu menikah dengan Bule sana. Ketika Dumilah diinterview untuk memperolah Visa, dia menjelaskan tentang suami si anaknya itu yang orang Hawai. Nah, setelah memberitahu Interviewer nama si Suami anaknya itu, dia langsung menegaskan bahwa suaminnya bukan Arab. Ya, ini dikarenakan nama suami anaknya itu mirip dengan nama-nama arab.... saya senyum dan kebetulan paham mengenai itu.. 

Ceritanya saya tahu sebuah cerita, ada seorang pejabat yang akan melakukan kunjungan kerja ke Amerika dan dia pun intinya sudah bercerita kepada keluarga besar pastinya. Tapi, apa mau  dikata akhirnya dia ditolak, tidak bisa berangkat ke Paman Sam. Dan menurut Info yang saya dapatkan hal ini dikarenakan nama depannya itu adalah "Muhammad".......

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan nama-nama islami ini. Tapi ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan saja. Kalau saya sih lebih memilih nama islami yang fleksibel heheheh.... "MUHAMMAD" itu bagus sungguh. Tapi perasaannya saya mengatakan itu terlalu berat heheheh.........
Satu lagi, khan ketika memohon Visa itu, si pemohon visa harus menuliskan tentang nama keluarga...Nah tidak semua orang memiliki nama keluarga. Saya misalnya dari Sunda, tidak punya tuh.,. berbeda misalnya dengan orang Batak yang punya marga atau mungkin anda yang punya klan tertentu.... 

Tapi pertanyaannya adalah Separaniod itukah Amerika??? Tapi mudah-mudahan apabila saya mendapatkan beasiswa untuk belajar di Sana, dipermudah ya Visanya, Amien...

Sebagai penutup, apa perbedaan antara Opera dan Teater. Sepanjang yang saya pahami dan saya saksikan langsung tentunya berbeda: 
  1. Perbedaan itu terletak pada bagian atau istilah-istilah. Misalnya di Opera ada istilah ARIA....di Teater tidak ada. 
  2. Di dalam Opera, dari awal sampai akhir ada Aria atau yang bernyanyi Solo...dan itu pun lagunya disesuaikan dengan tema. Di dalam Teater bisa  ada disuguhkan lagu tapi itu pun terbatas. Mungkin hanya satu- dua kali dan itu pun dibarengi dengan dialog yang terjadi antara kedua tokoh yang lain, jadi suara/bernyanyipun dikecilkan.
  3. Di dalam teater dari awal sampai akhir ada dialog diantara pelakonnya, sedangkan dalam opera bisa ditiadakan dialognya. Jadi, hanya membaca naskah atau bercerita saja.
  4. Di dalam teater memainkan sebuah tokoh tapi di dalam Opera bisa tidak memainkan seorang tokoh pun....
Demikian yang saya pahami.....jadi, marilah kita menonton teater dan opera..., itu lebih baik. Dan lebih baik lagi kepada orang-orang seninya.., Karena dengan begitu mereka membuat hidupnya  dengan berkarya positif. Selain itu, seni bagus sebagai sarana untuk mengkritik daripada kita berbuat anarkis ya..... 

2 comments:

  1. Hai,
    Kemarin saya menonton teater ini bersama sahabat, seru juga ya menonton teater padahal ini merupakan pertama kalinya nonton apalagi ke Salihara hehe ^_^ . Btw, nice post, kini saya jadi lebih paham tentang teater dan opera :) .

    ReplyDelete
  2. @ Phoesinx: Ya thanks sudah membaca postingannya.....Saya juga yang pertama pergi ke Salihara seringnya pergi ke TIM... nah kalau Opera ya, dulu saya pernah lihat Opera 3 Baban Tan Malaka di TIM, karena topiknya berkaitan dengan pahlawan jadi sepanjang adegan saya mikir terus....heheh berat... tapi ya itulah disitu letak keasyikannya :)

    ReplyDelete