Search This Blog

Saturday, January 15, 2011

Mbak Yang Baru Itu Ngaku

Yup, pagi ini ketika saya sedang beli sarapan, saya lihat ada si Mbak Baru yang sudah kerja di kosan kami, entahlah apa yang sedang dia lakukan di depan gerbang, saya lihat dia berdiri saja di sana sambil tangannya menggerak-gerakan kantong plastik berwarna merah. Ketika saya selesai membeli sarapan, saya sapa dia, "mau masuk", tapi dia langsung menjawab dengan mengatakan maaf kalau dialah yang mengambil makanan saya. Saya sih mendengar pengakuan si Mbak datar-datar saja, entah mengapa. Lantas dia pun lanjut bercerita, "saya kira makanan itu punya anak kosan yang pindah dari kamar No. 4. Soalnya saya lihat di tempat sampahnya ada sampah yang seperti itu", itu pengakuan si mbak.
Saya hanya mengatakan bahwa perkara hilangnya makanan anak-anak kosan itu sudah lama, bahwa ada anak kosan yang juga pernah kehilangan susu. " Kalau susu saya tidak suka susu mbak, selama hamil pun saya tidak minum susu" kata si mbak. Terus saya menimpali lagi dengan mengatakan bahwa selain makanan, anak-anak kosan pun ada yang kehilangan bajunya."Saya juga heran mengapa anak-anak kosan di sini pada kehilangan pakaian, saya selama laundry di kosan yang itu tidak pernah kedengaran ada anak kosan yang hilang pakaian, saya cuci di sini, nyetrika di sini" si mbak menjawab. Saya hanya mendengarkan saja ceritanya si mbak dengan sesekali tersenyum. "saya walaupun orang tidak punya tidak akan berani mengambil pakaian, lagipula nanti ketahuan sama ibu kos dan Linda, kalau ibu kos sih tidak akan tahu bajunya yang mana, kalau Linda pasti tahu, baju mana yang hilang, lalu saya cerita sama suami saya kalau anak kosan di sini suka kehilangan baju, terus suami saya menyuruh saya berhenti, lagi pula rumah saya dekat disini, saya nanti malu kalau diomeli sama mertua saya", ujar Si Mbak.

Akhirnya saya tahu siapa yang ambil cokelat ini :)


Saya perhatikan selama si Mbak membuat pengakuan atau nyerocos bercerita, pandangannya tidak mengarah kepada saya. Dia malah asyik memandang ke arah lain. Saya juga lihat dari raut wajahnya tidak menampakan wajah penyesalan tapi dia menyiratkan enteng menghadapi masalah itu dengan sesekali tersenyum. Tak berapa lama kemudian saya masuk ke dalam kosan dan si Mbak itu tidak masuk mengikuti saya, yang berarti memang dia telah berhenti bekerja di kosan saya. Saya masih penasaran dan ingin tahu apkah si mbak itu diberhentikan oleh ibu kosan saya atau dia yang meminta berhenti. Saya pun langsung tanya sama Mbak Linda, si mbak yang sudah lama bekerja di kosan sebelum saya datang ke sini. Mbak Linda bilang bahwa dia sendiri yang meminta berhenti karena sering diomeli sama Ibu dan malu. Oh ya, sebagai penggantinya si Mbak, di kosan saya hari ini sudah ada Mbak yang baru sebagai penggantinya.

Tunggu dulu kawan, saya belum selesai bercerita. Saya ingin menganalisis pengakuan si Mbak yang ambil cokelat saya itu. Ada beberapa hal yang janggal.
Pertama, pengakuan si mbak yang bilang walaupun dia orang tidak punya tapi dia tidak akan berani ambil barang alias mencuri. Nah, ini berlawanan dengan pengakuannya yang telah mengambil cokelat saya.
Kedua, rupa-rupanya dia sudah bisa membaca situasi dengan mengatakan bahwa Ibu kos tidak akan tahu baju mana yang hilang kecuali mbak linda, dan kok bisa ya dia sebegitu detailnya memperhatikan apa yang ada di tong sampah??? Sampai dia ambil keputusan bahwa sampah yang ada di tong sampah anak kosan yang pindah itu Pastinya masih ada tersisa di kulkas, tentu bukan dalam bentuk sampah tapi makanan yang tersisa yang tidak diambil pemiliknya. Wong, cokelat saya bukan cokelat yang di kemas tapi disimpan di dalam toples. Tetapi memang dikasih alas, seperti kertas roti. Dan bukannya si mbak itu sudah diwanti-wanti ibu kos untuk tidak menyentuh isi kulkas??? Akh, jadi siapakah orang yang telah mengambil makanan lain selain cokelat saya??? Mengingat hilangnya makanan bukan pertama kali. Hal ini bisa terjadi dengan baju....Baju meskipun tidak dipakai tapi bisa dijual. Sudahlah yang penting sudah ada pengganti baru si Mbak.

No comments:

Post a Comment